Melek Literasi, Geliat Kekinian ‘Aisyiyah sebagai Gerakan Perempuan Berkemajuan
Oleh: Amalia Irfani
Tulisan ini terinspirasi setelah membaca beberapa jenis Suara Muhammadiyah tentang pentingnya literasi nan telah menjadi aktivitas sosial nasional berjulukan Gerakan Literasi Nasional (GLN) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Untuk wanita berkemajuan, literasi menjadi krusial agar mobilitas langkah wanita lebih aktif, imajinatif dan berfaedah bagi masyarakat dan ummat. Sebuah pengharapan nan bisa terwujud jika semua kader Aisyiyah mempunyai visi memajukan, mencerahkan, tanpa memandang perbedaan. Perempuan dahsyat bukan lantaran pangkat dan kedudukan, tetapi kecerdasannya bermasyarakat dan memanfaatkan sumberdaya nan dimiliki.
Gerakan kekinian Aisyiyah berarti aktivitas sesuai era dan kebutuhan masyarakat dan umat tanpa menghilangkan prinsip dakwah Islam sesungguhnya, ialah amr maruf nahi munkar. Mainstream wanita Berkemajuan kudu dapat menjadikan kader Aisyiyah pandai dalam memanfaatkan sumber info nan ada disekitar agar bermanfaat. Salah satunya melek media, me-literasi diri dan lingkungan. Perempuan berkemajuan selalu bakal berpikir kebaikan dan bergerak lantaran tujuan.
Perempuan dan Literasi Digital
Literasi dapat dipahami sebagai keahlian berkata nan dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi, lebih spesifik keahlian membaca dan menuangkannya dalam tulisan. Survei tahun 2018 oleh World Wide Web Foundation berjudul “Women’s Rights Online”, menganalisa ada kesenjangan kelamin di bagian digital di Indonesia nan minim dikuasai oleh perempuan. Namun https://aptika.kominfo.go.id, nan dirilis tahun November 2022, terdapat nomor sebaliknya, jumlah pengguna internet dan media sosial lebih banyak perempuan, ialah 56,6 persen dan laki-laki 43,4 persen. Hasil ini menyimpulkan bahwa wanita mempunyai kerentanan saat berselancar di bumi maya.
Kerentanan tersebut disebabkan minimnya pengetahuan wanita dalam menggunakan gadget, handphone sebagai perangkat komunikasi keseharian. Maka, rumor krusial nan kudu menjadi perhatian untuk memaksimalkan peran wanita setidaknya ada tiga, yakni prasarana digital, keahlian digital, dan keamanan di ruang digital.
Perempuan kudu memahami ketiga perihal tersebut sebagai pondasi aman, nyaman saat mengeksplorasi, mengekspresikan apapun di media digital. Keterampilan digital misalnya dapat menggugah semangat wanita khususnya ibu-ibu rumah tangga untuk membikin edukasi baik dan berfaedah melalui video singkat, tulisan, opini, quote, alias hanya sekedar meng-share informasi, dengan memahami pula keamanan di ruang digital berupa batas dalam meng-share berita, berkomentar dan meneruskan suatu pesan informasi.
Melek Literasi Bagi Perempuan Berkemajuan
Era globalisasi modern alias nan biasa disebut new media merupakan era dimana semua dengan mudah, sigap didapatkan secara online. Aktifitas belajar apalagi berdagang pun tidak lagi kudu berjumpa secara tatap muka. Hanya perlu gadget canggih dengan saldo di rekening, maka transaksi dilakukan. Barang alias pesanan bakal sampai di pintu rumah dalam hitungan hari.
Realitas nan tidak hanya diminati oleh kaum hawa, tetapi juga kaum adam. Dimudahkan dalam transaksi sosial, era new media menuntut kecermatan, kepintaran wanita untuk memanfaatkan gadget nan dimiliki agar tidak menjadi mudharat. Seperti mainstream wanita berkemajuan, maka kader Aisyiyah kudu pandai menjadikan gadget sebagai sarana komunikasi, info dengan bijak dan cermat.
Bijak dan jeli memanfaatkan media berasosiasi erat dengan kepintaran dalam mengedukasi diri lewat literasi. Melek literasi adalah kebutuhan, wajib bagi siapapun agar tidak ketinggalan info nan sedang berkembang. Khusus untuk perempuan, me-literasi diri tidak hanya sekedar keahlian membaca, menulis, berbicara, menghitung, tetapi juga keahlian dalam memecahkan masalah nan ada di rumah tangga, pekerjaan bahkan kejadian sosial nan hangat terjadi juga bagian tidak terpisahkan dari kepintaran literasi.
Lalu seperti apa langkah melek literasi nan dapat dilakukan oleh wanita berkemajuan agar dapat memberikan kemanfaatan bagi diri, lingkungan dan masyarakat. Menurut penulis langkahnya sederhana, tetapi cukup sulit. Jadikan media sosial sebagai sarana komunikasi, info dan sumber pengetahuan pengetahuan bermanfaat.
Gunakan gadget sesuai keperluan dan kebutuhan, serta sarana berdakwah. Hindari perihal sia-sia seperti menonton movie nan membikin diri terbawa emosi negatif, misalnya marah dan berprasangka. Penggunaan berlebihan gadget tidak hanya merusak rohani tetapi juga jasmani, penggunaan terus menerus selama lima jam memicu beragam penyakit, salah satunya obesitas.
Amalia Irfani, Divisi Penguatan Politik Perempuan LPPA PWA Kalbar, Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM