MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta tahun 2022 menghasilkan arsip Risalah Islam Berkemajuan. Risalah ini menegaskan karakter unik Muhammadiyah dalam memahami dan mengamalkan kepercayaan Islam.
Dirumuskannya mengerti Islam Berkemajuan sebagai distingsi alias karakter pembeda aktivitas Muhammadiyah sendiri tidak muncul tiba-tiba. Melainkan lahir dari rangkaian perumusan pikiran, etos, karakter, dan langkah berakidah yangg hidup dan bersanad sejak Kiai Ahmad Dahlan, generasi awal, hingga generasi terakhir Muhammadiyah di era ini.
“Jadi kita sudah akrab, Islam Berkemajuan adalah sesuatu yangg distingtif yangg membedakan kita dengan orang (Islam) lain,” terang Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Dalam pembukaan Pengajian Ramadan 1444 H di UHAMKA, Jumat (31/3), Haedar mengatakan jika mengerti Islam Berkemajuan mempunyai rujukan historis dari riwayat pengajaran kepercayaan yangg dilaksanakan oleh Kiai Ahmad Dahlan.
Kiai Ahmad Dahlan diriwayatkan sering memakai kata ‘akal murni’, ‘akal suci’, ‘maju’ dan ‘berkemajuan’ untuk mendorong murid-muridnya. Misalkan untuk menjadi pembimbing yangg maju, ustad yangg maju, alias orang Islam yangg maju.
Secara organisasi, frasa ‘memajukan’ juga tercatat tujuan Persyarikatan dalam Statuta Muhammadiyah tahun 1912 yangg kemudian diperbaharui pada 1920 menjadi “menyebarluaskan perihal ihwal kepercayaan Islam, di seluruh Hindia Timur”.
Kalimat dalam Statuta inilah yangg kemudian menurut Haedar Nashir diterjemahkan menjadi identitas aktivitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, amar makruf nahi munkar, dan tajdid.
Setelah Kiai Ahmad Dahlan wafat, pemikiran maju ini diteruskan oleh para murid-muridnya, termasuk Kiai Mas Mansur dan Ir. Sukarno.
Sukarno saat menggugat tabir di rapat Muhammadiyah Bengkulu, alias saat berkirim surat kepada A. Hassan mengenai pendapat peremajaan Islam, kata Haedar merupakan jejak dari pendidikan Kiai Ahmad Dahlan.
“Intinya Kiai Dahlan dengan istilahnya, alias yangg jadi tindakannya adalah Islam yangg membawa pada kemajuan hidup umat Islam dalam beragam aspek kehidupan yangg kelak membawa pada peradaban,” ujarnya.
Dalam perkembangan Muhammadiyah, mengerti Islam Berkemajuan kata Haedar mulai disusun secara berjenjang dari Muktamar ke-46 di Yogyakarta tahun 2010 dalam arsip Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua.
“Kesimpulannya kata ‘berkemajuan’, kata ‘maju’, ‘kemajuan’ itu sudah melekat dengan kelahiran, perkembangan dan pertumbuhan Muhammadiyah sehingga dia punya atsar (jejak) yangg sah, jejak yangg sahih dengan Persyarikatan Muhammadiyah. Artinya jika ada yangg berpikiran mundur, itu tidak sejalan dengan pemikiran berkemajuan,” jelas Haedar. (afn)
Hits: 0