Hukum Membaca Yasin dan Mengirim Bacaan Al-Fatihah - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

Assalamu ‘alaikum wr.wb.

Mohon penjelasan mengenai norma membaca surah Yasin (Yasinan) setiap malam Jumat dan mengirim referensi al-Fatihah. Apakah ada tuntutannya dari Rasulullah saw?

Kakcik Irawan (disidangkan pada hari Jumat, 4 Jumadilakhir 1443 H / 7 Januari 2022 M)

Jawaban :

Wa ‘alikumus-salam wr.wb.

Terima kasih atas pertanyaan nan kerabat ajukan, mudah-mudahan jawaban kami dapat menambah pengetahuan dalam memahami dan mengamalkan aliran Islam. Tentang keistimewaan membaca surah Yasin, ada beberapa sabda nan ditemukan, antara lain adalah,

  1. Membaca surah Yasin seumpama membaca Al-Qur’an seluruhnya sebanyak 10 kali.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس وَمَنْ قَرَأَ يس كَتَبَ اللهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍ.

Dari Anas (diriwayatkan) Nabi saw bersabda: Sesungguhnya setiap sesuatu mempunyai hati, dan hatinya Al-Qur`an adalah surah Yasin, barangsiapa membaca surah Yasin, maka Allah bakal mencatat baginya (pahala) seperti membaca seluruh Al-Qur`an sepuluh kali atas bacaannya [H.R. at-Tirmidzi No. 2812].

Menurut at-Tirmidzi sabda ini adalah garib, nan tidak diketahui selain dari sabda Humaid bin Abdurrahman. Sedangkan di Bashrah, orang-orang tidak mengetahuinya dari sabda Qatadah selain dari jalur ini.  Dalam sanadnya terdapat seorang perawi nan berjulukan Harun Abu Muhammad nan merupakan seorang syaikh yang majhul (tidak diketahui).

  1. Membaca Yasin di sisi mayit bakal diringankan ketika sakratulmaut.

حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ حَدَّثَنِي الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوا غُضَيْفَ بْنَ الْحَارِثِ الثُّمَالِيَّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِيُّ فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ فَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا قَالَ صَفْوَانُ وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ

Telah menceritakan kepada kami Abu al-Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah bercerita kepadaku beberapa orang syaikh, mereka menghadiri Gudaif al-Haris ats-Tsumali tatkala kekuatan fisiknya telah melemah, lampau berkata; Maukah salah seorang di antara kalian membacakan surah Yasin? Lalu Salih bin Syuraih as-Sakuni membacanya, tatkala sampai pada ayat nan ke empat puluh, Gudaif al-Haris ats-Tsumali wafat. (Safwan r.a.) berkata; Beberapa syaikh tadi berkata; Jika perihal itu dibacakan di sisi mayit, maka bakal diringankannya. Safwan berkata; ‘Isa bin al-Mu’tamir membacakan di sisi Ma’bad [H.R.Ahmad No. 16355].

Asy-Syaikh Syu’aib Arnauth dalam Ta‘liq Musnad Ahmad berpendapat bahwa atsar ini sanadnya hasan karena di situ tidak disebutkan nama al-Masyaikh. Al-Hafiz dalam al-Ishabah (biografi Gudaif) telah menghasankan sanadnya, kemudian sisa perawi lainnya adalah tsiqah, para perawi kitab sahih selain Gudaif nan hanya diriwayatkan oleh pemilik kitab Sunan selain Imam at-Tirmidzi.

Shalih bin Syuraih as-Sakuuniy salah satu masyaikh nan meriwayatkan dari Gudaif , disebutkan dalam kitab ats-Tsiqat oleh Imam Ibnu Hibban, namun Imam Abu Zur’ah dalam Jarh Wa Ta’dil menilainya majhul, begitu juga Imam al-Bukhari tidak memberikan jarh maupun ta’dil kepadanya. Abu al-Mugirah adalah Abdul Quduud ibnul Hajjaaj al-Haulaaniy. Safwan adalah Ibnu ‘Amr as-Sukusikiy. Imam Ibnu Sa’ad meriwayatkannya dari Abul Yaman dari Safwan dengan sanad ini.

