0Penyembelihan hewan Kurban bagi muslim adalah perihal biasa saja lantaran ritual itu setiap tahun dilakukan, tapi bagi kalangan non muslim timbul tanda tanya besar. Kemudian dihembuskan bahwa penyembelihan Kurban ini adalah pembantaian besar-besaran yangg dilakukan umat Islam seluruh dunia. Maka dimunculkan bahwa Islam itu bengis, dalam Islam diajarkan untuk menganiaya binatang, dimana penyembelihannya pun dilakukan dengan langkah yangg menyakitkan bagi hewan ternak, yangg dilakukan dengan langkah hewan diikat lampau disembelih beramai-ramai, dimana seluruh bumi melakukan dengan langkah yangg sama. Berapa juta hewan ternak yangg dikurbankan untuk kepentingan manusia dengan ritual tahunan tersebut.
Kemudian mereka memunculkan pengganti solusi seolah berdasar logika keilmuan, ialah agar tidak menyakitkan bagi hewan, sebelum dibunuh hewan dibuat pingsan terlebih dahulu, bisa dibius alias apapun yangg krusial dipingsankan dulu, setelah itu baru disembelih.
Menurut mereka langkah itu lebih tidak menyakitkan dibanding terus langsung disembelih.
Muncul pertanyaan besar, bener nggak sih yangg disembelih langsung itu memang lebih menyakitkan daripada jika hewan dibuat pingsan terlebih dulu baru kemudian disembelih ?
Logikanya normatifnya tidak bakal menyakitkan jika hewan dipingsankan dulu baru kemudian disembelih. Namun jika hewan dipingsankan dulu tidak sesuai dengan hukum Islam yangg mengharuskan agar hewan disembelih pada kondisi sadar dan segar.
Berdasarkan perihal inilah kemudian dilakukan penelitian, juga untuk membuktikan suatu sabda yangg di riwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan melakukan iḥsān (baik) terhadap segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan langkah yangg baik, dan jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan langkah yangg baik pula, dan hendaklah seseorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan hewan sembelihannya”
Untuk membuktikan perihal tersebut, dua orang staf peternakan dari Hannover University di Jerman, ialah Prof Wilhelm Schulze yangg non muslim dan koleganya Dr. Hazim yangg muslim, memimpin suatu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan, manakah yangg lebih baik dan paling tidak menyakitkan, menyembelih secara hukum islam yangg murni dengan menggunakan pisau tajam, alias menyembelih dengan langkah hewan dibuat pingsan terlebih dulu seperti yangg lazim dilakukan di tempat-tempat penyembelihan ternak di Eropa.
Kedua intelektual tersebut kemudian merancang suatu penelitian pada ternak sapi dewasa.
Pada permukaan otak mini sapi-sapi itu microchip EEG (Electro Encephalograph), untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit ketika disembelih langsung dalam keadaan sadar segar segar serta jika disembelih dalam keadaan pingsan.
Kemudian pada jantung sapi-sapi itu juga dipasang microchip ECG (Electro Cardiograph) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar lantaran disembelih dalam keadaan sadar segar segar serta jika disembelih dalam keadaan pingsan.
Prof Wilhelm Schulze yangg non muslim mau membuktikan bahwa langkah menyembelih sesuai hukum Islam itu salah, sebaliknya Dr Hazim yangg muslim sangat percaya bahwa apa yangg sudah disyariatkan oleh Islam pasti yangg terbaik.
Dalam penelitian yangg dilakukan oleh Prof Schulze dan Dr Hazim pada ternak yangg disembelih dalam keadaan sadar dan segar, pada 3 detik pertama setelah hewan disembelih, diagram EEG tidak menunjukkan perubahan apapun dengan kata lain hewan tidak merasakan apapun saat disembelih. Lain lagi jika diagram EEG terlihat naik artinya timbul rasa nyeri alias sakit pada hewan saat disembelih,
Adapun ECG yangg terpasang pada jantung hewan ternak yangg disembelih dalam keadaan segar bugar, grafiknya memperlihatkan kenaikan yangg artinya kinerjanya jantung malah dahsyat dengan aktivitas yangg luar biasa pada saat hewan tersebut disembelih, yangg kemudian setelah 6 detik diagram tersebut menurun hingga titik nol yangg menunjukkan terputusnya hubungan antara otak dan tubuhnya.
