Sepenggal Cerita Kami Berkunjung ke Rumah Keluarga Muhammad Abduh - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

“Syaikh Muhammad Abduh apalagi mengajarkan Bahasa Inggris, Bahasa Prancis, dan Bahasa Eropa lainnya kepada para putri-putrinya.” Ungkap Dr. Malik Kamal Manshur, cicit dari Muhammad Abduh itu sendiri.

Jawaban tersebut terlontarkan setelah kami (Abduh Studies) menanyakan padanya mengenai metode dan langkah sang ustadz pembaharu tersebut dalam mendidik keluarganya. Hal ini mengundang decak kagum dari kami yangg mendapat insight baru mengenai Muhammad Abduh dari sisi keluarga.

Abduh Studies adalah organisasi yangg bergerak dalam pengkajian pemikiran serta literatur dari Muhammad Abduh. Abduh Studies didirikan oleh para mahasiswa Indonesia yangg sedang berkuliah di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Percakapan kami dengan Dr. Malik terjadi pada hari Jum’at (21/6/2024) di kediaman beliau yangg terletak di Kafr Syibin, Markaz Syibin Qanathir, Kegubernuran Qalyubiyah, Mesir. Daerah Kafr Syibin yangg terletak di sebelah utara kairo adalah kota mini yangg jarang sekali dijamah oleh Masisir.

Jaraknya dari Kairo sekitar 32 kilometer dan hanya perlu satu jam perjalanan dengan kereta api. Qalyubiyah adalah wilayah yangg cukup subur, sepanjang perjalanan kami ke Kafr Syibin mata kami dimanjakan dengan persawahan padi, jagung, dan perkebunan lain yangg menghampar luas.

Bertamu ke Rumah Dr. Malik Manshur

Kelompok Abduh Studies disambut dengan cukup hangat di kediaman family Manshur setibanya kami si Kafr Syibin. Keluarga Manshur adalah family terpandang yangg cukup berpengaruh di Kafr Syibin selama ratusan tahun. “Asal kalian tahu, rumah ini saja sudah berumur lebih dari seratus tahun,” tutur Dr. Malik Manshur kepada kami.

Rumah family Manshur di Kafr Syibin mempunyai style arsitektur unik eropa dengan beberapa pilar di pintu masuk. Bangunan ini juga punya laman yangg cukup luas dengan banyak pohon yangg tinggi, sebuah perihal yangg banget jarang kami lihat di Mesir.

Kami diajak untuk memasuki ruang tamu yangg terletak sebelah kiri sebelum pintu masuk. Ruangan tamu ini penuh dengan pajangan foto beberapa leluhur dan tetua family Manshur, termasuk di dalamnya adalah foto Syaikh Muhammad Abduh yangg ditulis sebagai “Sanak kerabat (نسيب) family Manshur”. Namun perlu diketahui, bahwa pertalian hubungan antara family Mansur dengan Syaikh Muhammad Abduh baru terjadi setelah sang Mujaddid tersebut wafat. Adalah nenek dari Dr. Malik Manshur, ialah Abbas Sulaiman Manshur yangg menikah dengan salah seorang putri Muhammad Abduh dari jalur istri pertama.

Setelah kami berenam berkenalan dan beramah tamah dengan beliau, kami saling berganti pandang tentang profil diri masing-masing. Dr. Malik Manshur adalah pensiunan master gigi yangg pulang ke Mesir setelah berkarir di negeri Paman Sam.

Ia telah bekerja lebih dari empat puluh tahun di Amerika Serikat dan kembali ke Mesir empat tahun yangg lalu. Label “cicit Muhammad Abduh” yangg melekat pada dirinya membuatnya banyak diwawancarai oleh media-media Mesir yangg mau mengorek info lebih dalam tentang sang reformis tersebut.

Sebagai informasi, Abduh Studies sukses menghubungi Dr. Malik Mahshur setelah membaca hasil wawancaranya dengan situs media youm sabi’.

Memoar Muhammad Abduh dan Keluarga Dr. Malik Manshur

Selepas obrolan kami segera bergegas untuk menunaikan ibadah Salat Jum’at di masjid terdekat. Sepanjang jalan setapak ke masjid, kami banyak menjumpai papan nama family Manshur di rumah-rumah dan tokoh-tokoh.

Keluarga Manshur memang banyak menelurkan tokoh-tokoh yangg menjadi pemimpin di beragam wilayah di Mesir, terkhusus di wilayah Kafr Syibin. Hingga para tetua family ini banyak menyandang gelar sebagai “tiangnya Kafr Syibin” (عمدة كفر شبين).