Imam al-Albani dalam “Irwaul Galil” menegaskan juga kesahihan atsar ini, kata beliau: ini sanadnya sahih sampai kepada Gudaif ibnu al-Harits, semua perawinya tsiqah selain para masyaikh nan tidak disebutkan namanya satu per satu, maka mereka semuanya majhul, namun kemajhulan mereka dikuatkan dengan banyaknya jumlah mereka terlebih lagi mereka adalah para Tabi’in.

Jadi, riwayat yang tsabit terkait keistimewaan unik surah Yasin hanya berasal dari atsar yang mauquf, nan merupakan ijtihad pribadi seorang sahabat Nabi saw.

  1. Orang nan membaca yasin bakal diampuni dosanya.

عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْبَقَرَةُ سَنَامُ الْقُرْآنِ وَذُرْوَتُهُ نَزَلَ مَعَ كُلِّ آيَةٍ مِنْهَا ثَمَانُونَ مَلَكًا وَاسْتُخْرِجَتْ {لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ فَوُصِلَتْ بِهَا أَوْ فَوُصِلَتْ بِسُورَةِ الْبَقَرَةِ وَيس قَلْبُ الْقُرْآنِ لَا يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيدُ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَالدَّارَ الْآخِرَةَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ وَاقْرَءُوهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ.

Dari Ma’qil bin Yasar (diriwayatkan) Rasulullah saw bersabda: al-Baqarah adalah surah Al-Qur’an berdomisili tertinggi dan puncaknya. Delapan puluh Malaikat turun menyertai masing-masing ayatnya. Laa ilaha illaahu al-hayyul qayyum di bawah ‘Arsy, lampau dia digabungkan dengannya, alias digabungkan dengan surah al-Baqarah. Sedangkan Yasin adalah hati AlQur’an. Tidaklah seseorang membacanya, sedang dia mengharap (rida) Allah tabaraka wa ta’ala dan akhirat, melainkan dosanya bakal di ampuni. Bacakanlah surah tersebut terhadap orang-orang nan meninggal di antara kalian [H.R. Ahmad No. 19415].

Hadis ini diriwayatkan dari jalan Mu’tamir dari ayahnya dari seseorang, dari ayahnya, dari Ma’qil bin Yasar. Dari jalur sanad ke-1 terdapat Ma’qil bin Yasar bin Abdullah (dari kalangan sahabat) – nama tidak diketahui – Sulaiman bin Thurkhan (tsiqah) – Mu’tamir bin Sulaiman bin Turkhan (majhul/tidak dapat dipercaya) – Muhammad bin al-Fadlal (tsiqah hafiz). Pada sanad sabda ini ada tiga orang perawi yang majhul (tidak diketahui nama dan keadaannya). Jadi sabda ini termasuk sabda daif dan tidak dapat dijadikan hujah.

  1. Orang nan membaca surat yasin pada malam hari bakal diampuni dosanya

عَنْ الْحَسَنِ قَالَ مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ أَوْ مَرْضَاةِ اللهِ غُفِرَ لَهُ وَقَالَ بَلَغَنِي أَنَّهَا تَعْدِلُ الْقُرْآنَ كُلَّهُ.

Dari al-Hasan (diriwayatkan), barangsiapa nan membaca surah Yasin pada malam hari lantaran mengharap wajah Allah alias mengharap keridaan Allah niscaya dia bakal diampuni. Ia berbicara lagi; Telah sampai buletin kepadaku bahwa surah itu menyamai Al-Qur’an seluruhnya [H.R. ad-Darimi No. 3281.

Dari jalur sanad ke-1 terdapat al-Hasan bin Abi al-Hasan Yasar (tsiqah) – nama tidak diketahui – Sulaiman bin Thurkhan (tsiqah) – Mu’tamir bin Sulaiman bin Thurkhan (majhul) – Musa bin Khalid (tsiqah). Dalam sanad sabda ini ada perawi nan tidak diketahui namanya dan ada perawi yang majhul. Untuk itu, sabda ini tidak dapat dijadikan hujah.