Pada saat hewan yangg dalam kondisi segar disembelih, jantung memompa darah dengan sangat kuat sehingga pembuluh darah arteri yangg terpotong memuncratkan darah sangat hebat, dan pada saat yangg berbarengan jantung juga menyedot darah diseluruh bagian tubuh untuk kembali menuju jantung sehingga darah juga mengalir keluar melalui pembuluh vena.
Oleh lantaran darah diseluruh organ tubuh disedot kembali ke arah jantung yangg kemudian dimuncratkan keluar oleh jantung, maka kemudian tidak ada lagi darah yangg tersisa di setiap bagian organ tubuh hewan yangg tersebut, sehingga daging yangg disembelih dalam keadaan segar tersebut menjadi sehat.
Dari hasil penelitian tersebut telah terbukti bahwa pada ternak sapi yangg disembelih dalam keadaan segar bugar, tidak ada rasa nyeri maupun sakit pada hewan, adapun dagingnya sehat lantaran tidak ada timbunan sisa darah di masing-masing organ dalam tubuh ternak sapi. Adapun aktivitas kejang-kejang pada sapi saat disembelih hanyalah merupakan ekskresi dari keterkejutan dari otot dan saraf sapi semata.
Penelitian kemudian dilanjutkan pada hewan ternak yangg dipingsankan terlebih dulu sebelum disembelih. Pada hewan yangg disembelih dalam keadaan pingsan, microchip EEG yangg terpasang pada permukaan otak mini sapi, grafiknya meningkat yangg menunjukkan bahwa justru dengan perlakuan seperti itu hewan merasakan sakit yangg sangat luar biasa.
Di sisi lain secara berbarengan ECG yangg merekam aktifitas kerja jantung, grafiknya malah menurun apalagi flat yangg menunjukkan bahwa kerja aktivitas jantung menurun kemudian berhenti. Oleh lantaran kerja jantung berhenti, maka darah yangg ada di masing-masing organ tubuh tetap berdiam di sana, darahnya nyantol di masing-masing organ, sehingga darahnya tidak banyak yangg mengalir keluar, hanya darah dari jantung yangg mengalir keluar pada saat hewan disembelih dalam keadaan pingsan. Akibatnya dagingnya menjadi tidak sehat, lantaran ternak sembelihan darahnya tetap ngendon dalam organ-organnya, maka darah tersebut menjadi tempat tumbuhnya kuman serta kuman yangg kemudian semakin lama semakin membusuk, sehingga tidak sehat untuk dikonsumsi alias tidak layak untuk diberikan ke orang-orang yangg menerima kurban.
Setelah membuktikan bahwa menyembelih hewan ternak dengan langkah hukum Islam adalah yangg terbaik bagi hewan serta dagingnya sembelihannya pun sehat, akhirnya Prof Wilhelm Schulze menyatakan diri masuk Islam.
Betapa kepercayaan yangg sudah 1400 tahun lebih dan baru membuktikannya sekarang, maka bagi seorang sains itu sangat luar biasa sehingga mengucap kalimat Syahadat dengan sangat percaya tanpa ragu sedikitpun tentang kebenaran Islam, bahwa rupanya hukum Islam itu tinjauan dari sisi apapun tidak ada kesalahannya.
*disampaikan dalam “Ngaji Sehat” tinjauan Teologis Medis di Masjid ALFATH Bratang Surabay
oleh dr. Tjatur Prijambodo, M.Kes., Direktur RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo