PALESTINA, Narasi nan dilecehkan 
Oleh; Ahmad Rafiq (Kader IMM Kota Makassar)
KHITTAH. CO – Ketika saya memandang dinamika IMM hari ini, ada satu perihal yangg selalu terlintas dalam pikiran saya: keberagaman kita adalah kekuatan. Setiap kader datang dengan latar belakang berbeda, pengalaman berbeda, apalagi style berpikir yangg berbeda. Justru di situlah letak keistimewaannya. Dari keberagaman itulah lahir kesempatan untuk menciptakan perubahan yangg lebih besar dan lebih nyata. IMM adalah wadah besar yangg menampung daya beragam, dan setiap daya itulah yangg bisa menjadi bahan bakar pergerakan kita.
Namun, saya juga sadar bahwa keberagaman tidak bakal berfaedah banyak jika tidak dibingkai dalam keterbukaan. Kita bisa saja punya seribu ide, tapi tanpa ruang untuk saling mendengarkan, semua hanya bakal menjadi suara-suara yangg tercecer. Keterbukaan adalah pintu pertama untuk membangun jejaring, memperluas kolaborasi, dan menjadikan IMM betul-betul organisasi yangg bisa menggerakkan banyak daya menjadi satu kekuatan. Tanpa keterbukaan, keberagaman hanya bakal melahirkan perpecahan; tapi dengan keterbukaan, keberagaman bisa menjelma menjadi kekuatan yangg solid.
Sebagai kader yangg tumbuh dalam IMM, saya memandang potensi ini setiap hari. Ada kader yangg piawai menulis, ada yangg pandai dalam berorasi, ada yangg tekun dalam riset, ada pula yangg pandai mengelola media sosial. Semua punya kelebihan masing-masing. Saya sering merenung, sungguh kaya sebenarnya organisasi ini. Tapi, kepemimpinan IMM tidak boleh hanya berjuntai pada satu orang alias satu keahlian. Kekuatan sejati bakal muncul ketika semua potensi itu dirangkai berbareng dalam semangat kolaborasi. Kita tidak bisa lagi membiarkan kader dahsyat berdiri sendiri-sendiri, lantaran pada akhirnya perjuangan kita bukanlah tentang kehebatan personal, melainkan tentang kekuatan kolektif.
Bagi saya, kepemimpinan IMM ke depan kudu lebih kolaboratif. Kepemimpinan tidak lagi bisa dimaknai sebagai panggung individu, melainkan ruang yangg memfasilitasi kontribusi semua kader. Bukan lagi soal siapa yangg paling menonjol, tetapi gimana kita saling mengisi dan saling melengkapi. Kepemimpinan bukan hanya tentang posisi, melainkan tentang tanggung jawab untuk membuka ruang partisipasi. Seorang pemimpin sejati tidak diukur dari seberapa sering dia berbicara, melainkan seberapa banyak dia mendengar dan memberi kesempatan bagi yangg lain untuk bersuara.
Itulah sebabnya saya selalu mengatakan bahwa IMM ini rumah kita bersama. Rumah ini tidak boleh hanya menjadi simbol, tapi kudu betul-betul menjadi tempat kita tumbuh, tempat kita saling menguatkan. Jika rumah ini mau tetap berdiri kokoh dan terus bertumbuh, tugas kita adalah merawat persatuan. Dan jika rumah ini mau berkembang lebih luas, kita kudu berani mendiasporakan aktivitas kerjasama membawa semangat IMM ke ruang-ruang kampus, ke tengah-tengah masyarakat, ke panggung digital, apalagi ke isu-isu dunia yangg hari ini semakin menantang.
IMM mempunyai Trilogi & Trikoda yangg menjadi fondasi gerakan: religiusitas, intelektualitas, dan humanitas. Inilah arah dasar kita. Religiusitas menjadi pengingat bahwa setiap langkah kudu disandarkan pada nilai spiritualitas. Intelektualitas mendorong kita untuk tidak berakhir belajar, membaca, dan berpikir kritis. Humanitas mengajarkan kita untuk selalu berpihak kepada manusia, terutama yangg lemah dan tertindas. Ketiganya kudu melangkah seimbang. Jika religiusitas hilang, IMM kehilangan ruh. Jika intelektualitas melemah, IMM kehilangan daya nalar. Dan jika humanitas diabaikan, IMM kehilangan kepekaan sosial.
Dalam konteks kolaborasi, Trilogi & Trikoda ini menjadi pedoman. Religiusitas menuntun kita agar kerjasama dijalankan dengan niat yangg lurus dan penuh keikhlasan. Intelektualitas memastikan bahwa kerjasama tidak berakhir pada seremoni, tetapi menghasilkan pendapat dan solusi nyata. Humanitas menjadikan kerjasama kita berorientasi pada kemaslahatan bersama, bukan pada kepentingan golongan mini apalagi kepentingan pribadi.
Sebagai seorang mahasiswa yangg sedang berproses, saya membayangkan IMM Makassar bisa menjadi contoh nyata kepemimpinan kolaboratif. Bayangkan jika setiap komisariat, setiap kader, setiap organisasi mini di dalam IMM terhubung dalam jejaring yangg kuat. Bayangkan jika pendapat dari kader di fakultas pertanian berjumpa dengan semangat kader di fakultas teknik, lampau dipertajam oleh kader di fakultas pengetahuan sosial dan politik. Betapa besarnya daya yangg bisa lahir dari persatuan itu. IMM tidak lagi hanya bicara di ruang internal, tetapi bisa menyumbang pendapat pada isu-isu kota, rumor bangsa, apalagi rumor kemanusiaan global.
Saya mau memandang IMM Makassar datang bukan hanya di forum-forum formal, tetapi juga di ruang-ruang mini tempat kadernya berjuang. IMM yangg tidak hanya sibuk membicarakan gagasan, tetapi juga bergerak berbareng mewujudkan pendapat itu. IMM yangg tidak sekadar menyalakan obor di ruang akademik, tetapi juga menerangi lorong-lorong masyarakat yangg tetap gelap oleh ketidakadilan. IMM yangg tidak hanya datang dalam narasi besar, tetapi juga datang dalam kepedulian mini sehari-hari.
Saya yakin, dengan kolaborasi, kita bisa melahirkan IMM yangg lebih kuat, lebih solid, dan lebih berpengaruh. Karena pada akhirnya, kepemimpinan bukan soal siapa yangg berdiri paling depan, tetapi siapa yangg berani melangkah berbareng nilai, siapa yangg bisa memastikan barisan tetap tegak lurus, dan siapa yangg mau merangkul setiap kader agar tidak ada yangg tertinggal.
IMM adalah sekolah kepemimpinan. Dari sini, kita belajar tentang makna persatuan, tentang pentingnya keterbukaan, tentang nilai kolaborasi. Dari IMM, kita belajar bahwa seorang pemimpin bukan hanya dilahirkan dari kemenangan dalam musyawarah, tetapi dari keberanian untuk mendengar, mengajak, dan melangkah bersama.
Maka saya mau menutup refleksi ini dengan rayuan yangg tulus: Mari kita jaga persatuan, mari kita rajut jejaring, mari kita gelorakan semangat kolaborasi. Mari kita wujudkan IMM Makassar sebagai rumah bersama, rumah yangg menguatkan setiap kader, rumah yangg menyalakan sinar perubahan. Dari IMM, untuk masyarakat, untuk bangsa, dan untuk masa depan.
3 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·