PARA nabi dan rasul mempunyai misi tunggal ketika diutus berceramah kepada kaumnya, ialah rayuan mentauhidkan Allah. Alih-alih menerima respons menggembirakan, tetapi justru melawan dan berupaya melenyapkan pembawa risalah itu. Utusan Allah pun menerima perlawanan itu dengan emosi sedih dan sabar.
Sedih lantaran jelas tempat akhir merek di neraka. Sabar lantaran menyadari bahwa tugasnya hanya menyampaikan risalah itu. Allah pun merespons perlawanan itu dengan mengirimkan tentara-tentara nan menghukum mereka.
Menolak Ajakan Bertauhid?
Ada di antara mereka nan menyadari hingga Kembali ke jalan nan benar, namun kebanyakan mereka keras hati dan sombong hingga Allah menghukumnya dengan melenyapkan mereka tanpa bekas.
Ajakan bertauhid
Allah mengirimkan utusan-Nya untuk mengingatkan kepada kaumnya untuk mengingatkan adanya penyimpangan dalam menjalani kehidupan. Para rasul diutus unik untuk mengembalikan jalan nan kudu dilalui manusia dari jalan-jalan nan menjauhkan dirinya dari fitrah nan lurus.
Penyimpangan dari jalan nan lurus hingga tidak lagi menghiraukan pantangan, sehingga menabrak tatanan nan terlarang. Utusan Allah itu mau mengembalikan kaumnya ke jalan nan benar, dengan membujuk untuk takut kepada Allah, perihal itu ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَاِ لٰى عَا دٍ اَخَاهُمْ هُوْدًا ۗ قَا لَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَـكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا مُفْتَرُوْنَ
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) kerabat mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) Anda hanyalah mengada-ada.” (QS. Hud : 50)
Nabi Hud mengingatkan kaum ‘Ad agar menghentikan perbuatan dosanya dengan mengingatkan dan takut kepada Tuhan nan menciptakannya. Dengan mengingat dan takut kepada Allah diharapkan bisa menghentikan kemaksiatan nan dilakukan secara berjamaah.
Nabi Hud pun mengingatkan bahwa apa nan dilakukannya, tidak menginginkan apa-apa selain untuk meluruskan jalan. Dia pun menegaskan bahwa teguran nan disampaikan hanyalah menjalankan tugas suci tanpa mau dapat jawaban alias ganjaran. Hal ini sebagaimana firman-Nya :
يٰقَوْمِ لَاۤ اَسْــئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا ۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى الَّذِيْ فَطَرَنِيْ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
“Wahai kaumku! Aku tidak meminta hadiah kepadamu atas (seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari Allah nan telah menciptakanku. Tidakkah Anda mengerti?” (QS. Hud : 51)
Berakhir Kehinaan
Kejahatan terbesar nan dilakukan kaumnya, tidak lain dengan mengagungkan sesuatu nan rendah dan tak berharga. Dikatakan rendah dan tak berbobot lantaran tidak bisa mendatangkan kebaikan. Kalaupun kebaikan berkarakter semu dan berasas prasangka saja.
Mereka tekun mengkultuskan barang nan statusnya lebih rendah dari dirinya. Alih-alih berterima kasih dan menunjukkan sikap hormat, tetapi justru berjanji tidak bakal mengikuti nasihatnya. Allah menarasikan sikap jelek mereka sebagaimana firman-Nya :
قَا لُوْا يٰهُوْدُ مَا جِئْتَـنَا بِبَيِّنَةٍ وَّمَا نَحْنُ بِتٰـرِكِيْۤ اٰلِهَـتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَـكَ بِمُؤْمِنِيْنَ
“Mereka (kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti nan nyata kepada kami, dan kami tidak bakal meninggalkan sesembahan kami lantaran perkataanmu dan kami tidak bakal mempercayaimu,” (QS. Hud : 53)
Penolakan secara massif itu diiringi dengan sikap arogan dan meremehkan, dengan mengatakan bakal tetap memperkuat untuk menuhankan berhala mereka. Mereka pun menegaskan bahwa dirinya tidak bakal mempercayai apa nan disampaikan rasul.
Baca juga: Menegakkan Tauhid: Syariat Tunggal Para Rasul
Penolakan massif dan susah untuk menerima kebenaran, menandakan siap menerima kehinaan berupa balasan nan menghancurkan mereka. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَ لَمَّا جَآءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُوْدًا وَّا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا ۚ وَ نَجَّيْنٰهُمْ مِّنْ عَذَا بٍ غَلِيْظٍ
“Dan ketika balasan Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang nan beragama berbareng dia dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari balasan nan berat.” (QS. Hud : 58)
Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya
Simak juga Video2 Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Jawa Timur www.youtube.com/@majelistablightv