BANJARNEGRA.TABLIGH.ID- 30 November 2024 – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH Fathurrahman Kamal, menyampaikan pesan mendalam dalam kajian Tabligh Akbar bertema Risalah Islam Berkemajuan di Masjid Al Hasbi Muhammadiyah Batur. Dalam kesempatan itu, dia membujuk para peserta untuk menggali makna kemajuan dari perspektif pandang Al-Qur’an dan Sunnah, seraya mengingatkan pentingnya kembali kepada nilai-nilai dasar yangg menjadi pondasi perjuangan umat Islam.
KH Fathurrahman membuka kajian dengan mengutip pesan Imam Malik bahwa umat ini hanya dapat diperbaiki dengan langkah yangg dulu digunakan untuk memperbaiki umat sebelumnya. Ia menekankan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi Islam kudu selalu berpegang pada Al-Qur’an untuk memahami, mengamalkan, dan mendakwahkannya. Menurutnya, selama penduduk Muhammadiyah konsisten dalam komitmen ini, keberkahan dan kesejahteraan dari Allah bakal terus mengalir.
Dalam paparannya, KH Fathurrahman menyoroti sosok K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yangg disebut oleh Kuntowijoyo sebagai “Al-Qur’an yangg hidup.” Hal ini, menurutnya, lantaran K.H. Ahmad Dahlan bisa menerjemahkan wahyu dari langit menjadi sesuatu yangg nyata, aplikatif, dan berfaedah bagi umat. Inspirasi pendirian Muhammadiyah sendiri, lanjutnya, diambil dari Q.S. Ali Imran, sebuah ayat yangg menjadi fondasi visi besar Muhammadiyah dalam menebar kebermanfaatan bagi umat manusia.
Ia juga menguraikan bahwa spirit Risalah Islam Berkemajuan terkandung dalam lima surat pertama yangg diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, ialah Al-‘Alaq, Al-Qalam, Al-Muzzammil, Al-Muddatsir, dan Al-Fatihah. Al-‘Alaq mengajarkan pentingnya membaca dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah, Al-Qalam mendorong tradisi menulis sebagai kelanjutan dari membaca, sementara Al-Muzzammil menekankan spiritualitas melalui ibadah malam dan munajat. Al-Muddatsir mengarahkan umat untuk mempersiapkan prasarana perjuangan, dan Al-Fatihah menjadi landasan prinsip aqidah, moral, dan tujuan hidup.
Kelima surat ini, menurut KH Fathurrahman, merupakan solusi untuk keluar dari beragam corak kejahiliyahan, termasuk dalam pemikiran, politik, hukum, budaya, dan fanatisme. Ia menegaskan bahwa risalah kemajuan yangg diperjuangkan Muhammadiyah adalah kemajuan yangg holistik, meliputi aspek zahir dan batin, yangg sepenuhnya berada di bawah naungan hukum Allah.
KH Fathurrahman menutup kajian dengan mengingatkan bahwa sinar Islam kudu terus dijaga agar tidak redup. Muhammadiyah kudu tetap menjadi pelopor yangg membawa umat dari kegelapan menuju cahaya. Ia juga mengingatkan bahwa kemajuan bukanlah merangkul nilai-nilai jahiliyah modern, seperti pernikahan sesama jenis alias pluralisme yangg menyimpang, melainkan sebuah perjalanan menuju peradaban yangg lebih baik berasas nilai-nilai Islam. Melalui semangat ini, Muhammadiyah diharapkan terus memperjuangkan visi Risalah Islam Berkemajuan untuk kesejahteraan umat dan kejayaan Islam.