  1. Orang nan membaca surah Yasin seumpama membaca Al-Qur’an sebanyak 10 kali

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَإِنَّ قَلْبَ الْقُرْآنِ يس مَنْ قَرَأَهَا فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ.

Dari Anas (diriwayatkan), Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya setiap sesuatu mempunyai hati dan sesungguhnya hati Al-Qur’an adalah surah Yasin. Barangsiapa nan membacanya, maka dia seakan-akan telah membaca Al-Qur’an sebanyak sepuluh kali [H.R. ad-Darimi No. 3282].

At-Tirmidzi meriwayatkannya dan berkata: Hadis garib asing, kami tidak mengetahuinya selain dari sabda Humaid bin Abdurrahman, dan di Bashrah, mereka tidak mengetahuinya dari sabda Qatadah selain dari sisi ini, sedangkan Harun Abu Muhammad seorang syaikh nan tidak dikenal. Hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ad-Darimi. Hadis ini dinilai tiruan oleh Syaikh al-Albani.

  1. Orang nan membaca yasin di siang hari bakal terpenuhi kebutuhannya.

عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ بَلَغَنِي أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَرَأَ يس فِي صَدْرِ النَّهَارِ قُضِيَتْ حَوَائِجُهُ.

Dari ‘Atha` bin Abu Rabah (diriwayatkan), telah sampai buletin kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa nan membaca surah Yasin pada awal siang niscaya bakal terpenuhi semua kebutuhannya [H.R. ad-Darimi No. 3284].

Sanad dalam sabda ini ialah Atha’ bin Abi Rabbah (tsiqah) – Muhammad Bin Juhadah (tsiqah) – Ziyad bin Khaitsamah (tsiqah) – Syuja’ bin al-Walid bin Qais (buruk hapalannya) – al-Walid bin Syuja’ bin al-Walid (tsiqah). Semua perawi dalam sabda ini tsiqah kecuali Syuja’ bin al-Walid bin Qais nan jelek hapalannya.

  1. Orang nan membaca surah Yasin bakal dimudahkan urusannya.

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ مَنْ قَرَأَ يس حِينَ يُصْبِحُ أُعْطِيَ يُسْرَ يَوْمِهِ حَتَّى يُمْسِيَ وَمَنْ قَرَأَهَا فِي صَدْرِ لَيْلِهِ أُعْطِيَ يُسْرَ لَيْلَتِهِ حَتَّى يُصْبِحَ.

Ibnu Abbas berbicara (diriwayatkan), barangsiapa nan membaca surah Yasin ketika berada di waktu pagi niscaya diberikan kepadanya kemudahan hari itu hingga dia berada di waktu sore, dan barangsiapa nan membacanya pada awal malam niscaya diberikan kepadanya kemudahan malam itu hingga dia berada di waktu pagi [H.R. ad-Darimi No. 3285].

Sanad dalam sabda di atas ialah Abdullah bin ‘Abbas  bin ‘Abdul Muthalib bin Hasyim (Sahabat) – Syahar bin Hawsyab (buruk hapalannya) – Rasyid bin Najih (buruk hapalannya) – Abdul Wahhab bin ‘Abdul Majid bin ash-Shalti (tsiqah) – Amru bin Zurarah bin Waqid (tsiqah).

  1. Orang nan membaca surah Yasin di malam Jumat bakal diampuni dosanya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ حم الدُّخَانَ وَيس أَصْبَحَ مَغْفُورًا لَهُ.

Dari Abu Hurairah (diriwayatkan) Rasulullah saw bersabda, barangsiapa di malam Jumat membaca ad-Dukhan dan Yasin, maka dia diampuni di pagi harinya [H.R. al-Baihaqi No. 2248 dalam kitab Syu’ab al-Iman].

