Masuk Sekolah Jam 5 Pagi, Begini Pendapat Guru Besar Pendidikan UMM - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu
Prof H. Akhsanul In'am PhD, pembimbing besar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (Humas UMM/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pemprov NTT) menerapkan peraturan siswa SMA sederajat untuk masuk sekolah pukul 05.00 WITA, nan kemudian direvisi menjadi pukul 05.00. Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) menyampaikan bahwa peraturan nan ditetapkan sejak akhir Februari itu dinilai mengajarkan banyak perihal positif kepada siswa. Hal ini juga menjadi salah satu upaya memperbaiki sumber daya manusia (SDM) di NTT.

Hal itu menarik perhatian Prof H. Akhsanul In’am PhD, pengajar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Ia beranggapan bahwa kebijakan tersebut sudah bagus, tetapi tidak tepat.

Ia mengatakan bahwa kebanyakan masyarakat NTT adalah non-muslim dan beberapa di antaranya tidak terbiasa bangun subuh seperti para muslim. Hal ini merupakan kebiasaan dan bakal susah untuk diubah dalam waktu nan relatif singkat.

“Jika perihal ini diterapkan pada seorang muslim mungkin tidak menjadi masalah, ya. Tapi di NTT kan banyak non-muslim juga sehingga menurut saya toleransi juga kudu dipikirkan,” katanya.

In’am menilai kebijakan ini juga dapat membahayakan para siswa. Lantaran keadaan nan tetap gelap gulita, kecelakaan tentu bakal lebih mungkin terjadi.

Pada rentang pukul 05.00 – 05.30 WITA, banyak siswa nan tetap kesulitan dalam mendapat transportasi umum ke sekolah sehingga kebijakan ini tidak akna begitu efektif. Idealnya, pelajaran dapat dimulai pada pukul 06.30 pagi lantaran pada saat itu siswa telah siap menerima pengetahuan baru serta langit sudah terang.

Namun jika tetap mau masuk pukul 05.30 WITA, In’am beranggapan bahwa pemerintah provinsi perlu memberlakukan jam malam. Hal ini agar para siswa tidak keluyuran di kafe dan sejenisnya dan dapat bangun lebih segar di pagi harinya.

Selain itu, membangun pondok untuk siswa juga bisa menjadi solusi penting. Sehingga mereka lebih aman, tertib dan dapat mengikuti peraturan nan sudah diterapkan. “Jika kebijakan masuk jam 05.30 WITA disandingkan dengan asrama, saya kira bakal bisa berjalam lebih efektif dan baik,” tandasnya.

Namun, menurutnya ada banyak solusi lain nan bisa ditempuh jika mau memperbaiki dan mencetak SDM nan berkualitas. Beberapa di antaranya memaksimalkan potensi masing-masing siswa dengan beragam program, memberikan perhatian lebih, hingga apresiasi tinggi bagi mereka nan berprestasi. Pun dengan pemberian danasiwa maupun akomodasi nan lebih mumpuni sehingga para siswa lebih antusias dalam belajar.

“Di beberapa negara, para siswa diberikan akomodasi nan baik sehingga bisa memaksimalkan  potensi. Baik mereka nan baik dalam akademik maupun nonakademik. Hal itu tentu memudahkan mereka untuk berkarya dan menumbuhkan semangat belajar,” pungkasnya. (Wildan/AS)

-->
Sumber Klikmu.co
Klikmu.co