Sikap Kita dalam Menyikapi Problematika Kehidupan
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)
PWMJATENG.COM – “Di kala manusia menghadapi problematika hidup, selama tetap ada secercah iman, maka dia tidak bakal tergelincir dalam lembah nestapa.”
Suatu sore, ketika penulis (Gus Zul) sedang duduk santuy di teras, tiba-tiba menerima telepon dari Sastra. Percakapan kami adalah sebagai berikut:
Pak Sastra: “Assalamu’alaikum, Mas. Posisi di luar kota alias di dalam kota?”
Penulis: “Di dalam kota, Mas. Lagi di teras.”
Pak Sastra: “Oh, ya, Mas. Sebenarnya ini ada keperluan ke tempat jenengan, tapi ada tamu agung.”
Penulis: “Oh, Njih, Mas. Jika tidak mengganggu, saya yangg kesitu.”
Pak Sastra: “Oh, Njih.”
Setelah sampai di rumah, penulis berjumpa dengan pasangan suami istri.
Penulis: “Pripun, Pak Bejo, kabare?”
Pak Bejo: “Nggih, syukur, Pak. Tapi sedang mumet, masalah numpuk-numpuk jadi nggak ngerti lagi.”
Penulis lantas mencoba memberikan sedikit saran kepada pasangan suami istri tersebut dengan bahasa yangg santuy agar tidak terkesan tegang. Intinya, penulis menyarankan bahwa kita semestinya tidak pamor untuk meminta maaf saat melakukan salah. Dalam hidup, kita kudu sadar diri dan tidak memaksakan kehendak.
Itulah potret kehidupan manusia yangg sedang diterpa problematika hidup, yangg sejatinya adalah ujian dari Allah.
Problematika Kehidupan: Suatu Hukum Alam
Kehidupan adalah sebuah norma alam yangg telah ditentukan oleh Allah. Tidak hanya ada sisi kesenangan alias kebahagiaan, tetapi juga ada sisi kesulitan alias kesedihan. Kedua perihal ini datang untuk melengkapi kehidupan. Ketika kita hanya mengalami kebahagiaan tanpa henti, kita bisa lupa kepada Tuhan dan diri kita sendiri. Sebaliknya, jika kita terus-menerus diuji dengan kesulitan, kita bakal lupa untuk mensyukuri karunia Allah.
Setiap masalah dalam hidup—baik itu masalah utang piutang, pekerjaan, ekonomi, jodoh, mendidik anak, alias kehidupan bermasyarakat—sebenarnya merupakan tanda kasih sayang Allah. Semua itu merupakan ujian yangg kudu kita hadapi dengan kesabaran dan keikhlasan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, setiap kesulitan pasti diiringi dengan kemudahan. Allah telah memberikan solusi untuk setiap ujian yangg kita hadapi.
Sudut Pandang dan Penyikapan Terhadap Problematika Kehidupan
Jika kita menelisik lebih dalam, kita bakal menemukan dua perspektif pandang dalam menyikapi problematika kehidupan.
Baca juga, Kenalan dengan Beasiswa dan Program Unggulan UMS, 55 Santriwati MA Tahfidz Nurul Iman Karanganyar Kunjungi Kampus
Pertama, ada orang yangg menghadapi masalah dengan bijak dan dengan nilai-nilai keagamaan sebagai landasan utama. Orang seperti ini tidak bakal menyalahkan Tuhan alias orang lain. Sebaliknya, dia bakal banyak mengintrospeksi diri dan lebih hati-hati dalam melangkah, menyadari bahwa hidup ini sudah diatur oleh Allah Swt.
Kedua, ada orang yangg dalam menghadapi ujian hidup merasa redup dan kehilangan rahmat serta hidayah dari Allah. Orang ini condong menyalahkan Tuhan dan menggerutu, merasa Tuhan tidak sayang padanya. Jika emosi ini dibiarkan berkembang, bisa berpotensi melemahkan iman, apalagi menuju kepada kesyirikan, baik secara lembut maupun terang-terangan.
Namun, Allah memberikan ujian sesuai dengan keahlian umat-Nya. Ujian tersebut sudah dipersiapkan dengan solusi yangg tepat, tinggal kita yangg kudu mau menyesuaikan dan memperbaiki diri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat Al-Insyirah ayat 5-6:
5. “فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا”
Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
6. “إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا”
Artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Hikmah dari ayat ini adalah, di kembali setiap kesulitan, pasti ada kemudahan yangg menyertainya. Ujian dan problematika dalam hidup ini, entah gimana langkah alias waktunya, Allah yangg mengaturnya. Kita hanya perlu menjalaninya dengan sabar dan tawakal.
Kesimpulan
Hidup ini bakal terasa tidak berarti jika tanpa problematika. Masalah yangg dihadapi umat manusia sejatinya merupakan tantangan yangg bakal menguji ketahanan jiwa, membentuk jiwa petarung sejati, dan menjauhkan kita dari sifat pengecut. Oleh lantaran itu, setiap ujian hidup merupakan kesempatan untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Semoga kita senantiasa bersabar dalam menghadapi ujian dan ujian hidup, tetap bersandar kepada Allah, serta dijauhkan dari kesyirikan dan kemunafikan. Aamiin.
Editor : M Taufiq Ulinuha
Jumlah Pengunjung : 68