Merenungkan Ulang Beberapa Hadis Tentang Puasa - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Umat Islam perlu merenungkan tentang sabda prinsip ibadah puasa di bulan Ramadan. Meski pun hadis-hadis tentang puasa sudah sangat familiar di kalangan masyarakat, namun tetap saja sebagai manusia tidak bisa lepas dari kata “lupa”.

Maka, selayaknya umat Islam merenungkan beberapa sabda Nabi Muhammad saw tentang melaksanakan puasa secara umum dan puasa Ramadan secara khusus.

Hadis yangg paling terkenal tentang hikmah Ramadan tersebut berbunyi: “Barangsiapa beragama (menghidupkan) bulan Ramadan dengan ketaatan dan mengharap pahala, maka Allah bakal mengampuni dosa-dosanya yangg telah lalu,” (HR Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan sabda di atas, di antara hikmah puasa Ramadan, pertama, dihapuskannya dosa yangg sudah berlalu.

Gagasan ini memicu banyak orang untuk berpikir bahwa masuk Islam itu enak, bisa melakukan dosa sebanyak sebelas bulan, lampau tinggal menunggu bulan Ramadan saja dan melaksanakan ibadah di dalamnya, sehingga dosanya diampuni.

Namun demikian perihal itu merupakan suatu kesalahan. Karena ada syarat-syarat tertentu yangg kudu diketahui.

Salah satunya membaca sabda lain yangg mendampingi sabda tersebut, lantaran di dalam memahami teks-teks, baik teks ayat Alquran maupun sabda yangg prinsipnya integralistik. Tidak bisa mengambil konklusi dari satu sabda saja.

Ada pun sabda lain yangg mendampingi sabda tersebut adalah: “Dari Abu Sa’id Alquran berbicara “aku mendengar Rasulullah Saw bersabda; barangsiapa yangg puasa Ramadan dan mengenali batas-batasnya, serta menjaga diri dari apa yangg tidak layak dia lakukan, maka diampuni dosa-dosanya yangg telah terdahulu”.

Hadis di atas memberikan syarat kepada orang yangg berpuasa di bulan Ramadan dan bakal diampuni dosanya, ialah untuk yangg bisa menjaga diri dari dosa dan maksiat yangg tentu itu tidak layak untuk dilakukan.

Maka, tidak asal berpuasa saja, lampau dengan bebas melakukan hal-hal yangg tidak semestinya dilakukan.

Intinya, puasa itu bakal mengampuni dosa yangg telah dilakukan andaikan seorang hamba bisa menjaga diri terhadap hal-hal yangg menimbulkan dosa.

Ini merupakan hikmah yangg kedua, ialah bahwa pahala puasa itu tidak distandarkan minimal 10 dan maksimal 700, tapi sebanyak-banyaknya, sesuai kehendak Allah dan kemurahan-Nya.

Maka dengan itu, puasa merupakan ibadah yangg berkarakter individual. Pengamalannya tidak dapat dilihat selain oleh diri sendiri dan Allah swt. (*)

(Disarikan dari pidato Prof Syamsul Anwar pada Kultum Tarawih di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, 30 Maret 2023 yangg dirilis muhammadiyah.or.id)

-->
Sumber majelistabligh.id
majelistabligh.id