Memaafkan, Kunci Kedamaian dan Kemuliaan Hati - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 8 bulan yang lalu
Memaafkan, Kunci Kedamaian dan Kemuliaan Hatifoto: getty images

UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“Be forgiving. Forgive people who have hurt you. Forgive people who have wronged you. Just as you also want Allah to forgive your mistakes.”

(Jadilah pemaaf. Maafkanlah orang yangg pernah menyakitimu. Maafkanlah orang yangg pernah melakukan kejam kepadamu. Sebagaimana Anda juga mau Allah mengampuni kesalahanmu)”

Memaafkan orang lain adalah salah satu sifat terpuji dalam Islam. Sebagai makhluk yangg tidak sempurna, manusia sering melakukan salah.

Namun, ketika seseorang yangg bersalah mempunyai kemauan untuk meminta maaf, kita dianjurkan untuk memaafkannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

“Balasan suatu keburukan adalah keburukan yangg setimpal. Akan tetapi, siapa yangg mengampuni dan melakukan baik (kepada orang yangg melakukan jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS. As-Syura: 40)

Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa meskipun membalas keburukan diperbolehkan demi keadilan, namun orang yangg bisa mengampuni dan memperbaiki hubungannya bakal mendapat pahala dari Allah.

Allah sendiri yangg mengetahui besarnya pahala tersebut. Dia juga tidak menyayangi orang-orang yangg melanggar hak-hak asasi manusia dengan melanggar syariat-Nya.

Dalam Islam, memberi maaf sangat dianjurkan, terutama jika seseorang yangg bersalah telah bertaubat dan memperbaiki dirinya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidak mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan bakal semakin membuatnya mulia. Dan juga tidaklah seseorang mempunyai sifat tawadhu’ (rendah hati) lantaran Allah melainkan Allah bakal meninggikannya.” (HR. Muslim No. 2588)

Sebaliknya, tidak mau mengampuni dalam Islam sangat tidak dianjurkan, lantaran seringkali diiringi dengan rasa dendam dan kebencian.

Rasulullah saw mengajarkan bahwa persaudaraan di antara sesama muslim ibaratkan satu jasad. Jika satu bagian sakit, seluruh tubuh turut merasakannya. Rasulullah saw bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اثْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَى

“Perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah ibaratkan satu tubuh. Apabila satu personil tubuh sakit, seluruh badan bakal merasa sakit.” (HR. Muslim No. 2586)

Rasulullah juga melarang kita untuk memboikot kerabat muslim lebih dari tiga hari. Beliau bersabda:

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

“Tidak legal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari No. 6237 dan Muslim No. 2560)

Karena itu, tidak mengampuni kerabat muslim yangg telah berupaya meminta maaf dapat menakut-nakuti diterimanya kebaikan ibadah kita.

Sifat pemaaf adalah salah satu kunci untuk meredam bentrok dan membuka pintu keberkahan.

Sebagai umat muslim, kita kudu menjadikan pemaafan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan teladan bagi orang lain.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update sigap silakan berlangganan di Google News

-->
Sumber majelistabligh.id
majelistabligh.id