الحَمْدُلِلَّهِ الكَرِيْم الرَّحْمٰنُ .عَلَّمَ الْقُرْاٰنَ . خَلَقَ الْاِنْسَانَ .عَلَّمَهُ الْبَيَانَ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلَاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setiap personil badan nan ada pada tubuh manusia merupakan buatan Allah dan Allah pula nan menjadikannya mempunyai tugas untuk menopang tubuh tersebut. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Insan ayat 2 berikut ini:
اِنَّا خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَاجٍۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani nan bercampur. Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) sehingga menjadikannya dapat mendengar dan melihat.”
Ayat tersebut menjelaskan proses terbentuknya tubuh manusia dan masing-masing personil tubuh memilik fungsinya, seperti memandang dan mendengar. Ada banyak sekali personil badan nan melangkah sesuai tugasnya, mata untuk melihat, kaki untuk melangkah, lambung untuk mencerna makanan, dan lain sebagainya. Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin mengkhususkan lima Anggota badan nan andaikan seorang mukmin bisa menjaganya, maka dia bakal meraih taqwa, istilahnya adalah taqwa al-a’d}a>i al-khamsah, bisa diartikan sebagai panca organ ketakwaan. Lima personil badan tersebut adalah mata, telinga, lisan, hati, dan perut.
Pertama, menjaga mata. Allah SWT mewajibkan kepada kita untuk alim kepada-Nya dan menjaga mata, lantaran mata merupakan pintu masuk tuduhan dan luka. Dalam surat an-Nur ayat 30 disebutkan:
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ
“Katakanlah kepada laki-laki nan beragama hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa nan mereka perbuat.”
Menundukkan pandangan bisa menyucikan hati dan memperbanyak ketaatan. Apabila tidak melaksanakannya, maka potensi untuk memandang nan haram bisa muncul, nan mana itu merupakan dosa.dalam sebuah riwayat disebutkan “Apabila seorang hamba memandang nan haram, maka hatinya bakal tertutup sebagaimana makanan nan tertutup dalam sebuah wadah, artinya hatinya tidak bakal bermanfaat. Apabila dia banyak memandang perihal nan mubah maka hati bakal dipenuhi bisikan untuk lalai terhadap perihal tersebut, sehingga hatinya bakal disibukkan terhadap perihal nan mubah itu dan terputus dari kebaikan. Apabila dia tidak memandang keduanya dalam artian selalu ghaddul bashar, maka hatinya bakal tentram.
Jama’ah jum’at nan berbahagia
Kedua adalah menjaga telinga. Kita diperintahkan untuk menjaga telinga dari perkataan nan biadab dan perkataan nan sia-sia. Telinga merupakan tempat masuknya info dari orang nan berkata. Sehingga perkataan nan baik bisa masuk melalui terlinga, dan bisikan biadab juga bisa diterima oleh telinga. Oleh karena itu pandai-pandailah bagi kita untuk memilih tempat nan di sekelilingnya terdapat ucapan baik, seperti majelis taklim, masjid, dan memperbanyak murottal. Sebisa mungkin jauhi tempat nan banyak terdapat ucapan buruk, ialah kumpulan orang nan sedang ghibah, tempat musik jahiliyah, dan lainnya.
Ketiga, menjaga lisan. Menjaga lisan sangat urgen dalam kehidupan sehari-hari, apalagi kita kudu mengikat dan menutupnya dikarenakan besarnya akibat nan bisa disebabkan oleh lisan seperti kerusakan dan permusuhan. Rasulullah SAW pernah ditanya sahabat tentang bahayanya lisan, “apa nan paling engkau takutkan untukku?” kemudian beliau menjawab sembari memegang lisannya: “ini”. Lisan nan tidak digunakan untuk berzikir maka bakal menjadi lisan nan sia-sia, apalagi lisan nan digunakan untuk ghibah, maka dia bakal hancur. Perumapamaan orang nan ghibah adalah dia menyiapkan ketapel, kemudian melempar kebaikan nan dia miliki dengan ketapel tersebut ke arah timur dan barat, kanan dan kiri. Muadz bin Jabal pernah dinasehati Rasulullah SAW perihal lisan: “cukupkanlah lisanmu untuk membaca al-Qur’an dan menuntut ilmu. Dan janganlah memecah belah manusia dengan lisanmu, lantaran perihal itu menyebabkanmu menjadi anjing neraka”.
Keempat adalah menjaga hati. Wajib bagi kita menjaga hati dan memperbaikinya dengan kebaikan shalih. Karena hati adalah tempat di mana kita menyimpan semua rahasia dan niat. Sehingga isi hati manusia inilah nan dilihat oleh Allah SWT, sebagaimana sabda Nabi SAW:
عَنْ أبي هُريْرة قَالَ: قالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: إِنَّ الله لا يَنْظُرُ إِلى أَجْسامِكْم، وَلا إِلى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وأعمالكم رواه مسلم
“Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: ‘sesungguhnya Allah tidak memandang jasad kalian, tidak pula bentu rupa kalian, bakal tetapi Allah memandang ke hati dan kebaikan kalian”
Hati merupakan pusat kendali dan raja bagi tubuh. Seluruh personil tubuh nan lain adalah pengikut bagi hati. Apabila raja dalam tubuh istiqamah menjalankan syariat, maka personil tubuh lain juga mengikutinya. Sebaliknya, apabilan hati rusak, maka rusak pula personil tubuh nan lain.
Jama’ah jum’at nan berbahagia
Kelima, menjaga perut. Kedudukan perut sangat krusial dalam tubuh manusia. Ia merupakan tempat berlabuh nutrisi nan dimasukkan ke tubuh. Makanan halal, syubhat, maupun haram masuk semuanya ke perut dan pada akhirnya mempengaruhi orang nan memakannya. Makanan haram nan masuk ke perut bisa menyebabkan orang masuk neraka, sebagaimana dalam surat an-nisa’ ayat 10 disebutkan:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَارًا ۗ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيْرًا
“Sesungguhnya orang-orang nan menyantap kekayaan anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka bakal masuk ke dalam api nan menyala-nyala (neraka).”
Oleh karena itu, krusial bagi kita memeriksa apa nan kita makan. Dari mana makanan berasal dan kandungan apa nan terdapat dalam makanan tersebut. Karena makanan legal nan kita konsumsi bakal mendatangkan keberkahan dan manfaat.
Demikian lima personil tubuh nan kudu kita jaga untuk meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT. Karena lima personil tubuh di atas bisa menjadikan kita rugi andaikan tidak menjaganya, bisa pula menjadikan kita termasuk orang-orang nan bertakwa dengan langkah menjaga dengan baik.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Pada khutbah kedua ini, marilah kita bermohon kepada Allah SWT, agar kita senantiasa diberikan hidayah untuk menjaga mata, telinga, lisan, hati, dan perut kita. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari pengarahan Allah bisa tercermin melalui perbuatan baik kita.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا
اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Sumber: suaramuhammadiyah.id