Diskusi Politik menjelang Pilpres 2024 - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 tahun yang lalu

Diskusi politik menjelang Pilpres 2024

KOTA MALANG, Suara Muhammadiyah – Rumah Baca Cerdas (RBC) Institute A. Malik Fadjar menggelar Diskusi Ruang Gagasan nan dilaksanakan pada Rabu, (15/03). Bertempat di Learning Space RBC Institute. Diskusi nan berjudul “Tantangan Demokrasi Digital 2024: Peran Media & Paradigma Ekonomi Global” ini melibatkan empat narasumber, ialah Dr. Aribowo, Dr. Nazaruddin Malik, Dr. Salahuddin, dan Aminah Asminingtyas, M.Si.

Sebagai platform digital, media sosial bisa memberikan ruang kepada penggunanya untuk menyampaikan pendapat alias hasil pemikirannya mengenai politik secara online dalam rangka perwujudan kerakyatan digital menjelang Pilpres 2024.

Dalam perihal tersebut, lembaga survei sebagai mediator opini dari publik untuk publik juga menjadi sangat krusial keberadaannya. “Lembaga survei sangat krusial datang di masyarakat. Sebab, paradigma politik kita tetap politik mobilisasi seperti nan terjadi pada era Orde Baru, padahal harusnya sudah mengarah pada politik partisipasi. Karena era sosial media dan kebebasan publik untuk beranggapan sangat besar,” ujar Aribowo, Ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PW Muhammadiyah Jawa Timur.

Sementara itu, Nazaruddin Malik menjelaskan tentang hilirisasi ekonomi global. Menurut dia, “Demokrasi sudah dikendalikan sedemikian besar oleh ekonomi, lantaran politik tidak bisa dilepaskan dari problem ekonomi,” kata Nazzarudin Malik, Wakil Ketua PWM Bidang Pemberdayaan Masyarakat, UMKM, dan Industri Halal.

Dia menambahkan, saat ini Indonesia dituntut untuk meningkatkan SDA dan SDM agar produk nan nantinya kita eksport dari bahan mentah menjadi bahan separuh jadi. Hal ini didukung pula dengan daya sorong produksi berbasis teknologi.

Tidak hanya survei dan ekonomi nan mempengaruhi pesta kerakyatan di Indonesia, tetapi juga narasi-narasi politik digital di media sosial. Narasi tiruan sering beredar di masyarakat, terutama pengguna sosial media dari kalangan pelajar dan mahasiswa.

“Medsos beritanya luar biasa, ada nan menyebut Pemilu diundur, sebenarnya bahwa patokan nan sudah ditentukan alias disahkan bakal tetap berjalan. Sebelum adanya putusan terakhir. Kaum muda terutama pelajar dan mahasiswa condong emosional, sehingga kudu mengetahui hoax itu apa dan ciri-cirinya seperti apa, dan gimana langkah menanggulanginya,” kata Aminah Asminingtyas.

Sementara itu, Dosen FISIP UMM Salahuddin menjelaskan bahwa media sosial sebagai pilar negara ini berkontribusi besar dalam pemajuan demokrasi. “Terbukti pada 2019, gesekan politik sangat besar. Jika kita bernarasi politik nan sifatnya pragmatis, maka bakal menjadi mobokrasi,” katanya.

Sebab itu, lanjut dia, narasi di ruang media sosial haruslah didasari dengan nilai-nilai kebangsaan nan agung. Jika demikian adanya, maka kerakyatan bakal tumbuh dan berkembang dengan baik. “Pada akhirnya, jika kerakyatan melangkah dengan baik, maka kita bakal mendapatkan kepemimpinan nan baik dan berbudi pekerti demokratis, merakyat, dan visioner,” ujar Salahuddin.

-->
Sumber suaramuhammadiyah.id
suaramuhammadiyah.id