MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar membujuk jamaah untuk merenungkan tentang sabda prinsip ibadah puasa di bulan Ramadan. Menurutnya, walaupun hadis-hadis tentang puasa sudah sangat familiar di kalangan masyarakat, tetap saja sebagai manusia tidak bisa lepas dari kata ‘lupa’.
“Saya bakal membujuk para jama’ah sekalian untuk kita merenungkan beberapa hadits Nabi Muhammad saw. tentang melaksanakan puasa secara umum dan puasa Ramadhan secara khusus,” ajak Syamsul Anwar pada Kultum Tarawih di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Kamis (30/03).
Hadis yangg paling terkenal tentang hikmah Ramadan tersebut berbunyi: “Barangsiapa beragama (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan ketaatan dan mengharap pahala, maka Allah bakal mengampuni dosa-dosanya yangg telah lalu,” (HR Bukhari dan Muslim).
Menurut Syamsul, berasas sabda di atas, di antara hikmah puasa Ramadhan adalah Pertama, dihapuskannya dosa yangg sudah berlalu. Gagasan ini memicu banyak orang untuk berpikir bahwa masuk Islam itu enak, bisa melakukan dosa sebanyak sebelas bulan, lampau tinggal menunggu bulan Ramadhan saja dan melaksanakan ibadah di dalamnya, sehingga dosanya diampuni.
“Namun demikian merupakan suatu kesalahan, lantaran ada syarat-syarat tertentu yangg kudu diketahui. Salah satunya membaca sabda lain yangg mendampingi sabda tersebut, lantaran di dalam memahami teks-teks, baik teks ayat Al-Quran maupun sabda yangg prinsipnya integralistik, maka tidak bisa mengambil konklusi dari satu sabda saja,” ucap Syamsul.
Adapun sabda lain yangg mendampingi sabda tersebut adalah: “dari Abu Sa’id Al-Qudriyah berbicara “aku mendengar Rasulullah Saw bersabda; barangsiapa yangg puasa Ramadhan dan mengenali batas-batasnya, serta menjaga diri dari apa yangg tidak layak dia lakukan, maka diampuni dosa-dosanya yangg telah terdahulu”.
Menurut Syamsul, sabda di atas memberikan syarat kepada orang yangg berpuasa di bulan Ramadhan dan bakal diampuni dosanya, ialah untuk yangg bisa menjaga diri dari dosa dan maksiat yangg tentu itu tidak layak untuk dilakukan. Maka, tidak asal berpuasa saja, lampau dengan bebas melakukan hal-hal yangg tidak semestinya dilakukan. Intinya, puasa itu bakal mengampuni dosa yangg telah dilakukan andaikan seorang hamba bisa menjaga diri terhadap hal-hal yangg menimbulkan dosa.
“Ini merupakan hikmah yangg kedua, ialah bahwa pahala puasa itu tidak distandarkan minimal 10 dan maksimal 700, tapi sebanyak-banyaknya, sesuai dengan kehendak Allah dan kemurahan-Nya. Maka dengan itu, puasa merupakan ibadah yangg berkarakter individual. Pengamalannya tidak dapat dilihat selain oleh diri sendiri dan Allah swt,”
Hits: 0