Pembangunan di Rempang, di Papua, di Manapun Juga Harus Bertanggungjawab, Tidak Boleh Mencari Keuntungan Semata - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

MUHAMMADIYAH.OR.ID, SAWANGAN – Di kehidupan dunia, manusia diberi dua tugas oleh Allah Swt. Pertama untuk beragama kepada-Nya dalam dimensi yangg luas, dan kedua, menjalankan peran sebagai Khalifah (wakil Allah) untuk mengelola dan memakmurkan bumi.

Dua peran ini menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir sepatutnya menjadi pedoman bagi setiap pemegang kedudukan dalam melaksanakan kebijakan pembangunan. Lebih-lebih jika dia adalah seorang muslim. 

“Kita diberi bumi, bumi ini dengan segala isinya kudu kita bangun, kita olah. Ada rimba kita tanami dan kita olah. Ada tambang kita gali. Ada ikan di laut maupun di kolam, kita ambil. Itu hidayah Allah, tapi ingat peringatan Allah Surat Al-Baqarah ayat 11 dan Surat Al-A’raf ayat 56. Jadi bangunlah dan jangan engkau rusak,” pesannya dalam Tabligh Akbar Muhammadiyah Ranting Sawangan, Depok, Ahad (24/9).

Surat Al-A’raf ayat 56 berisi larangan untuk melakukan kerusakan di muka bumi. Sedangkan Surat Al-Baqarah ayat 11 berisi karakter umum para pelaku kerusakan yangg berkarakter denial dengan berkilah bahwa perusakan yangg dia lakukan adalah dalam rangka melakukan perbaikan.

Dua ayat ini, kata Haedar adalah pedoman di dalam Islam untuk melaksanakan pembangunan secara bertanggungjawab. Sehingga jika ada masalah yangg muncul, maka Islam juga menganjurkan para pelaku pembangunan itu untuk mempertanggungjawabkan akibat dari perbuatannya.

“Maka Islam mengajarkan membangun tanpa merusak. Nah, jika ada masalah dari pembangunan, kudu ada yangg bertanggungjawab. Pertama, siapa yangg membangun awal dan siapa yangg selanjutnya membangun, mereka kudu bertanggungjawab,” jelasnya.

“Kedua, jika sudah jadi masalah, musyawarahkan penyelesaiannya yangg terbaik, selesaikan. Jangan yangg mini dibesar-besarkan, yangg besar dilupakan jadi hilang, lampau kelak muncul lagi. Kemudian masalahnya ga selesai, malah dipolitisasi, apalagi mau pemilu. Masalah tidak selesai, rakyat yangg jadi korban tidak terbantu, yangg membangun juga tidak muhasabah diri. Padahal coba jika kita diberi mandat oleh rakyat alias umat, membangun alias merusak, dampaknya bukan hanya dunia, tapi juga dengan akhirat. Nah di sinilah saya percaya dengan ibadah dan kegunaan kekhalifahan itu insyaAllah kita bakal membangun dengan baik, juga dengan maslahah,” imbuh Haedar.

Kepada pegiat Persyarikatan, Haedar lantas berpesan agar dua tugas utama manusia di bumi itu dilaksanakan dengan penuh seksama dalam membesarkan dakwah Muhammadiyah lewat pembangunan Amal Usaha. Haedar tidak mau Muhammadiyah melaksanakan pembangunan tanpa bertanggungjawab.

“Jadi tidak ada salahnya membangun. Membangun di Papua, di Depok, di Ciamis, di Rempang, di Pekanbaru, tidak ada yangg salah. nan salah adalah langkah membangunnya. Hanya semata-mata mencari untung, tidak memandang akibat dari pembangunan. Tidak memandang siapa yangg diuntungkan dari pembangunan. Tidak memandang lingkungan terancam apa tidak. Maka di situlah kegunaan kekhalifahan, orang membangun tapi kudu dengan mas’uliyah, dengan pertanggungjawaban,” tegasnya. (afn)

Hits: 51

-->
Sumber Muhammadiyah
Muhammadiyah