Hadis tersebut tergolong sebagai sabda daif dan termasuk sabda nan bermasalah, lantaran di dalam rangkaian sanadnya terdapat seorang perawi nan benama Hisyam bin Ziyad  dari generasi tabiut-tabiin yang menurut Ibnu Hajar al-Atsqalani dia itu adalah perawi yang matruk (perawi nan tersangat daif dan tidak diambil hasilnya), dan banyak ustadz nan menyatakan kedaifannya. Sedangkan menurut az-Zahabi Hisyam bin Ziyad itu lemah. Dari rangkaian para perawi di atas, Hisyam bin Ziyad adalah sosok nan bermasalah  di kalangan ustadz hadis

Demikian beberapa contoh sabda tentang membaca surah Yasin beserta keutamaannya. Sebenarnya tetap ada beberapa sabda lain nan menjelaskan tentang membaca surah Yasin, tetapi sabda nan spesifik membahas tentang membaca surat Yasin di malam Jumat, termasuk dalam sabda nan bermasalah sehingga sabda tersebut tidak dapat dijadikan hujah. Jadi, surah Yasin boleh dibaca setiap malam termasuk malam Jumat, namun tidak boleh dikhususkan malam Jumat saja, begitu pula surah nan lain.

Adapun mengenai mengirim referensi al-Fatihah untuk mayit, telah dijelaskan pada Tanya Jawab Agama (TJA) jilid 1 hal. 211-212 tentang referensi Al-Qur’an untuk nan meninggal, sebagai berikut:

Masalah referensi Al-Qur’an bagi orang nan telah meninggal bumi ini telah menjadi perbedaan pendapat sejak abad pertama hijriah. Tetapi jika diteliti secara seksama, tidak didapati ayat alias sabda nan dijadikan dasar kuat untuk melakukannya, sekalipun dalam perihal ini di kalangan pemimpin mempunyai pendapat nan berbeda-beda.

Imam Abu Hanifah dan Imam Malik beranggapan bahwa membaca Al-Qur’an buat orang nan telah meninggal bumi itu hukumnya adalah makruh, lantaran tidak ada sunah nan membenarkannya, sedangkan Imam Ahmad bin Hambal membolehkannya. Imam Syafi’i dan Muhammad bin al-Hasan menganggap sunah. Tetapi menurut Imam an-Nawawi referensi Al-Qur’an bagi si mayit itu tidak sampai, sekalipun an-Nawawi sendiri beranggapan sampai. Bagi nan beranggapan sampainya pahala referensi Al-Qur’an kepada mayit mensyaratkan bahwa pembaca dalam membaca Al-Qur’an itu tidak boleh menerima bayaran apapun, haram baginya menerima bayaran itu, dan bakal menerima dosanya.

Adapun argumen nan disampaikan berkenaan dengan dapatnya diterima referensi Al-Qur’an ini, antara lain didasarkan pada surah al-Hasyr (59): 10,

… رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ  …

… Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami nan telah beragama lebih dulu dari kami,…

Ayat ini mengisyaratkan kebolehan mendoakan orang lain nan telah meninggal dunia. Jika ini nan dijadikan dasar, sebenarnya ada tuntunan mendoakan orang nan telah meninggal bumi ialah dengan salat jenazah, bukan menghadiahkan referensi Al-Qur’an. Memang orang nan membaca Al-Qur’an bakal mendapat pahala, tetapi jika pahalanya dihadiahkan pada orang lain, ini tidak ada tuntunannya, apalagi kurang sesuai dengan beberapa ayat Al-Qur’an, antara lain,

وَاَ نْ لَّيْسَ لِلْاِ نْسَا نِ اِلَّا مَا سَعٰى.

Manusia hanya memperoleh apa nan telah diusahakannya.

Juga Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim,

أَخْبَرَتْنِي عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ ]رواه أحمد و مسلم[.

Aisyah (diriwayatkan) telah mengabarkan kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda, barangsiapa mengerjakan suatu ibadah nan tidak berdasar pada urusan (agama) kami, maka ibadah itu tertolak [H.R Muslim dan Ahmad].

