Menjadi Manusia Bebas dengan Mengendalikan Hawa Nafsu - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Budi Jaya Putra mengatakan bahwa nafsu secara umum seringkali dipahami sebagai sesuatu nan negatif. Kata nafsu tidak jarang digunakan dalam konteks nan buruk. Lantas, apakah betul hawa nafsu selalu tercela?

Mengutip pandangan Ibnu Rajab, Budi menjelaskan bahwa jika “al-hawa” digunakan secara mutlak, nan dimaksud adalah menyelisihi kebenaran sebagaimana firman Allah: “Dan janganlah Anda mengikuti hawa nafsu, lantaran dia bakal menyesatkan Anda dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26). Dari sini hawa nafsu berfaedah mengikuti semua kemauan diri sendiri dengan beragam cara. Hal ini bakal menyesatkan seorang Hamba dari jalan Allah.

“Jika manusia mempunyai rasa ingin, misalnya, mau mempunyai suatu benda, jika itu dituruti hingga menghalalkan segala cara, maka hawa nafsu ini bakal menyesatkan manusia,” terang Kepala Pusat Tarjih Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan ini dalam kajian nan diselenggarakan Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan pada Senin (13/03).

Agar nafsu itu berbuah positif, maka seorang Hamba mesti mengendalikan hawa nafsunya dengan mengikuti sunnah Nabi Saw. Dalam sabda Arbain nan ke-41 disebutkan: “Dari Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Tidak beragama seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa nan saya bawa.” Mengikuti aliran Rasulullah merupakan langkah nan paling memungkinkan seseorang untuk tidak menjadi budak hawa nafsu.

Dalam Al Quran juga disebutkan: “Dan adapun orang-orang nan takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari kemauan hawa nafsunya, Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41). Artinya, andaikan seseorang telah mengetahui batas sehingga bisa mengendalikan hawa nafsunya, maka Allah bakal memberikan kebahagiaan di alambaka kelak. Dengan demikian, seseorang mesti mendahulukan hukum daripada hawa nafsu.

“Dikatakan sebagai manusia nan paling bebas jika seseorang telah bisa mengendalikan hawa nafsunya. Satu-satunya langkah mengendalikan hawa nafsu adalah mencintai dan mengamalkan aliran Islam nan dibawa Rasulullah Saw,” pungkas Budi.

Hits: 0

-->
Sumber Muhammadiyah
Muhammadiyah