Haedar Nashir Paparkan Alasan Milad ke-113 Muhammadiyah Usung Tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”
INFOMU.CO | Yogyakarta – “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”, menjadi tema yangg diusung pada Milad ke-113 Muhammadiyah. Sebagai puncak acara, Resepsi Milad kali ini bakal berjalan di Universitas Muhammadiyah Bandung, Selasa (18/11) mendatang.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, pengusungan tema tersebut paling tidak didasari atas dua perihal latarbelakangnya. Pertama, Muhammadiyah melalui gerakannya semakin memperkuat dan memperluas upaya dalam memajukan kesejahteraan masyarakat.
“Yang berorientasi pada kesejahteraan sosial-ekonomi yangg mempunyai tumpuan pada kesejahteraan rohaniah (sejahtera spiritual dan moral), sehingga melahirkan kesejahteraan yangg utuh lahir dan batin,” katanya.
Kedua, Muhammadiyah terus mendorong dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan umum sebagaimana perintah UUD 1945 yangg semakin nyata dan merata, lebih unik bagi kesejahteraan rakyat dalam pondasi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sejalan sila kelima Pancasila.
Haedar mengatakan, milad tahun ini berada dalam dinamika kehidupan kebangsaan yangg kompleks dan menuntut kesadaran kolektif untuk secara terus menerus mewujudkan cita-cita nasional, ialah Indonesia yangg betul-betul merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
“Muhammadiyah yangg sejak berdirinya bergerak aktif dalam kebangkitan nasional untuk Indonesia merdeka serta berkedudukan dalam mendirikan dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, meneguhkan komiten kebangsaannya yangg berbasis pada dasar nilai keislaman untuk terwujudnya tujuan nasional Indonesia sejalan dengan cita-cita “Baldatun Thayyibatun Wa rabbun Ghafur,” jelasnya.
Di samping itu, Muhammadiyah mempunyai komitmen dan upaya untuk memajukan kesejahteraan bangsa, baik sejahtera lahir maupun batin. Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah sebagai asas esensial gerakan, antara lain terkandung pernyataan berikut
“Masyarakat yangg sejahtera, aman, damai, makmur, dan senang hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan norma Allah yangg sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh setan dan hawa nafsu,” tegasnya.
Terkait dengan konteks kesejahteraan, sebut Haedar, mengandung empat arti. Kesejahteraan dalam makna umum mengandung pengertian ialah “menunjuk ke keadaan yangg baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.”
Dalam ekonomi, “sejahtera dihubungkan dengan untung benda, ialah mempunyai makna unik resmi alias teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah kegunaan kesejahteraan sosial.”
Dalam kebijakan sosial, “kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yangg digunakan dalam buahpikiran negara sejahtera.”
“Muhammadiyah meletakkan kesejahteraan dalam konteks kehidupan bangsa yangg mempunyai kaitan subtansial dengan perintah konstitusi kepada Pemerintah Negara sebagaimana terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, ialah “memajukan kesejahteraan umum”, jelas Haedar.
Haedar menegaskan, bangsa Indonesia setelah merdeka kudu maju kesejahteraannya yangg merata kepada seluruh rakyat, bukan terbatas pada sebagian golongan bangsa saja, lebih-lebih hanya golongan kecil.
“Dengan kesenjangan sosial-ekonomi yangg tetap menjadi masalah dalam kehidupan bangsa, maka diperlukan kebijakan-kebijakan strategis dan praksis dari pemerintah dalam upaya memajukan kesejahteraan umum yangg luas merata bagi seluruh rakyat Indonesia,” tandasnya. (Adam/Cris)
3 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·