Surabaya, KLIKMU.CO – Acara pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya Selasa (13/6) lampau di gedung Airlangga Convention Center, Universitas Airlangga, meninggalkan cerita yangg menarik. Pada saat sesi foto, misalnya, para personil PDM Surabaya ini tampak melakukan sesi foto berbareng dengan istri masing-masing. Suasana langsung ramai begitu salah satu MC meminta para istri ini untuk menaiki podium dan melakukan pengambilan gambar bersama.
Tak hanya itu, salah satu perihal menarik lainnya adalah istri dari personil PDM ini rupanya juga personil Pimpinan Daerah Aisyiyah Surabaya yangg dikukuhkan pada saat bersamaan. Ternyata, kebanyakan istri personil PDM Surabaya adalah personil Aisyiyah juga.
Di kembali suksesnya seorang laki-laki pasti ada wanita dahsyat di belakangnya. Begitu pula Aisyiyah. Berbicara mengenai Muhammadiyah, tentunya juga tidak bisa dilupakan peran Aisyiyah sebagai organisasi wanita yangg memegang peran krusial di setiap perjuangan Muhammadiyah.
Dalam movie Nyai Walidah, misalnya, dikisahkan sepeninggal Ahmad Dahlan saat perang kemerdekaan, ada peran Aisyiyah. Salah satunya mendirikan dapur umum alias menyuplai makanan bagi para tentara.
Lailatul Amanah mengamini perihal itu. Bu Am, panggilan akrabnya, merupakan istri Drs Marjuki MA, wakil ketua PDM Surabaya. Ia mengaku terus men-support perjuangan dakwah sang suami.
Saat ditemui KLIKMU.CO, Bu Am menceritakan tentang gimana kisahnya selama mendampingi sang suami dalam berjuang di Muhammadiyah.
“Cara berjuang untuk kepercayaan Islam itu banyak sekali caranya, salah satunya dengan men-support suami bermuhammadiyah. Sama halnya dengan kisah Nyai Walidah yangg men-support secara penuh baik jiwa raga dan kekayaan untuk Muhammadiyah,” tutur Bu Am kepada KLIKMU.CO.
“Nah, ini sama halnya yangg dilakukan untuk PDM Surabaya. Itulah yangg menjadi inspirasi saya, bahwa organisasi Muhammadiyah itu adalah organisasi yangg bergerak di bagian dakwah Islam, amar makruf nahi munkar, dan aktivitas tajdid,” imbuhnya.
Bu Am menambahkan, KH Ahmad Dahlan memberi kewenangan sendiri untuk merawat para istri yangg lain dalam satu perkumpulan. Jadi, Aisyiyah di sini tidak hanya seperti kata ungkapan surgo nunut neroko katut.
“Nah, jadi jika Muhammadiyah berkecimpung di depan, Aisyiyah pun kudu ikut dan bisa berkecimpung seperti bapak-bapak Muhammadiyah,” terangnya.
Sindiran Pulang Malam
Bu Am juga sering sekali mendengar banyak istri yangg menanyakan kenapa jika rapat pulang malam sekali. Namun, dirinya mengatakan sudah biasa baginya untuk sering ditinggal suami rapat. Karena dia juga menyadari dan pernah ikut selama tiga periode kepemimpinan yangg berbeda. Namun, Bu Am terus menjalin komunikasi, silaturahmi, dan saling men-support tentang gimana kiprah Muhammadiyah.
“Di sinilah peran bapak-bapak Muhammadiyah juga sangat besar sekali untuk mengingatkan untuk tetap bersemangat,” kata wanita enam anak itu.
“Inilah perlunya kenapa kita perlu memandang perjuangan Rasulullah dalam berceramah dan juga pendiri Muhammadiyah terdahulu yangg sampai mendapat ancaman bakal dibunuh jika melanjutkan dakwahnya. Namun, reaksi Nyai Walidah sebagai istri tetap semangat dan mendoakan agar suaminya itu tetap dilindungi Allah, lantaran itu tugas yangg mulia,” imbuhnya lagi.
Terakhir, Bu Am juga berpesan kepada ibu-ibu bahwa kita semua sudah tahu persoalan apa saja yangg terjadi. Karena persoalan di Surabaya itu luas dan kompleks. Maka, kita kudu memahami, istiqamah, dan tetap men-supportnya dengan mendoakan dan mendukung suami kita agar dilindungi Allah.
Merawat Keikhlasan Hati
Kisah menarik lain datang dari istri Salman Alfarisi, salah satu personil Biro dan Majelis Wakaf PDM Surabaya yangg baru saja dikukuhkan Selasa lalu. Wasilatul Umah namanya.
Menurut Uul, begitu biasa dia dipanggil, tidaklah mudah merawat keikhlasan hati untuk selalu mendukung suami di persyarikatan. Dibutuhkan hati yangg kuat serta selalu tulus dan tidak boleh mengeluh. Meskipun terkadang juga ada emosi sedih lantaran kudu ditinggal suami bermuhammadiyah.
Namun, semua itu bisa diatasi Uul dengan menanamkan pada diri sendiri jika berjuang dijalan Allah itu banyak caranya, salah satunya dengan bermuhammadiyah.
Di sisi lain, Uul merasa sangat bangga atas pengukuhan suaminya. Sebab, banyak sekali hal-hal positif yangg dia dapatkan selama mendampingi suami bermuhammadiyah. Seperti pengetahuan serta pembelajaran baru dari suaminya.
“Tak mudah memang sampai di titik ini. Semua butuh proses, kesabaran, serta keikhlasan hati,” tuturnya.
Manajemen Waktu
Tak jarang saat suami sedang banyak-banyaknya rapat, anak-anak menanyakan ayahnya yangg belum pulang. Namun, Uul bisa mengatasinya dengan memberikan pengertian kepada anak-anak bahwa Abi -panggilan berkawan sang anak- sedang bekerja.
Di samping itu, Uul yangg juga bekerja pun kudu bisa membagi waktu dan berbagi peran dengan suami. “Mengingat, anak-anak ini kan sangat kemantil (menempel) sama Abinya. Jadi, jika Abinya libur gantian anak-anak sama Abi,” imbuh wanita dua anak tersebut.
Bagi Uul, komunikasi sangat diperlukan dalam mengatur alias manajemen waktu ini. Kapan untuk bermuhammadiyah dan untuk keluarga.
“Hebatnya, menjadi istri bapak Muhammadiyah yangg juga Aisyiyah itu kudu bisa semuanya. nan jelas sebelum ibu Aisyiyah ini keluar untuk rapat, semua keperluan suami dan anak sudah kudu terpenuhi, baru bisa keluar. Selain itu, salah satu langkah saya untuk men-support suami itu misalnya jika bapak capek ibu yangg mijitin, meskipun dirinya sendiri sedang capek,” ucapnya menutup perbincangan dengan KLIKMU.CO. (Reza Rachmatika/AS)