Pasca Salat Jum’at selesai banyak anak-anak mini yangg mengerubungi kami hanya demi bersalaman alias berfoto. Anak-anak ini terus membuntuti kami seperti iring-iringin hingga sampai ke Madyafah (rumah tempat bertamu) family Manshur.

Madyafah ini adalah rumah yangg terpisah beberapa ratus meter dari rumah utama yangg didiami Dr. Malik. Bangunan ini mempunyai warna coklat pualam dengan gapura serta laman kecil, begitu rapi dan terawat. Usia Madyafah ini juga cukup tua, tertera di pintu gerbang bahwa tempat ini didirikan pada tahun 1817 Masehi.

Kami diberi kehormatan untuk masuk di Madyafah ini sebagaimana tamu-tamu family Manshur yangg lain. Rumah utama mempunyai tiga pintu, yangg langsung mengarah ke sebuah ruang tamu besar. Di dalamnya juga terdapat foto para pendahulu family Manshur tidak terkecuali Muhammad Abduh. “Syaikh Muhammad Abduh juga pernah mengunjungi madyafah ini,” Ujar Thariq Manshur, salah satu kerabat Dr. Malik yangg menemani kami.

Ia lantas mulai membangga-banggakan family Manshur dan Muhammad Abduh “Beliau adalah ustadz yangg sukses membangunkan umat Islam dari kejumudan,” pungkasnya.

Lewat obrolan ba’da Salat Jum’at ini juga kami diberitahu bahwa family Manshur berasal dari Aleppo, hingga salah seorang leluhurnya hijrah ke Mesir dan menjadi pembesar pemerintah pada saat Muhammad Ali Pasya berkuasa (awal abad 19).

Mengenalkan Muhammadiyah ke Keluarga Muhammad Abduh

“Saya mendengar bahwa di Indonesia ada sebuah organisasi Islam yangg terinspirasi pemikiran Muhammad Abduh, apa kalian tahu?,” Kata Dr. Malik Manshur melontarkan pertanyaan kepada kami. Kami menjawab penuh semangat, karena beberapa personil Abduh Studies adalah aktivis di Muhammadiyah, organisasi Islam yangg beliau maksud. Abduh Studies juga mengabarkan pada beliau bahwa Muhammadiyah sudah mempunyai bagian internasional di Kairo.

Usut punya usut, Dr. Malik Manshur rupanya mengetahui perihal Muhammadiyah lewat temannya yangg juga menjadi salah satu ahli filsafat dan intelektual Islam terkemuka, Dr. Muhammad Immarah. Ia jugalah yangg menjadi penyunting kompilasi karya Muhammad Abduh yangg diterbitkan penerbit Dar Syuruq, kairo.

Dr. Malik Manshur lantas menyampaikan rasa bangganya bahwa ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh rupanya telah terimplementasikan dengan baik oleh Muhammadiyah.

Kami lampau banyak berbincang soal kepribadian Muhammad Abduh dan style pendidikannya di tengah keluarga. Syaikh Muhammad Abduh telah mendidik para putrinya untuk mempelajari bahasa Inggris dan Prancis sejak kecil.

Sang ulama pembaharu tersebut memang tidak punya anak laki-laki, namun mempunyai empat orang anak perempuan. “Keturunan Muhammad Abduh ada di Kafr Syibin dan Alexandria, ada juga keturunan beliau di Syam dari family Hamuda,” Kata Dr. Malik Manshur kepada kami.

Sayangnya, Dr. Malik Manshur tidak mempunyai info mengenai keturunan dari siswa paling tersohor dari buyutnya, ialah Muhammad Rasyid Ridha. Ia juga mengungkapkan bahwa Muhammad Abduh giat berkorespondensi dengan para ustadz dan intelektual dari Tunisia dan Al-Jazair, salah satunya adalah mufasir kenamaan; Thahir Ibn Asyur.

Ziarah kami ke Kafr Syibin banyak membuka alam wawasan kami pada sosok Abduh. Pada Akhir pertemuan kami berterimakasih pada dr.Malik atas sambutan hangatnya. Abduh Studies berambisi bisa tetap menjaga silaturrahmi dengan cicit Muhammad Abduh tersebut. Kami lantas berpamitan pada family Dr. Malik Manshur untuk kembali bergulat dengan hiruk pikuk kota Kairo.

-->
Sumber ibtimes.id
ibtimes.id