SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Setelah mengikuti sesi “Gaharu Muda” selama bulan Juli hingga Desember 2022 nan dilanjutkan dengan presentasi rencana tindakan terbaik, selebrasi dan apresiasi bagi sekolah-sekolah tersebut, serta kunjungan observasi langsung ke beberapa sekolah terpilih, banyak perubahan nan terjadi serta tantangan dan capaian dari aktivitas nan telah dilakukan.
Untuk mengembangkan inisiatif, semangat pembaharuan dalam partisipan agar dapat tercipta ruang obrolan untuk berbagi praktik baik dan memperdalam keahlian pembaharu berbareng jaringan Ashoka dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, ruang pertemuan “Festival Gaharu” pun digelar. Acara ini bertempat di Griya Persada Hotel & Resort, Kaliurang, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta pada Rabu hingga Jumat (15-17/03).
“Festival Gaharu” adalah ruang bagi para pembaharu dari sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk memperdalam wawasan mengenai pembaharuan, berjejaring, berbagi praktik baik, dan melakukan kerjasama dengan pihak lainnya untuk mengembangkan dan melestarikan buahpikiran dan aktivitas pembaharuannya.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan siswa-siswi dan pembimbing dari sekolah-sekolah pembaharu Muhammadiyah untuk berbagi wawasan lebih mendalam tentang pembaharuan, organisasi, dan kepemimpinan antar peserta serta dari master mahir nan berilmu untuk mengembangkan inisiatif mereka saat ini, agar dapat diterapkan secara berkepanjangan di tiap sekolah secara berkelanjutan.
Kasiyarno selaku Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dalam pembukaan aktivitas “Festival Gaharu” memberikan apresiasi dan terima kasih kepada pihak Ashoka nan telah menjadi mitra pelaksana kegiatan.
Menurutnya, Ashoka mempunyai semangat nan sama dengan Muhammadiyah. Keduanya tidak menginginkan pendidikan nan stagnan sehingga kudu ada pembaharuan dalam setiap metode guna menciptakan perubahan dalam upaya modernisasi pendidikan dengan mengikuti perubahan zaman. Ia juga memberikan apresiasi kepada Lazismu nan telah memberikan support dalam kelancaran aktivitas ini.
“Jika ada perubahan dalam pendidikan maka bakal ada perubahan terhadap masyarakat sehingga dengan adanya program ini dapat menciptakan calon pemimpin dahsyat di masa depan. Dipadukan dengan aktivitas Muhammadiyah tidak hanya perubahan duniawi, tetapi nilai-nilai Islam juga ditanamkan sehingga menciptakan pendidikan Islam nan mengarah terhadap perubahan,” tegas Kasiyarno.
Terakhir, Kasiyarno berambisi agar program ini dapat meningkatkan kualitas umat. Melalui inovasi-inovasi baru nan didapat dalam program ini, para pelajar menjadi proaktif terhadap perubahan, sehingga tidak hanya reaktif terhadap perubahan tersebut.
Wakil Ketua Badan Pengurus Lazismu PP Muhammadiyah, Arif Jamali Muis menuturkan, pembaharuan merupakan karakter unik persyarikatan nan sekarang dikenal dengan nama inovasi. Ada tiga karakter sekolah pembaharu nan dilakukan oleh Kyai Ahmad Dahlan. Pertama, keberhasilan beliau dalam mereformasi sistem pendidikan ialah perubahan dari sekolah nan hanya berupa pesantren (agama) menjadi pendidikan Belanda (modern) dan meleburkannya menjadi sekolah modern pertama.
Kedua, melakukan perubahan kurikulum ialah menggabungkan kurikulum modern dengan kurikulum agama. Ketiga, pembaharuan kepada metode pembelajaran seperti kurikulum Merdeka nan ada pada era sekarang. Hal ini pernah dilakukan oleh beliau dengan membujuk muridnya ke lapangan Kauman dan melakukan observasi hal-hal nan terjadi di sekitar mereka, lampau kembali ke sekolah dan mempresentasikannya.
“Dengan konteks tersebut, mudah-mudahan pembaharuan dengan Ashoka ini menjadi penerus aktivitas Muhammadiyah pada masa lampau. Lazismu sebagai lembaga amal berkomitmen dengan enam bagian nan ada di dalamnya untuk terus mendukung program-program ini. Mudah-mudahan terus bertambah ilmunya dan menghasilkan pelajar dan pembimbing pembaharu ke depan,” minta Arif.
Sementara itu, Direktur Ashoka Asia Tenggara, Nani Zulminarni mengungkapkan, latar belakang kerja sama nan dijalin dengan Muhammadiyah adalah perubahan era nan tidak diimbangi dengan perubahan sumber daya manusia. Oleh lantaran itu, pihaknya memandang potensi nan dimiliki oleh Muhammadiyah dapat membantu mewujudkan hal-hal positif berupa pembaharuan.
“Kami memandang Muhammadiyah mempunyai keahlian nan dibutuhkan, sehingga nan kudu kita siapkan adalah keterampilan. Kedua, bumi nan semakin tidak terbatas, hubungan dengan bumi lain sudah terbuka dan tidak terbatas. Dua perihal ini nan diperlukan oleh anak-anak muda Indonesia sebagai bekal untuk menjawab dua masalah pada masa depan,” ungkap Nani
Nani pun mengucapkan terima kasih kepada Muhammadiyah nan telah memberikan kesempatan kepada Ashoka untuk bisa kerjasama dalam melaksanakan sekolah pembaharu ini. Ucapan tersebut diberikan khususnya kepada Majelis Dikdasmen dan juga Lazismu PP Muhamadiyah.
Sejak 1983, Ashoka telah memilih dan mendukung lebih dari 4.000 kreator perubahan terkemuka di 80 negara pada bagian pendidikan, kesehatan, kewenangan asasi manusia, keterlibatan masyarakat sipil, lingkungan, dan pembangunan ekonomi. Dengan visi nan sejalan berbareng Muhammadiyah, Everyone a Changemaker (Semua Orang Pembaharu), Ashoka bekerja sama dengan Majelis Dikdasmen dan Lazismu PP Muhammadiyah untuk mendukung pembimbing dan siswa dalam mewujudkan dan menggunakan kekuatan mereka untuk memimpin perubahan positif di sekitarnya. (Riz)