Jakarta, InfoMu.co – Indonesia menempati posisi ke-84 dalam daftar negara paling senang di bumi menurut laporan World Happiness Report. Posisi Indonesia ini jauh lebih rendah dibanding sejumlah negara tetangga, seperti Singapura di urutan ke-25, Malaysia ke-55 dan Filipina ke-76.
Namun, berita baiknya, dalam laporan terbaru mengenai kebahagiaan bumi tersebut, diungkapkan bahwa rasa kepedulian terhadap orang lain secara dunia meningkat sekitar 25% dari kondisi sebelum pandemi.
Menurut John Helliwell, salah satu penulis World Happiness Report, kepedulian terhadap orang lain, terutama membantu orang nan tidak dikenal, meningkat secara dramatis pada tahun 2021 dan tetap tinggi di tahun 2022.
Meskipun pandemi Covid-19 telah berjalan selama tiga tahun, kebahagiaan dunia tidak terpengaruh. Evaluasi kehidupan dari 2020 hingga 2022 terbukti “sangat tangguh,” dengan rata-rata dunia nyaris sama dengan tiga tahun sebelum pandemi.
Helliwell mengatakan, “Bahkan selama tahun-tahun susah ini, emosi positif tetap dua kali lebih banyak daripada emosi negatif, dan emosi support sosial positif dua kali lebih kuat daripada emosi kesepian.”
Laporan nan diterbitkan oleh UN Sustainable Development Solutions Network, menggunakan info survei dunia dari lebih dari 150 negara di seluruh dunia. Negara dinilai berasas kebahagiaannya nan didasarkan pada pertimbangan rata-rata kehidupan selama tiga tahun sebelumnya, dalam perihal ini dari 2020 hingga 2022.
Laporan tersebut mengidentifikasi negara-negara paling bahagia, nan sangat tidak bahagia, dan semuanya diantara, serta faktor-faktor nan condong menyebabkan kebahagiaan nan lebih besar.
Finlandia Jadi Negara Paling Bahagia 6 Kali Beruntun, Apa Rahasianya?
Selama enam tahun berturut-turut, Finlandia menjadi negara paling bahagia di dunia, menurut ranking World Happiness Report nan didasarkan pada pertimbangan hidup dari Gallup World Poll.
Negara Nordik dan tetangganya Denmark, Islandia, Swedia, dan Norwegia semuanya mencetak rekor sangat baik dalam pengukuran nan digunakan oleh laporan ini untuk menjelaskan temuannya: umur hidup nan sehat, GDP per kapita, support sosial, korupsi rendah, kemurahan hati di masyarakat di mana orang saling menjaga satu sama lain, dan kebebasan untuk membikin keputusan hidup penting.
Tetapi lantaran kita tidak semua bisa pindah ke Finlandia, apakah ada nan bisa dipelajari dari aspek pemeringkatan ranking ini oleh negara lain?
“Apakah mereka melakukan hal-hal nan kita harapkan pernah dilihat sebelumnya dan kita bisa mulai melakukannya? Atau apakah ada sesuatu nan unik tentang suasana dan sejarah mereka nan membikin mereka berbeda? Dan untungnya, setidaknya dari perspektif saya, jawabannya adalah nan pertama,” tutur Helliwell, guru besar emeritus di Vancouver School of Economics, University of British Columbia.
Melihat dengan holistik pada kesejahteraan semua komponen masyarakat dan anggotanya membikin pertimbangan hidup nan lebih baik dan negara nan lebih bahagia.
Negara-Negara dengan Tingkat Kebahagiaan Terendah
Di urutan paling bawah daftar ada Afghanistan di No. 137. Lebanon satu ranking di atasnya di No. 136. Evaluasi kehidupan rata-rata di negara-negara ini lebih dari lima poin lebih rendah (skala dari 0 hingga 10) dari 10 negara paling bahagia.
Invasi Rusia ke Ukraina membikin kedua negara tersebut sangat terkenal di bumi ketika laporan tahun 2022 dirilis.
Jadi gimana kedudukan kedua negara tersebut, menurut survei terbaru?
Kesejahteraan di Ukraina pasti mengalami penurunan, tetapi “meskipun besar penderitaan dan kerusakan di Ukraina, pertimbangan kehidupan pada September 2022 tetap lebih tinggi daripada setelah aneksasi 2014, didukung sekarang oleh rasa tujuan bersama, kemurahan hati, dan kepercayaan pada kepemimpinan Ukraina,” kata laporan tersebut.
Kepercayaan pada pemerintah mereka meningkat di kedua negara pada tahun 2022, survei mengatakan, “tetapi jauh lebih banyak di Ukraina daripada di Rusia.” Dan support Ukraina untuk kepemimpinan di Rusia turun menjadi nol.
Dalam ranking tahun ini, Rusia berada di posisi No. 70 dan Ukraina di posisi No. 92.
Menilik ke depan Gangguan pandemi telah memicu banyak refleksi.
“Mereka merenungkan tujuan hidup mereka,” kata Helliwell. “Mereka mengatakan, ‘Saya bakal kembali, tetapi saya bakal kembali ke apa? Apa nan mau saya kembali? Bagaimana saya mau menghabiskan sisa hidup saya?'”
Dia berambisi “gerakan menuju memikirkan nilai dan orang lain dengan lebih eksplisit” ini bakal mempengaruhi bukan hanya aspek seperti pekerjaan alias sekolah nan dipilih orang, tetapi juga gimana mereka beraksi di dalam lingkungan tersebut.
“Ini tidak sepenuhnya tentang nilai-nilai alias gaji, tetapi tentang bekerja sama dengan orang lain dengan langkah nan berguna. Dan tentu saja, itu berfaedah bagi dunia, tetapi tujuan utama dari penelitian kebahagiaan ini adalah juga bagus untuk orang-orang nan melakukannya.
“Dengan kata lain, Anda bakal merasa lebih baik tentang diri sendiri jika Anda sebenarnya menjaga orang lain daripada hanya memikirkan diri sendiri.” (cnbc)
2 tahun yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·