Hukum Puasa Arafah dan Keutamaannya - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu
Hukum Puasa Arafah dan Keutamaannyafoto: pixabay/pictavio

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Zulhijah 1444 jatuh pada Senin, 19 Juni 2023.

Hal ini berfaedah puasa Arafah 9 Zulhijah 1444 jatuh pada Selasa, 27 Juni 2023. Muhammadiyah mendorong agar umat Islam melaksanakan puasa Arafah.

Hadis yangg mengungkapkan keistimewaan puasa Arafah dari Abu Qatadah. Hadis tersebut berbunyi:

“Rasulullah SAW ditanya keistimewaan Puasa Arafah, Nabi menjawab, “Puasa Arafah menghapus dosa setahun yangg lampau dan setahun yangg bakal datang.” (HR. Muslim).

Hadis lain menyebut:

“Puasa Arafah adalah dapat menghapus dosa dua tahun: satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.” (HR Al-Baihaqi).

Keutamaan puasa Arafah adalah digugurkan dosa satu tahun lampau dan bakal datang.

Puasa Arafah dapat menghapus dosa satu tahun yangg lampau dan satu tahun yangg bakal datang.

Maksud dari dihapusnya dosa-dosa ini adalah dosa-dosa kecil. Sementara dosa-dosa besar seperti zina, meninggalkan salat, dan sebagainya mesti melalui prosesi unik terlebih dulu seperti pertobatan.

Pertobatan bakal diterima jika terdapat penyesalan, komitmen, meminta ampun, dan menambal keburukan dengan kebaikan dan kebaikan saleh.

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyebut bahwa puasa Arafah ini disunahkan bagi kaum muslimin yangg tidak melaksanakan ibadah haji.

Definisi sunah dalam pendekatan fikih biasanya dimaknai secara sederhana, ialah jika dikerjakan mendapatkan pahala, jika tidak, maka tidak berdosa.

Dalam konteks fikih, istilah “sunah” merujuk pada perbuatan yangg dianjurkan tetapi bukan wajib. Jika dilakukan bakal mendapatkan pahala, tetapi tidak berdosa andaikan ditinggalkan.

Sementara itu, sunah dalam pendekatan sabda melampaui kategori dosa dan tidak berdosa.

Melaksanakan ibadah sunah seperti puasa Arafah ini dapat meningkatkan pahala dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

Sunah juga dapat berkedudukan dalam membentuk karakter seseorang dan membantu dalam pengembangan spiritual.

Jadi, memandang sunah ini tidak cukup memakai pendekatan fikih. Jika menggunakan fikih, sunah hanya dilihat sebagai kategori dosa dan tidak berdosa. (*)

(Disampaikan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Ali Yusuf dalam dalam aktivitas “Sosialisasi Tuntunan Ibadah di Bulan Zulhijah”, 18 Juni 2023)

Untuk mendapatkan pembaruan sigap silakan berlangganan di Google News

-->
Sumber majelistabligh.id
majelistabligh.id