Kecintaan Allah dan Turunnya Rasul - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Kecintaan Allah dan Turunnya Rasul – Allah sangat mencintai seluruh hamba-Nya. Bentuk kecintaan itu dengan mengirimkan utusan unik untuk menjelaskan langkah meraih kebahagiaan di bumi dan mencapai kemuliaan di akherat. Kedatangan rasul dengan membawa kitab suci untuk menjelaskan cara-cara mudah untuk memperoleh keselamatan dengan mengikuti petunjuk.

Manusia nan mengikuti petunjuk bakal mendapat kemuliaan dengan menempati kedudukan nan tinggi dan agung di surga. Namun kebanyakan manudia justru memilih jalan sendiri hingga membuatnya tersesat hingga menjerumuskan diri dalam kebinasaan.

Fungsi dan Kedudukan Rasul

Allah mempunyai kasih sayang nan utuh dan sempurna. Sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta, Allah tidak membiarkan manusia hidup terlunta-lunta hingga sesat di dunia. Oleh karenanya, Allah mengirim utusan untuk membimbung guna mendapatkan petunjuk terbaik.

Utusan Allah juga menjelaskan bahwa kitab nan dibawa merupakan petunjuk paling tinggi nilainya. Di dalam kitab itu tertulis jalan lurus, sehingga bagi nan mengikuti petunjuk bakal mendapatkan rahmat. Hal ini dinarasikan sebagaimana firman-Nya :

وَلَقَدْ جِئْنٰهُمْ بِكِتٰبٍ فَصَّلْنٰهُ عَلٰى عِلْمٍ هُدًى وَّرَحْمَةً لِّـقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

“Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka, nan Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang nan beriman.” (QS. Al-A’raf : 52)

Al-Qur’an sebagai kitab berisi petunjuk mengarahkan manusia menghindari perbuatan maksiat, serta memberi pilihan untuk melakukan baik. Manusia nan tidak mendapatkan petunjuk bakal mudah menyimpang, seperti minum minuman keras, bakal mendorong dirinya melakukan zina alias membunuh.

Berani melakukan korupsi bakal mengantarkan dirinya hidup foya-foya hingga melakukan kerusakan, nan menghancurkan dirinya alias orang lain. Sebaliknya, bagi orang nan mendapatkan petunjuk, bakal mudah melakukan kebaikan, seperti menagakkan keadilan, peduli dan berkorban untuk kepentingan orang lain.

Perbedaan dalam merespon utusan Allah sangat menentukan kedudukannya di hadapan manusia ketika di bumi dan saat berjumpa Allah di akherat. Ketika merespon positif dan berterima kasih atas petunjuk, maka kedudukannya bakal mulia.

Sebaliknya ketika merespon negatif dengan melakukan perlawanan terhadap aliran Nabi, maka dia bakal berperilaku jelek nan mengantarkan dirinya dalam kehancuran.

Al-Qur’an memberi contoh manusia nan menolak rayuan rasul. Mereka adalah orang-orang nan telah mapan dalam hidupnya, Mereka bisa dikatakan sebagai pelopor dalam menolak aliran rasul. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :

قَا لَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهٖۤ اِنَّا لَـنَرٰٮكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

“Pemuka-pemuka kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang Anda betul-betul berada dalam kesesatan nan nyata.” (QS. Al-A’raf : 60)

Oleh lantaran pengaruhnya nan besar pada masyarakatnya, rayuan para pembesar negeri itu diikuti oleh rakyat mini nan mengikutinya. Mereka pun meneguhkan dirinya sebagai penolak kebenaran dan membujuk melakukan menyimpang secara kolektif. Hal itu diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :

قَا لُـوْۤا اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهٗ وَنَذَرَ مَا كَا نَ يَعْبُدُ اٰبَآ ؤُنَا ۚ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَاۤ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ

“Mereka berkata, “Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa nan biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika Anda benar!” (QS. Al-A’raf : 70)

Penyesalan manusia

Allah juga menjelaskan adanya penyesalan nan diekspresikan oleh orang-orang nan dulu mengingkari dan melawan apa nan disampaikan rasul. Ketika di hadapan Allah, mereka mengungkapkan penyesalannya lantaran mengingkari utusan Allah.

Mereka pun bukan hanya meminta syafaat untuk dibebaskan dari hukuman, tetapi juga meminta dikembalikan ke bumi untuk membenarkan apa nan dibawa rasul. Hal itu dilakukan untuk mau alim dan tunduk terhadap aliran rasul. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّا تَأْوِيْلَهٗ ۗ يَوْمَ يَأْتِيْ تَأْوِيْلُهٗ يَقُوْلُ الَّذِيْنَ نَسُوْهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَآءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِا لْحَـقِّ ۚ فَهَلْ لَّـنَا مِنْ شُفَعَآءَ فَيَشْفَعُوْا لَـنَاۤ اَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِيْ كُنَّا نَـعْمَلُ ۗ قَدْ خَسِرُوْۤا اَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَا نُوْا يَفْتَرُوْنَ

“Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran (Al-Qur’an) itu. Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang nan sebelum itu mengabaikannya berkata, “Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.

Maka, adakah pemberi syafaat bagi kami nan bakal memberikan pertolongan kepada kami alias agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami bakal beramal tidak seperti perbuatan nan pernah kami lakukan dahulu?” Mereka sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri dan apa nan mereka ada-adakan dulu telah lenyap lenyap dari mereka.” (QS. Al-A’raf : 53)

Al-Qur’an menjelaskan bahwa kejahatan nan dilakukan manusia berakar dari keengganannya dalam mengagungkan Allah. Keengganan mengagungkan Allah bukan hanya membikin dirinya tidak takut dalam melakukan maksiat, tetapi menghilangkan kontrol diri.

Mereka merasa bebas tanpa kontrol dalam menyalahgunakan kekuasaan, hingga bebas korupsi, menghabiskan duit negara, hingga rela mengorbankan orang lain untuk kariernya.

Menolak untuk mentauhidkan Allah merupakan sumber kemaksiatan. Allah mengabadikan perjuangan para rasul dalam menegakkan tauhid agar manusia takut melakukan maksiat. Hal ini sebagaimana penjelasan firman-Nya berikut :

لَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَقَا لَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَـكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗ اِنِّيْۤ اَخَا فُ عَلَيْكُمْ عَذَا بَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ

“Sungguh, Kami betul-betul telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lampau dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya saya takut Anda bakal ditimpa balasan pada hari nan luar biasa (kiamat).”” (QS. Al-A’raf : 59)

Baca juga: Kehinaan Ketika Menolak Ajakan Bertauhid

Keengganan mentauhidkan Allah mendorong manusia lupa bakal akibat perbuatan jahatnya. Allah pun membalas kelalaiannya dengan kehinaan ketika di bumi dan menyiksanya dengan adzab nan sangat mengerikan.

Kecintaan Allah dan Turunnya Rasul

Penulis: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Surabaya, 16 Maret 2023

-->
Sumber majelistabligh.id
majelistabligh.id