Menuju Al Islam Asyaddu At Taqaddimiy, Islam Berkemajuan Perlu Pengayaan Relasi Nash dan Sains - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Sifat pengetahuan pengetahuan, sains dan teknologi yangg bergerak dan selalu mengalami pembaruan ke jenis yangg lebih canggih menuntut pemahaman Islam yangg adaptif, akomodatif dan terbuka. Demikian disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Saad Ibrahim Sabtu (1/4) di Jakarta.

Sayangnya, umat Islam belum menemukan posisi yangg mapan dalam menatap unsur-unsur tersebut kendati ayat-ayat Alquran lekat dengan semangat peradaban dan pengetahuan pengetahuan. Kekosongan ini menurut Kiai Saad Ibrahim berupaya diisi Muhammadiyah dengan Risalah Islam Berkemajuan.

Meski tetap memerlukan pengayaan lebih jauh, Risalah Islam Berkemajuan menurutnya potensial untuk menjadi fondasi bagi perumusan sebuah pandangan alam (worldview).

“Risalah ini hasil Muktamar. Kalau soal orang Muhammadiyah berkemajuan, itu memang sudah yangg riil. Tapi kita mencari dasar-dasar teologisnya, saya kira tetap perlu ada proses-proses. Tapi yangg built in dengan Islam itu sudah pasti berkemajuan. Jadi ini menjadi mobilitas Muhammadiyah dan insyaAllah dengan langkah ini bakal ada akselerasi,” ucap Saad.

Dalam Pengajian Ramadan 1444 H di UHAMKA tersebut, Saad mengatakan jika urgensi menentukan pandangan alam cukup krusial agar kemajuan yangg dilakukan Muhammadiyah mempunyai distingsi yangg jelas, mempunyai ruh Islami dan tidak terperosok ke dalam paradigma sekuler.

“Ingin saya tegaskan bahwa yangg tidak Muhammadiyah bisa maju, apalagi yangg tidak muslim juga bisa maju. Tapi tentu kemajuannya berbeda,” jelasnya.

“Jadi iqra bismirabbikaladzi-khalaqa itu bukan yangg utama pada literasinya. Bukan. Sebab literasi itu sudah ada sejak pada masa Yunani di mana peninggalan karya ilmiah, kemelekan huruf, analisa makulat sudah maju. Tapi di mana posisi Tuhan? Maka begitu kita kandas menanamkan iktikad itu, kemajuan bakal menjadi sebuah perilaku destruktif yangg sangat masif jika tidak dikendalikan oleh pedoman Tuhan,” imbuhnya.

Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah di UHAMKA

Sejak era Nabi Adam, Islam sendiri menurut Saad mempunyai prinsip dan semangat kemajuan (at-taqadum) yangg kontekstual. Semangat inilah yangg perlu diperkaya oleh Muhammadiyah dengan mengarahkannya menjadi Al-Islam Asyaddu At-Taqaddimiy (Islam yangg kemajuannya lebih dahsyat).

“Saya menyebut Al-Islam Asyaddu At-Taqaddimiy. Jadi lebih dalam konteks ini. Tapi kelak ketika diterapkan, at-tatbiq, tidak selalu melahirkan Islam at-Taqadddimiy (Islam yangg maju), sehingga dalam konteks ini ada relativitas,” jelasnya sembari mencontohkan satu kasus tentang pembuktian hilal.

Realitas iptek dan sains yangg bergerak diharapkan Saad menjadi perhatian dalam pengayaan Risalah Islam Berkemajuan. Khususnya untuk membentuk mindset yangg akomodatif dan terbuka.

“Yang kesekian, boleh jadi yangg sekarang kita anggap sebagai maju, itu kelak kemudian jadi tidak maju. Sekarang ini pesawat terbang maju, tapi kelak jika teori Einstein bisa diaplikasikan, maka (pesawat) itu tidak diperlukan lantaran ada (teknologi) yangg lebih maju lagi (teleportasi), tubuh kita bisa diubah jadi daya dan lain sebagainya,” kata dia.

“Di posisi inilah at-taqaddum al-Islamiy di situ. Sehingga saya sering menyebut kita melakukan dua gerak: pertama, scientific as in nash, jadi nash (dalil-dalil) itu perlu dilihat secara scientific. Tapi kedua, kita juga perlu melakukan yangg tidak kalah penting, nushushi science (me-nash-kan sains) yangg orang menyebut Islamisasi sains. Maka yangg saya sebut Al-Islam At-Taqaddum (Islam yangg maju) itu tidak sekadar model taqadum-taqadum yangg siapapun bisa ada di situ, tapi kita kudu ada konteks,” pungkasnya. (afn)

Hits: 0

-->
Sumber Muhammadiyah
Muhammadiyah