Sempat Bercita-cita Jadi Tentara, Muhadjir Effendy Tulis Buku Profesionalisme Militer dan TNI - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

KLIKMU.CO – Prof Muhadjir Effendy dikenal luas sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Kini, dia juga mengemban amanah sebagai Penasihat Presiden Bidang Haji di pemerintahan Presiden Prabowo.

Namun, tidak banyak yangg tahu bahwa saat muda, Muhadjir sempat bercita-cita menjadi tentara. Meski angan itu tak terwujud, pendapat dan pemikirannya tentang bumi militer tetap mengemuka dalam bukunya yangg berjudul Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI. Buku itu terbit dengan jenis revisi ketiga setelah terbit kali pertama pada 2008.

Buku ini mengupas gimana Tentara Nasional Indonesia (TNI) beralih bentuk menjadi lembaga yangg profesional, baik dari aspek kompetensi teknis, kepemimpinan, maupun etika kemiliteran. Muhadjir mengulas dinamika sosial, politik, dan sejarah yangg membentuk karakter unik profesionalisme TNI, yangg berbeda dari militer di negara lain.

Sejak awal kemerdekaan, profesionalisme TNI telah menjadi bahan perdebatan. Dalam bukunya, Muhadjir menguraikan tiga komponen awal pembentuk TNI: eks-Pembela Tanah Air (PETA), eks-KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger), dan satuan-satuan gerilya. Meskipun PETA dan KNIL mempunyai visi profesionalisme yangg berbeda, keduanya berkedudukan krusial dalam membangun fondasi militer Indonesia.

Namun, selama pemerintahan Orde Baru, TNI mengangkat peran dobel (dwifungsi), di mana mereka tidak hanya bekerja sebagai perangkat pertahanan negara, tetapi juga aktif dalam politik dan ekonomi.

Muhadjir menyoroti bahwa era reformasi 1998 membawa perubahan besar dalam tubuh TNI. Salah satu langkah signifikan adalah lahirnya Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI, yangg menegaskan bahwa militer kudu profesional, netral secara politik, tidak berbisnis, serta tunduk pada supremasi sipil dan prinsip demokrasi.

Dalam kitab ini, Muhadjir menegaskan bahwa profesionalisme TNI tidak hanya ditentukan oleh keahlian teknis alias modernisasi perangkat utama sistem persenjataan (alutsista), tetapi juga nilai-nilai moral, keprajuritan, dan kedisiplinan.

Ia memperkenalkan Diagram Pentagonal Profesionalisme TNI, yangg mencakup lima komponen utama: kemampuan, kepemimpinan, motivasi, kesempatan, dan pengetahuan (knowledge). Menurutnya, profesionalisasi TNI kudu mencakup semua aspek ini agar tercipta militer yangg tangguh, berintegritas, dan bisa menjalankan tugas pertahanan negara secara optimal.

Buku ini juga membahas tantangan dalam upaya profesionalisasi TNI, seperti ketimpangan dalam sistem pendidikan militer, pengaruh politik, serta perubahan sosial yangg memengaruhi persepsi masyarakat terhadap militer. Salah satu rumor utama yangg dikritisi adalah gimana reformasi yangg telah melangkah lebih dari dua dasawarsa tetap menghadapi halangan dalam perihal kontrol demokratis terhadap militer.

Selain itu, Muhadjir menyoroti kebijakan yangg kerap inkonsisten, terutama mengenai peran TNI dalam keamanan domestik. Meskipun TNI telah dilepaskan dari kewenangan politik dan bisnis, tetap ada tantangan dalam memastikan agar mereka tetap konsentrasi pada pertahanan negara dan tidak kembali terlibat dalam urusan sipil yangg dapat menghalang proses demokratisasi.

Secara keseluruhan, kitab ini menyajikan perspektif akademik yangg mendalam tentang perjalanan TNI menuju profesionalisme. Dengan pendekatan historis dan teoretis, Muhadjir Effendy sukses menggambarkan gimana TNI terus beradaptasi dengan tuntutan zaman. Buku ini menjadi referensi krusial bagi akademisi, pengamat militer, serta siapa saja yangg mau memahami lebih dalam dinamika hubungan sipil-militer di Indonesia.

(Wildan/AS)

-->
Sumber Klikmu.co
Klikmu.co