Syaban, Bulan Yang Dilalaikan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 3 hari yang lalu

Syaban, Bulan nan Dilalaikan

UM Surabaya

*)Oleh: Ridwan Manan
Pengajar Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo
LP2M PDM Sidoarjo

Syaban bulan ke delapan dalam almanak Hijriyah, terlelak antara Rajab dan Ramadan. Karema terletak diantara dua bulan istimewa, banyak umat Islam melalailakannya. Karena tertuju pada keistimewaan pahala kebaikan pada bulan Rajab dan Ramadan, bulan Syaban sebagai persiapan dan berlatih untuk menjemput bulan Ramadhan penuh berkah dan pembebasan Allah. Justru persiapan yangg dilakukan kebanyakan orang hanya persiapan materi saja, pasar-pasar ramai pembeli dengan tradisi Jawa megengan.

Bahkan sebagian melakukan tradisi yangg mengarah pada kemusyrikan dan kemaksiatan seperti padusan, dalam bahasa Jawa diartikan padus (mandi), mandi bareng di telaga yangg dianggap keramat untuk mensucikan jiwa dan raga menyambut bulan suci Ramadan agar mendapatkan berkah. Bahkan tradisi konyol, mumpung bulan Ramadan belum tiba dipuaskan dengan kemaksiatan dan dosa.

Keutamaan bulan Syaban

Dari Aisyah Radiallahu anha, Rasulullah bersabda
يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah memandang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadan, saya juga tidak memandang beliau berpuasa yangg lebih sering ketika di bulan Syaban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah SAW:

“Wahai Rasulullah, saya belum pernah memandang Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Syaban.
Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Ini adalah bulan yangg sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya mau ketika kebaikan saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)

Hadis di atas merupakan dalil tentang kesunnahan melakukan ibadah pada waktu yangg dilalaikan manusia dan lebih disukai Allah.
Ibnu Rajab seorang Imam, Al Hafidz lahir di Bagdad tahun 836 H menulis dalam kitab Lathaiful Ma’arif ada beberapa faedah dalam menghidupkan waktu yangg dilalaikan manusia

Pertama, perbuatan tersebut lebih samar, menuaikan ibadah lebih samar dan sembunyi-sembunyi lebih utama.Terutama puasa, lantaran puasa merupakan ibadah rahasia antara hamba dengan Allah, tidak ada riya’ di dalamnya.

Kedua, dia lebih berat di jiwa, senentara kebaikan yangg paling utama adalah yangg paling berat di jiwa. Sebabnya adalah jiwa bakal meniru apa yangg disaksikannya pada manusia. Apabila banyak orang yangg terjaga dan menunaikan ibadah maka bakal banyak orang melakukan ketaatan lantaran meniru mereka. Sedangkan jika banyak orang yangg lalai maka kebanyakan manusia bakal meniru mereka.

Sabda Rasulullah dari Abu Hurairah
“Islam bermulai sebagai sesuatu yangg asing dan bakal kembali dianggap asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yangg dianggap asing (HR. Muslim)

Dalam riwayat yangg lain, nabi ditanya
“Siapakah orabg-orang yangg dianggap aneh?, Beliau menjawab. ” Yaitu orang-orang yangg melakukan kebaikan ketika kondisi masyarakat rusak.( HR. Ibnu Hibban)

Ketiga, orang yangg menyendiri dalam mengerjakan ketaatan diantara pelaku kemaksiatan, bisa mencegah ancaman yangg menimpa manusia, sehingga seakan-akan dia telah melindungi dan menjaga manusia dari balasan Allah di dunia.

Bagi penduduk Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah, memberikan rambu-rambu dalam mengisi bulan Syaban agar menghindari ibadah yangg berasal dari budaya alias tradisi seperti Sadranan, berasal dari upacara Srada pada masa Majapahit, diubah namanya menjadi Sadranan berupa kunjungan kubur dengan mengkhususkan kunjungan kubur alias angan pada leluhur pada bulan Syaban.

Selain itu juga menghindari ibadah dari sabda tiruan seperti ibadah Nisfu Syaban. Dianjurkan beramaliyah sesuai sunnah ialah puasa sunnah, mengkaji amalan-amalan Ramadan dan bayar hutang puasa. Bulan Syaban termasuk bulan spesial lantaran amalan-amalan manusia diangkat kehadirat Allah SWT.

Untuk mendapatkan pembaruan sigap silakan berlangganan di Google News

-->
Sumber majelistabligh.id
majelistabligh.id