Menginsyafi Ujiah dari Allah - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Manusia itu adalah salah satu makhluk Allah yangg paling istimewa. Mereka adalah makhluk yangg mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kita bisa dapati manusia yangg menyebar di muka bumi ini sangat beragam.

Ada manusia yangg bisa hidup di bawah nol derajat seperti manusia manusia kutub, ada manusia yangg hidup di suhu udara yangg sangat panas seperti orang Arab, dan ada manusia yangg hidup di udara yangg pas-pasan seperti orang yangg hidup digaris khatulistiwa.

Manusia-manusia dengan beragam macam daya tahannya disertai beberapa karakternya yangg sesuai dengan lingkungannya.

Betapa pun manusia itu berbeda ukuran dan karakternya tapi manusia itu tetap memerlukan adanya Tuhan, sebagai pegangan dalam kehidupannya.
Agar manusia itu bisa hidup senang didunia maupun di akhirat, maka Allah memberi petunjuk kepada mereka

Namun manusia juga berbeda beda dalam menanggapi petunjuk Allah tersebut.

Ada yangg mengimani alias mempercayai seratus persen ayat ayat Allah tersebut, namun ada juga yangg memanfaatakan ayat ayat Allah yangg sesuai diimani yangg tidak sesuai diingkari, dan ada pula yangg seratus persen menolak petunjuk Allah.

Agar manusia di bumi terlihat betul apa yangg diucapkan alias pun bohong apa yangg diucapkan, Allah pasti menguji hambanya ketika manusia itu hidup di dunia.

Hal itu sebagaimana ditunjukkan Allah dalam ayatnya:

الۤمۤ ۝ أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن یُتۡرَكُوۤا۟ أَن یَقُولُوۤا۟ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا یُفۡتَنُونَ ۝ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَیَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ صَدَقُوا۟ وَلَیَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِینَ

“Alif Lam Mim, Apakah manusia mengira bahwa mereka bakal dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yangg betul dan pasti mengetahui orang-orang yangg dusta.” [Surat Al-Ankabut: 1 – 3]

وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ أَخۡبَارَكُمۡ

“Dan sungguh, Kami betul-betul bakal menguji Anda sehingga Kami mengetahui orang-orang yangg betul-betul berjihad dan bersabar di antara kamu; dan bakal Kami uji perihal kamu.” [Surat Muhammad: 3]

Jadi, setiap orang yangg mengaku beragama pada Allah mereka pasti bakal diuji dengan beragam peristiwa. Apakah mereka tetap istiqomah dengan pendiriannya alias sudah melenceng dari keistiqomahan tersebut.

Orang mudah ngomong apa saja, bakal tetapi apakah betul omongan seseorang itu, apakah mereka berbohong terhadap omongannya tersebut, perihal semacam itu bakal nampak ketika orang tersebut diuji oleh Allah dengan beragam macam ujian.

Ujian Allah bisa berupa ujian ketauhidan. Misalnya, apakah manusia hanya berjuntai pada Allah saja ataukah mereka tetap berjuntai dengan sesuatu yangg lain.

Saat manusia sakit sudah berobat kemana mana nggak sembuh sembuh, maka mereka bakal diuji dengan dukun alias semacamnya. Kalau mereka tetap pada pendiriannya maka luluslah sebagai orang yangg istikamah.

Juga orang yangg tidak dikaruniai anak, apakah mereka tetap hanya berobat kedokter yangg mempunyai ilmunya alias justru mereka pergi kedukun alias yangg semacamnya.

Orang yangg mencari rezeki sudah ke mana-mana dirinya ditolak lamarannya, terus apakah mereka tetap percaya bahwa pemberi rezeki adalah Allah alias pergi ke dukun cari pesugihan itu juga merupakan ujian?

Pun jika mereka sudah bekerja namun sudah lama dia bekerja tapi tak naik-naik jabatannya sehingga dia pergi ke orang pandai yangg membikin jampi jampi, itu juga ujian.

Termasuk orang yangg hidup miskin namun Allah iba padanya, maka dia diberi kekayaan agar mereka bisa mudah melaksanakan ibadah.

Akan tetapi dia kemudian lupa tugas utamanya dan sibuk dengan kesempatan-kesempatan mendapatkan rezeki yangg melimpah, hingga lupa salat, lupa zakat, lupa puasa dan seterusnya.

Atau kemiskinan yangg membikin dia lalai pada Zat pemberi kehidupan sehingga sibuk mencari rezeki saja tanpa memperhatikan patokan aturan yangg dibuat Allah kepada mereka.

Termasuk ujian adalah kesalehan seseorang, apakah mereka menjadi sombong alias bertambah tawadhu kepada Allah?

Juga kefasikan seseorang, itu pun juga merupakan ujian yangg datang dari Allah, apakah mereka merasa nyaman dengan kehidupan fasik tersebut.

وَقَطَّعۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ أُمَمٗاۖ مِّنۡهُمُ ٱلصَّٰلِحُونَ وَمِنۡهُمۡ دُونَ ذَٰلِكَۖ وَبَلَوۡنَٰهُم بِٱلۡحَسَنَٰتِ وَٱلسَّيِّـَٔاتِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

“Dan Kami pecahkan mereka di bumi ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yangg saleh dan ada yangg tidak demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yangg baik-baik dan (bencana) yangg buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” [Surat Al-A’raf: 168]

Ada tiga karena kenapa Allah menurunkan ujian pada umat-Nya, ialah :

1. Sebagai kaffarah alias penebus dosa, agar dosa-dosa kita terhapuskan atas karena kesabaran kita dalam menghadapi ujian.

2. Untuk memberi pahala kepada kita. Kita bakal mendapatkan pahala dari kesabaran kita dalam menghadapi ujian.

3. Allah SWT mau meninggikan derajat kita. Dengan adanya ujian, bakal diketahui siapa sebenarnya kita. Apakah kita termasuk mukmin yangg benar, ataukah sebaliknya seorang munafik.

Di luar 3 perihal di atas Allah telah berjanji dalam Alquran bahwa di kembali kesusahan pasti ada kemudahan.

Maka, jangan pernah cemas terhadap masalah yangg tak berakhir, lantaran semua bakal berhujung jika telah tiba waktunya. (tim)

-->
Sumber majelistabligh.id
majelistabligh.id