Bulan Muharram, yangg juga dikenal sebagai Suro dalam budaya Jawa, adalah salah satu bulan spesial dalam Islam. Berdasarkan kalkulasi Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT), 1 Muharram 1445 bertepatan pada hari Ahad, 07 Juli 2024.
Bulan Muharram ini termasuk dalam bulan-bulan haram (suci) di mana umat Islam dianjurkan untuk menjauhi perbuatan kejam dan meningkatkan ibadah serta kebaikan kebaikan. Di dalamnya terdapat hari-hari yangg sangat penting, seperti hari ‘Asyura pada tanggal 10 dan Tasua pada tanggal 9 Muharram.
Muharram menjadi saksi beragam peristiwa krusial dalam sejarah para Nabi. Di antaranya adalah selamatnya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun, mendaratnya kapal Nabi Nuh setelah banjir besar, dan keluarnya Nabi Yunus dari perut ikan. Peristiwa-peristiwa ini menambah kemuliaan Bulan Muharram dan mengajarkan kita tentang kekuasaan dan rahmat Allah.
Namun, di Indonesia, khususnya di Jawa, tanggal 1 Muharram yangg dikenal sebagai malam 1 Suro sering kali diiringi dengan beragam mitos. Mitos-mitos ini antara lain larangan untuk keluar malam, membangun alias pindah rumah, serta menggelar aktivitas pernikahan. Kepercayaan ini menyatakan bahwa hari tersebut membawa kesialan, padahal tidak berdasar pada pengetahuan pengetahuan maupun kajian ilmiah.
Dalam pengetahuan tauhid, kepercayaan semacam ini dikenal dengan istilah “tathayyur”, yangg secara harfiah berfaedah “berita burung”. Tathayyur adalah praktik mengaitkan kejadian alias tindakan dengan hal-hal yangg tidak mempunyai hubungan logis alias ilmiah, termasuk menganggap diri bakal terkena apes jika melakukan sesuatu pada hari alias bulan tertentu.
Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ghoffar Ismail, Muhammadiyah dengan tegas menyatakan bahwa mitos-mitos ini hanyalah cerita-cerita tanpa dasar yangg kuat dalam pengetahuan maupun nash (dalil). Oleh lantaran itu, mitos-mitos tersebut termasuk dalam kategori tathayyur, takhayul, dan khurafat yangg kudu dijauhi oleh umat Islam. Kepercayaan seperti ini dikhawatirkan dapat mengarah kepada syirik, ialah menyekutukan Allah, dan berpotensi merusak iktikad umat.
Meskipun demikian, dalam berceramah untuk meluruskan pemahaman masyarakat, kita kudu menggunakan pendekatan yangg bijak. Dakwah kudu dilakukan dengan hikmah, nasihat yangg baik, dan debat yangg dilakukan dengan langkah yangg baik (mujadalah bil ma’ruf). Tujuannya adalah membujuk umat untuk kembali kepada aliran Islam yangg murni tanpa menyinggung emosi alias memicu konflik.
Dengan demikian, kita berambisi umat Islam dapat memahami dan menghargai kemuliaan Bulan Muharram tanpa terjebak dalam mitos-mitos yangg tidak berdasar, serta meningkatkan kualitas ibadah dan kebaikan di bulan yangg penuh berkah ini.
Referensi:
Ghoffar Ismail, “Pandangan Muhammadiyah Terhadap: Mitos-Mitos Bulan Muharam”, dalam Materi Pengajian Tarjih PP Muhammadiyah jenis 223.