Bantul, InfoMu.co – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi menghadiri resepsi Milad PKU Muhammadiyah Ke-100 tahun dan Milad PKU Muhammadiyah Ke-14 tahun. Kegiatan tersebut digelar Selasa (14/3) bertempat di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Turut Hadir Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof Dr H Muhadjir Effendy, MAP, Gubernur DIY nan diwakili Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan DIY, drg Yuli Kusumastuti Iswandi Putri, MKes, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Dr Apt Salmah Orbayinah, MKes, Direktur Utama Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dr H Mohammad Komarudin, SpA, Direktur Utama Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, dr H Ahmad Faesol, SpRad., MKes., MMR, Rektor UMY, Prof Dr Ir Gunawan Budiyanto, MP., IPM., ASEAN., Eng, dan beberapa tamu undangan lainnya.
Dalam amanatnya, Prof Haedar mengapresiasi dan memberikan tahniah atas milad dari kedua rumah sakit tersebut. Menurutnya ini merupakan proses pergumulan panjang nan telah dilakukan disertai tetesan peluh nan dilalukan oleh family besar RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping sehingga tampil makin berkemajuan.
“Atas nama PP Muhammadiyah kami menyampaikan tahniah, selamat atas milad 100 dan 14 tahun ini. Sekaligus kami menyampaikan terima kasih nan sebesar-besarnya kepada seluruh jejeran pimpinan, dokter, tenaga kesehatan, dan seluruh family hospitalita rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping atas segala pengkhidmatan, kiprah, dan ikhtiarnya nan luar biasa,” ujarnya.
Prof Haedar menyebut bahwa kedua rumah sakit ini konsen bergerak dibidang kesehatan dengan mengedepankan pada tarikan napas semangat Al-Maun. Yakni aktivitas nan konsentrasi membantu umat nan memerlukan tanpa memandang identitas seperti agama, suku bangsa, dialek, ras, maupun golongan.
“Seluruh kiprah dan pengkhidmatan ini lahir dari ketulusan untuk mengamalkan Al-Ma’un sekaligus juga menjalankan misi Muhammadiyah dibidang kesehatan. Tanpa bapak/ibu/saudara sekalian tentu rumah sakit ini tidak bisa tumbuhkembang seperti saat ini,” katanya.
Dirinya mengharapkan bahwa dengan milad ini dapat mendorong ketua untuk mengelola secara baik dan berkualitas. Karena kehadiran rumah sakit ini menjadi warisan mahal nan sangat berbobot kadar kemaslahatannya untuk umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
“Harapan kami, ke depan rumah sakit ini dikelola lebih baik lagi, sehingga menjadi rumah sakit nan unggul dan berkemajuan,” tuturnya.
Guru Besar Ilmu Sosiologi UMY itu menyebut milad rumah sakit ini sangat krusial sebagai wahana refleksi bersama. Sebab, menjadi momentum krusial dan sangat berhistoris bagi kelahiran rumah sakit di Indonesia.
“Adalah tonggak sejarah nan sangat berarti dan punyai nilai strategis dalam perjalanan Muhammadiyah, umat, dan bangsa,” ucapnya.
Melalui tema milad “Lintasi Zaman, Sehatkan Bangsa”, Prof Haedar menyatakan representasi dinamika dan cita-cita besar dari kehadiran eksistensi rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping. Yakni menjadi pelayan kesehatan bagi kehidupan umat dan bangsa secara komprehensif.
Prof Haedar membujuk kepada seluruh ketua dan family besar rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping untuk mengontemplasikan secara mendalam atas momen milad ini. Setidaknya pada momentum milad kali ini menjadi tonggak dari setiap perubahan. Dalam sabda (Imam Abu Dawud) disebutkan sebagai lahirnya pembaharuan.
“Inilah nan kemudian melahirkan epos tajdid (pembaharuan) dan lahirnya para mujadid. Maka kita bisa mengaitkan kelahiran Muhammadiyah sebagai interpretasi atas Al-Maun sejatinya merupakan penerapan dari sabda tersebut,” katanya.
Kelahiran Muhammadiyah, Aisyiyah, dan PKU merupakan manifestasi dari spirit tajdid dan lahirnya sosok mujadid (KH Ahmad Dahlan). Sehingga dari pemikirannya, oleh para mahir Muhammadiyah dikenal dengan aktivitas Islam pembaharuan (Al-Harakah at-Tajdid), Gerakan Reformis (modernis). Dalam satu tarikan napas melahirkan pemahaman dan pengamalan keagamaan untuk menghadirkan Islam sebagai Sholihun li Kulli Zaman wa Makan. Yakni kepercayaan nan bisa berinovasi dan menjawab dalam menghadapi tantangan era superkompleks berikut beserta dengan solusi terbaik.
“Itulah makna dari kehadiran Islam sebagai diinul ar-rahmah (agama pembawa rahmat bagi semesta alam raya),” tukasnya.
Kedua, pembumiaan makna Al-Maun. Dalam konteks Al-Maun, setidaknya ada 4 dimensi utama. Pertama, dengan spirit Al-Maun, Muhammadiyah datang lewat kiprah berdakwahnya dan pelayanan kesehatan untuk semua umat nan sifatnya inklusif. Kedua, pembebasan dan pemberdayaan. Yakni memberi pengobatan kepada orang sakit sekaligus membangun pusat-pusat kesehatan nan layak untuk penduduk masyarakat. Ketiga, upaya untuk mengoneksikan membangun masyarakat secara jasmaniah dan ruhaniah secara utuh (kaffah). Keempat, membawa etos kemajuan
“Maka di rumah sakit-rumah sakit kita, disamping dalam mobilitas kemasyarakatan dan membagun kesehatan, tidak hanya terfokus pada aspek jasad alias aspek fisik, tetapi perhatikan juga aspek ruhani. Pembinaan keruhanian di rumah sakit Muhammadiyah kudu berdimensi nan luas,” tegasnya.
Prof Haedar berambisi kehadiran Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Gamping, serta rumah sakit nan dikelola oleh Muhammadiyah termasuk di dalamnya Aisyiyah, kudu bisa membumikan spirit Al-Maun dan Islam Pembaharuan (berkemajuan). Disinilah sumbu dari kemajuan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. (Cris/SM)