Oleh: Ace Somantri, Ketua IMM Komisariat IAIN SGD Bandung 2000-2001
BANDUNGMU.COM, Bandung – Sejak tercatat sebagai mahasiswa bidang Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah di Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, mulai menggoreskan tinta diatas kertas berwarna putih nan kita kenal saat itu kitab loose leaf.
Tinggal dan tidur nomaden dari kos ke kos kawan sekelas sembari membikin makalah bersama. Entah dari mana munculnya, nan krusial saat itu sebagai ketua kelas senantiasa banyak berasosiasi dengan pengajar dan kakak tingkat satu jurusan.
Singkat cerita salah satu senior alias kakak kelas, namanya Kang Ayep, orangnya lugu dan kalem dalam berkata kata lantaran dia orang Cianjur asalnya nan mengenalkan organisasi kampus termasuk organisasi merah marun.
Suatu ketika Kang Ayep memberitahukan jika senang berbincang seputar keilmuan, silahkan mengikuti kajian organisasi ekstra kampus. Salah satunya, kakak kelas tersebut merekomendasikan organisasi merah marun nan berafiliasi ke organisasi besar persyarikatan Muhammadiyah.
Akhirnya beberapa aktivis merah marun ialah Kang Zaenal Arifin, Kang Ayi Idang Syafaat, dan Kang Dudin membujuk berasosiasi di bendera merah marun untuk berkhidmat dan berselancar menapaki beragam pengalaman nan berbobot nan tak ternilai harganya.
Merah marun benderaku, terima kasih kepada para senior nan telah membimbing dan mengarahkan untuk tetap konsisten menjadi bagian mini apalagi sangat kecil, tak ubahnya kerikil mini tak berbobot berada di rumah besar, megah, dan mewah nan kita kenal dengan persyarikatan Muhammadiyah.
Sebagai organisasi Matahari Indonesia apalagi dunia, hasil pemikiran KH. Ahmad Dahlan banyak lahir generasi-generasi rabbani. Inspirasi Sang Pencerah dari Yogyakarta hingga ke tanah pasundan nan telah H.Djamhari kembangkan, menjadi spirit dan motivasi tersendiri.
Watak dan karakter para penggerak, pembaharu, pencerah dan pemberdaya bagi seorang personil ortom merah marun, tidak bakal pernah lupa bakal jasa-jasamu nan tidak bakal pernah meninggal tertelan masa.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah darah merahku dan IMM juga darah merahmu, kalimat syukur kupanjatkan pada Sang Pencipta Alam Semesta. Hari itu berjanji menjadi serpihan debu family besar Ikatan dan persyarikatan, kebenaran dan nyata, jiwa dan raga ini hanya banyak diberi daripada memberi.
Darah merah memberi simbol keberanian, begitu kata seorang sejarawan terkenal dari tatar Sunda dan Nasional ialah guru besar Mansur Suryanegara nan juga seorang tokoh pergerakan merah marun.
Beliau salah satu pencetus warna merah bendera IMM nan hingga hari ini tetap berdiri kokoh. Insya Allah sangat percaya warna merah marun menjadi spirit keberanian kader-kader ikatan dan tetap bakal menginspirasi generasi-generasi berikutnya.
Lima puluh sembilan tahun usiamu kini, entah berapa ratus ribu lahir kader-kader dari organ perutmu membawa risalah aktivitas dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Pengkaderan demi pengkaderan penuh penghayatan dan pengamalan.
Kurang dan lebih, baik dan buruk, juga melanggar dan alim pada norma itu bagian dinamika dalam berorganisasi.
Manusia sehebat apapun pasti mengalami keburukan sikap dan perilaku, juga pelanggaran terhadap norma dan pedoman, itu perihal nan wajar dalam sebuah organisasi entitas sosial, apalagi entitas sosialnya sebuah lembaga nirlaba. Dimaklumi, lantaran manusia tempat salah dan khilaf.
Jikalau pun ada nan menyatakan diri paling baik dan betul apalagi merasa suci dalam hidupnya di organisasi merupakan sesuatu nan mustahil lantaran manusia adalah makhluk nan bakal mengalami kerusakan (fana).
Jejak langkah ini, tidak banyak berfaedah bagi persyarikatan apalagi banyak orang tetap jauh dari tanah ke langit. Dosaku terlalu menumpuk dan keburukanku terlalu banyak, tidak layak menyandang seorang manusia sholih. Namun, bukan berfaedah pesimis alias tidak punya angan melakukan baik.
Menjadi bagian serpihan debu di rumah ikatan dan persyarikatan adalah bagian dari upaya melakukan baik tetap konsisten membawa risalah aliran Islam melalui Muhammadiyah. Pasti tidak sempurna, nan jelas dekat dengan kesalahan lantaran sebagai manusia nan tetap fakir keilmuan, fakir kekayaan dan fakir kebaikan sholih lainnya.
Sekalipun ada catatan mini dan portofolio kebaikan dalam rekam jejakku itu hanya sebuah dugaan semata dari pandangan mata manusia nan sangat mungkin keliru dan salah. Hanya Allah Swt. sebagai penilai nan objektif dan Maha Adil.
Merah marun simbol spiritku berceramah amar ma’ruf, darah merah adalah darah IMM-ku dan IMM-Mu. Siapapun mereka, berasal darimanapun komisariat dan cabangmu nan paling krusial sahabat semua ketika lahir menjadi kader ikatan dan persyarikatan berupaya tetap menjalani sekuat tenaga untuk mengawal, menjaga, dan mengamalkan aliran Islam nan berorientasi menggerakkan seluruh potensi ikatan dan persyarikatan.
Sebagai kader persyarikatan juga berupaya memperbaharui faham-faham dan aplikasi aliran Islam nan problem solver, mencerahkan umat, alim dan taubat, serta memberdayakan umat menjadi manusia nan merdeka lahir dan batin.
Berjamaah dalam ikatan merah marun untuk bergerak, menjadi jalan untuk mencapai angan dan cita-cita nan telah persyarikatan rumuskan. Jiwa dan raga berasosiasi menjadi kekuatan berpikir dan melakukan untuk kejayaan ikatan, estapeta dalam pengkaderan berjenjang serta membikin embrio-embrio kepemimpinan nan visioner-akseleratif.
Mampu melayani tantangan zaman, menerjang hempasan era dan juga bisa menggulung ombak besar era menjadi kekuatan diri dan ikatan hingga memancarkan sinar dari sinar mentari persyarikatan tetap kekal selama bumi ini ada.
Ikatanmu adalah ikatanku, amalmu menjadi amalku, dan perjuanganmu menjadi spirit perjuanganku. Tidak lama tinggal dalam rumah ikatan, namun spirit perjuangan tetap berdomisili dalam jiwa dan ragaku.
Usiamu sekarang sudah separuh abad, rekam jejakmu tetap tercatat dalam hati sanubari kader-kader Ikatan. Dimanapun bendera ikatan menancap, disitu juga kader bakal lahir.
Dimanapun bendera merah marunmu terbang melayang, maka disitu kader-kader ikatan bakal tetap mengabdi dimanapun berada. Selamat mencerahkan alam semesta, IMM jaya dan tetap jaya. ***