Syafaat Rasulullah dan Amal Kebaikan sebagai Bekal Akhirat - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

BANJARNEGARA. TABLIGH.ID 1 Desember 2024 – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal, membujuk umat Islam untuk mempersiapkan diri menuju alambaka melalui kebaikan kebaikan dan menjaga iman. Hal ini disampaikan dalam kajian subuh di Masjid Taqwa Muhammadiyah, Batur, Banjarnegara.


“Di depan pintu surga, setiap orang bakal dimintai pertanggungjawaban atas dirinya sendiri. Tidak ada seorang pun yangg dapat masuk ke sana tanpa izin, selain dengan kehendak Allah SWT. Syafaat hanya diberikan kepada mereka yangg memang berhak, dan syafaat terbesar adalah milik Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,” tegas beliau.

Menurut KH. Fathurrahman, Nabi Muhammad SAW adalah sosok pertama yangg mendapat izin memberikan syafaat. Namun, krusial untuk diingat bahwa syafaat tidak bisa dimaknai sebagai pengganti kebaikan seseorang. “Keikhlasan dan tanggung jawab atas kebaikan menjadi perihal utama. Syafaat Rasulullah adalah rahmat yangg diberikan kepada umat, tetapi setiap perseorangan tetap bertanggung jawab atas amalnya,” ujar beliau.

Dalam kajian tersebut, KH. Fathurrahman juga menyoroti pentingnya menjaga amal, iman, dan hubungan sosial. “Syafaat tidak hanya berbincang soal kemuliaan di akhirat, tetapi juga tentang menciptakan keselarasan sosial di dunia,” katanya. Rasulullah SAW, menurut beliau, telah memberikan teladan dalam mengutamakan dakwah tanpa melupakan pentingnya penghormatan terhadap sesama.


Meski tantangan semakin kompleks, beliau menekankan bahwa ujian yangg berat justru menjadi kesempatan untuk meraih pahala yangg besar, asalkan umat Islam tetap bersabar dan bertawakal. “Rasulullah pernah bersabda, semakin berat ujian, semakin besar pula ganjarannya,” tambahnya.


KH. Fathurrahman juga mengingatkan pentingnya manajemen yangg baik dalam menjalankan organisasi Islam, seperti Muhammadiyah. Fasilitas dan support finansial, menurutnya, adalah komponen krusial untuk mencapai tujuan pendidikan dan dakwah. “Tanpa manajemen yangg baik, organisasi besar sekalipun bakal susah bertahan,” katanya.


Dalam konteks global, beliau menekankan perlunya sinergi antara rumor lokal dan internasional. Hal ini mencakup solidaritas terhadap isu-isu umat Islam, seperti bentrok di Palestina, yangg memerlukan pendekatan ahli dan islami.


Sebagai penutup, KH. Fathurrahman membujuk jamaah untuk tidak menunda perbuatan baik. “Sebagaimana Rasulullah telah memberikan syafaatnya bagi umat, kita juga kudu berupaya menjadi faedah bagi orang lain. Setiap langkah dan kebaikan kita adalah persiapan menuju akhirat,” tuturnya.

Kajian subuh ini memberikan pencerahan sekaligus motivasi bagi jamaah untuk terus meningkatkan kualitas keagamaan dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara perseorangan maupun melalui kontribusi dalam organisasi dan masyarakat.

-->
Sumber Tabligh
Tabligh