Jadi, mendoakan orang nan telah meninggal itu dapat dan ada dasarnya sedang membaca Al-Qur’an dan pahala membacanya dihadiahkan kepada orang lain nan telah meninggal bumi itu diperselisihkan, sejak abad pertama hijriah lantaran memang kurang kuat dasarnya.

Selain nan telah disebutkan pada kitab TJA Jilid 1 di atas, ada pula dalil nan menunjukkan bahwa perbuatan alias pahala itu terbatas kepada orang nan melakukan saja. ialah firman Allah,

لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ

Ia mendapat pahala (dari kebajikan) nan diusahakannya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) nan dikerjakannya. [Q.S. al-Baqarah (2) : 286].

Juga firman Allah,

اَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۙ وَاَ نْ لَّيْسَ لِلْاِ نْسَا نِ اِلَّا مَا سَعٰى

(yaitu) Seseorang nan berdosa tidak bakal memikul dosa orang lain, dan bahwa manusia hanya memperoleh apa nan telah diusahakannya [Q.S. an-Najm (53): 38-39].

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia bakal memperoleh jawaban dari apa nan telah diusahakannya. Oleh karena itu ketika dia meninggal dunia, maka sesuai sabda riwayat Muslim, bakal terputus amalnya selain tiga perkara, ialah angan anak saleh, infak jariah dan pengetahuan nan bermanfaat.

Di samping itu ada norma fikih nan menyebutkan,

اَلْأَصْلُ فِى الْعِبَادَةِ الْبُطْلَانُ حَتَّى يَقُوْمَ الدَّلِيْلُ عَلَى الْأَمْرِ

Prinsip dasar dalam beragama adalah batal, sampai ada ketentuan dalil nan memerintahkan keberadaannya.

Kaidah di atas mengandung makna bahwa suatu ibadah kudu didasarkan pada adanya dalil. Tentang mengirim referensi al-Fatihah kepada orang nan telah meninggal dan membaca surah Yasin setiap malam Jumat. Tidak ditemukan dalil nan memerintahkannya.

Sebagai kesimpulan, mengenai mengirim referensi al-Fatihah, di masyarakat lebih condong menggunakan kata “mengirim pahala” walaupun mungkin nan dimaksud adalah mengirim angan (ingin mendoakan). Mendoakan orang nan telah meninggal bumi itu boleh, sedangkan menghadiahkan pahala adalah kewenangan Allah. Demikian halnya dengan membaca surah Yasin pada malam Jumat lantaran tidak ditemukan dalil nan spesifik, maka perihal itu tidak dituntunkan.

Tidak ada nan tahu sampainya pahala itu kepada mayit, selain Allah., selain untuk kebaikan nan ditegaskan dalam dalil, bahwa itu bisa sampai kepada mayit, seperti doa, permohonan ampunan, sedekah, bayar utang zakat, alias utang sesama mannusia, haji, dan puasa. Sementara referensi Al-Qur’an, tidak ada dalil tegas tentang itu. Ulama nan membolehkan mengirimkan pahala referensi Al-Qur’an kepada mayit mengkiaskan (analogi) referensi Al-Qur’an dengan puasa dan haji, sehingga kita berambisi pahala itu sampai, sebagaimana pahala puasa dan haji bisa sampai. Adapun ustadz nan melarang beralasan, itu termasuk perihal gaib dan tidak ada dalil.

Jika itu bisa sampai, tentu Nabi saw dan para sahabat bakal sibuk mengirim pahala referensi Al-Qur’an untuk keluaganya nan telah meninggal dunia. Pada kenyataannya, beberapa family tercinta Nabi saw, seperti Khadijah, Hamzah, Zainab bintu Khuzaimah (istri beliau), semua putra beliau, Qasim, Ibrahim, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Zainab, mereka meninggal sebelum wafatnya Rasulullah saw. Namun tidak dijumpai riwayat, Rasulullah saw menghadiahkan pahala referensi Al-Qur’an untuk mereka.

Wallahu a’lam bish-shawab

Sumber: Majalah SM No 15 Tahun 2022

-->
Sumber Tabligh
Tabligh