Ramadan Karim (3): Puasa Bukan Hanya Dimensi Fikih, Tapi juga Adab dan Spiritual - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Ramadan Karim (3): Puasa Bukan Hanya Dimensi Fikih, Tapi juga Adab dan Spiritual

Yogyakarta, InfoMu.co – Seperti ibadah lainnya, puasa memang mempunyai dimensi zahir nan kudu ditaati agar terpenuhi syarat sahnya. Dimensi zahir ini krusial untuk diketahui, dan sudah dijelaskan di dalam kitab-kitab fikih. Namun, kita tak mau puasa hanya sah secara norma fikih saja, tapi nihil nilai di hadapan Allah.

Di dalam karangan ringkasnya al-Adabu fi al-Din, Imam al-Ghazali menulis dengan singkat senarai etika puasa sebagai berikut: meninggalkan pertengakran (al-mira’), kemunafikan (al-mura’),  gibah dan kedustaan;  tidak menyakiti orang lain; menjaga seluruh personil tubuh dari perbuatan tercela. Dengan menjalankan adab-adab ini, puasa diharapkan bisa melampaui pausa ‘awam nan hanya mencukupkan diri dari nan membatalkan sah-nya puasa saja.

Selain itu, ada pula etika puasa nan lebih praktis dari Abu Hasubah sehingga diharapkan puasa kita bisa lebih paripurna:

  1. Menyegerakan berbuka dengan tiga ruthab (kurma basah) atau tamr (kurma kering) Atau sesuatu nan manis;

لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Manusia bakal senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. (HR. Bukhari dan Muslim)

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada nan demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)

  • Sahur dan mengakhirkannya;

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian lantaran dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

  • Mandi wajib sebelum mulainya imsak jika dalam keadaan junub. Hal ini dilakukan agar dia memulai puasa dalam keadaan nan suci. Meskipun junub ketika masuknya waktu puasa tidaklah membatalkan puasa.
  • Berdoa ketika berbuka puasa baik dengan angan berbuka puasa maupun dengan doa-doa lainnya karena mustajabnya waktu buka puasa. Imam Nawawi juga menganjurkan memperbanyak angan selama berpuasa.

ثﻼﺙ ﻻ ﺗﺮﺩ ﺩﻋﻮﺗﻬﻢ ﺍﻟﺼﺎﺋﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﻔﻄﺮ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﺩﻝ ﻭ ﺍﻟﻤﻈﻠﻮﻡ

Ada tiga angan nan tidak tertolak. Doanya orang nan berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin nan adil, dan doanya orang nan terzhalim  (HR. Tirmidzi)

  • Memberikan buka kepada orang nan sedang berpuasa, utamanya jika sampai membikin dia kenyang.
  • Memperbanyak sadaqah, tilawah dan tadarus al-Qur’an;

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang nan paling dermawan. Dan beliau lebih murah hati lagi di bulan Ramadhan saat beliau berjumpa Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melampaui angin nan berhembus.(HR. Bukhari)

Untuk konteks saat ini, ada beberapa perihal nan mesti kita perhatikan selama berpuasa dan berbuka puasa nan tetap mengenai dengan dalil-dalil dan rekomendasi ustadz di atas. Pertama mengenai banyaknya distraksi, mulai dari gawai hingga tradisi-tradisi selama bulan puasa. Mulai dari potongan nilai di mall hingga potongan nilai di aplikasi-aplikasi toko online. Hendaknya perihal itu tidak membikin hati dan ibadah kita teralihkan. Contoh nan menarik misalnya buka puasa bersama. Di dalamnya ada kebaikan, tapi terkadang justru disusupi kelalaian. Bahkan kadang-kadang membikin pesertanya tidak salat berjamaah. (muhammadiyah.or.id)

-->
Sumber infomu.co medan
infomu.co medan