MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Keberhasilan golongan keagamaan yangg tidak moderat dalam menguasai jagad digital secara pesat semestinya menjadi refleksi sekaligus pertimbangan bagi agenda dakwah digital Persyarikatan.
Dalam Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, Jumat (22/9), Wakil Ketua IV Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Makroen Sanjaya menyebut keberhasilan golongan tersebut diakibatkan oleh konsentrasi penggarapan rumor yangg jelas dan konsisten.
Kelompok Salafi misalnya hanya menggarap tema seputar akidah, muamalah, fikih, dan hal-hal non politis. Sedangkan beberapa golongan konservatif lainnya juga dia anggap pandai dalam menentukan konsentrasi sasaran jamaah berasas usia tertentu. Aspek inilah yangg kata dia belum optimal digarap oleh Muhammadiyah lantaran terlampau luas menangani beragam rumor dan masalah.
Potensi Muhammadiyah sendiri untuk menguasai jagad digital menurut Makroen cukup besar. Apalagi Muhammadiyah sudah mempunyai produk Fikih Informasi dan Kode Etik Netizmu. Dua perihal ini, dia harapkan terus dielaborasi untuk memperjuangkan dakwah digital Muhammadiyah membangun kesalehan digital.
“Tentu ini ada tantangan. Sekali lagi gimana mendesiminasi produk kita ini yangg sudah sangat berkemajuan itu bisa lebih semesta lagi. Jadi selain penduduk Muhammadiyah juga masyarakat mengakses ini,” kata dia. Produk ini menurutnya juga telah dipuji oleh Kominfo dan beragam LSM.
Selain menyarankan adanya konsentrasi penggarapan tema-tema tertentu secara intens di media sosial, Makroen juga menyoroti perlunya Muhammadiyah melibatkan lewat lembaga pendidikan yangg dimiliki untuk meluaskan pengenalan Fikih Informasi. Termasuk, juga mengatasi kecanduan (adiksi) internet di kalangan anak-anak sampai remaja.
“Di Korea itu sudah ada izin di mana di dalam kurikulum sekolah dasar sudah diatur. Ada pembatasan-pembatasan. Jadi jika tidak salah maksimal itu satu anak bermain gadget alias media sosial, game segala macam hanya 30 menit per hari. Itupun dalam kontrol para orang tua. Ini menjadi perhatian dan mestinya Muhammadiyah melalui pendidikan bisa mengekstrapolasi buahpikiran ini sehingga membangun kesalahan digital bakal lebih masif,” usulnya.
Terakhir, Makroen berambisi seluruh pegiat Persyarikatan untuk aktif menyebarkan sekaligus mengamalkan Fikih Informasi dalam aktivitasnya di media sosial.
“Nah kemudian yangg dianjurkan alias yangg diperintahkan dalam adab bermedia sosial adalah bahwa media sosial hanya digunakan untuk yangg berkarakter akhlakul karimah, sebarkan konten positif, wahana silaturahmi, konten yangg mencerahkan,” ujar Makroen. (afn)
Hits: 0