MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Di kalangan masyarakat muslim, konsumsi makanan pada bulan Ramadan secara umum meningkat. Utamanya konsumsi di antara jarak waktu antara takjil dan sahur.
Sebagai akibat meningkatnya konsumsi itu, maka limbah makanan pun juga ikut meningkat. Baik limbah lantaran sisa makanan ataupun limbah pembungkus makanan.
Melihat kejadian ini, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hening Purwati Parlan berpesan agar kaum muslimin di tingkat individu, keluarga, maupun organisasi (masjid/musala) tergerak untuk meningkatkan kepedulian.
“Mari kita mulai dengan Gerakan Green Ramadan nan didalamnya ada aktivitas mengurangi sampah makanan pada saat buka puasa dan sahur,” pesannya, Rabu (29/3).
Selain itu, Hening berambisi agar kaum muslimin bersikap tawazun (seimbang) sekaligus mengamalkan aliran kepercayaan Islam untuk melestarikan lingkungan.
Mengurangi perihal mubazir, termasuk limbah makanan dan limbah plastik termasuk dalam mengamalkan aliran Islam. Apalagi dalam Islam, terdapat konsep kebersihan adalah sebagian dari iman, “an nadzafatu minal iman.”
Kata Hening, limbah nan meningkat itu juga meningkatkan potensi penularan penyakit dari kuman dan virus seperti diare, tifus, disentri, jamur, kolera, dan beragam macam penyakit kulit. Pada lingkungan, limbah itu pasti mendatangkan aroma nan tidak sedap, mendatangkan beragam penyakit dan mencemari lingkungan.
Maka, kepedulian masjid, musala, organisasi dan family menurutnya kudu dilakukan secara masif, dimulai dengan menumbuhkan sikap tidak memubazirkan makanan, menyampaikan akibat membuang makanan pada lingkungan, kesehatan dan masa depan bumi.
“Fakta nan menyebut bahwa tumpukan sampah ini meningkat pada saat Ramadan sungguh memprihatinkan,” ujarnya. (afn)
Hits: 0