
Film biopik “Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia” resmi diluncurkan dan tayang perdana di Auditorium K.H. Ahmad Azhar Basyir Gedung Cendikia, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), pada Sabtu (08/03/25). Film yangg diproduksi oleh Lembaga Seni Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LSB PP Muhammadiyah) dan Mix Production ini disaksikan oleh lebih dari 500 penduduk persyarikatan Muhammadiyah yangg berasal dari Jakarta, Banten, Jawa Barat, hingga Sumatera. Sebelumnya, movie ini telah tayang lebih dulu di Yogyakarta.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M Ed mengungkapkan, perjuangan Ir. Djuanda untuk kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan sangat krusial dan tak boleh dilupakan.
“Tanpa perjuangan itu, wilayah Indonesia tidak bisa seluas sekarang. Kita tahu Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulau sekitar 17 ribu, dan itu semua menjadi satu kesatuan,” ujarnya, yangg juga menjabat sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah.
Abdul Mu’ti yangg juga Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMJ menyatakan bahwa kedaulatan wilayah merupakan tonggak krusial dalam sejarah Indonesia. Kedaulatan ini ditandai dengan Deklarasi Djuanda. Sebelum deklarasi tersebut, perairan Indonesia tetap banyak yangg dianggap sebagai lautan bebas lantaran jarak antar pulau sangat jauh.
“Dengan adanya Deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia dihitung dari titik terluar pulau-pulau yangg ada di Indonesia. Keberadaan pulau-pulau terluar ini sangat krusial untuk kedaulatan negara kita,” tambahnya.
Mu’ti juga menekankan,perjuangan Djuanda sebagai tokoh bangsa dan kader Muhammadiyah kudu menjadi teladan. Ia berambisi movie ini bisa menjadi sarana untuk belajar dan memahami perjuangan kader perserikatan Muhammadiyah dalam kehidupan kebangsaan, keislaman, dan kemuhammadiyahan.
“Mudah-mudahan setelah menyaksikan movie ini, bakal lahir Djuanda-Djuanda lain dari rahim kader perserikatan Muhammadiyah,” tuturnya.
Turut datang cucu pertama Ir. Djuanda, Ismeth Wibowo, yangg dalam sambutannya menceritakan sedikit kisah hidup kakeknya. Ismeth menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yangg terlibat dan mendukung sehingga movie ini dapat tayang.
“Sejak muda, Pak Djuanda ini telah mengabdikan diri di Muhammadiyah sebagai kepala sekolah Muhammadiyah. Padahal saat itu, Djuanda ditawari penghasilan tinggi oleh pemerintahan Belanda,” kenangnya.
Film “Djuanda” ini mengisahkan perjuangan Djuanda, mulai dari masa sekolah dasar di lembaga pendidikan Belanda hingga menjadi deklarator “Deklarasi Djuanda” yangg menegaskan wilayah kedaulatan Indonesia. Diceritakan pula bahwa Djuanda pernah menduduki 17 posisi menteri dalam kabinet kepresidenan Soekarno.
Penayangan movie ini merupakan bagian dari rangkaian aktivitas pada hari ketiga Pengkajian Ramadan 1446 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (*/tim)