MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Jika Ramadan adalah momen untuk melakukan spiritual refrehing, maka Syawal dapat disebut sebagai spiritual recreation. Pada bulan Syawal diharapkan umat Islam dapat meningkatkan kualitas takwa kepada Allah. Demikian disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menjadi khatib dalam sidang jumat di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta pada Jumat (05/05).
Selain spiritual recreation, Syawal juga dapat disebut sebagai spiritual reunion. “Bulan di mana kita memperkuat ikatan kekeluargaan, memperkuat ikatan kemasyarakatan, dan kemudian berkembang tradisi Syawalan, di mana dengan tradisi itu kita saling bersilaturahmi untuk memperkuat ikatan kekeluargaan, keislaman, dan kebangsaan,” terang Mu’ti.
Syawal merupakan bulan silaturahmi kepada sanak keluarga, sahabat dan kerabat, dan segenap masyarakat. Tradisi ini merupakan kultur Islam yangg paling positif lantaran dapat menciptakan kohesi dan solidaritas sosial. Hal ini merupakan pengamalan dari sebuah Sabda Nabi Saw yangg berbunyi: “Barangsiapa yangg mau diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah (tali) kerabatnya.” (HR. Bukhari).
Berdasarkan sabda tersebut, menurut Mu’ti, rizki yangg lapang merupakan indikasi dari manusia yangg senang dalam kehidupan dunia. Sementara makna ‘atsar’ alias (dipanjangkan) umur mempunyai dua makna: pertama, mendapat umur yangg relatif panjang dibanding manusia pada umumnya (lebih dari 70 tahun); kedua, mempunyai legasi yangg dapat dikenang hingga beratus-ratus tahun kemudian, misalnya, pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan.
“Kiai Haji Ahmad Dahlan itu wafat di usia 55 tahun, tetapi jejak dan jasa yangg beliau tinggalkan sampai sekarang tetap kita ikuti apalagi terus berkembang, lantaran beliau selama hidupnya senantiasa beramal dan bersilaturahmi,” tutur Mu’ti.
Mu’ti kemjudian menjelaskan bahwa silaturahmi sesungguhnya menyambung sesuatu yangg telah terputus. Dengan silaturahmi, umat Islam dapat mencari relasi sosial yangg sebaik-baiknya dan sebanyaknya-banyaknya. Banyaknya teman, kerabat, dan sahabat dapat meningkatkan kesempatan kebahagiaan baik yangg berkarakter duniawi maupun ukhrawi. Silaturahmi bakal tambah sempurna jika diiringi dengan doyan melakukan sedekah.
“Tidak hanya sekadar berkomunikasi, tetapi saling memberi dan bersedakah. Harta yangg kita infakkan di jalan Allah merupakan legasi kita, walaupun kita sudah meninggal dunia, kekayaan itu bakal menjadi jariah yangg pahalanya senantiasa mengalir. Infak adalah legasi yangg bukan hanya baik di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah,” ucap Mu’ti.
Hits: 13