YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – COVID-19 telah menghadirkan beragam tantangan penemuan dan teknologi dalam segala lini kehidupan, termasuk bumi pendidikan. Salah satu nan menjadi tantangannya adalah keberadaan Open Artificial Intelligence (AI) alias ChatGPT.
Untuk itu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar University Leaders Forum dengan tema “The Innovation Challenge and The Pandemic Legacy” pada Kamis (16/3) bertempat di Gedung AR Fakhruddin A lt 5 UMY.
Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa narasumber, ialah Prof. Dr. Ir. Gunawan Budianto MP, IPM, ASEAN, Eng (Rektor UMY), Prof. Ir. Ts. Dr. Abu Hassan Abdullah (Dekan Fakulti Kejuruteraan dan s, Elektrik, Universiti Perlis Malaysia), Yinghuei Chen, PhD (Dean Of International Collage, Asia University Taiwan), Rhoderick V. Nuncio, PhD (Dean Collage Of Liberal Arts, De La Salle University, The Phillipines) dan Professor Antonio Moreno Sandoval (Director Of The Catedra UAM-ADIC In Computational Linguistics, Universidad Autonoma de Madrid).
Dalam kesempatan tersebut, masing-masing narasumber bercerita gimana universitasnya menghadapi tantangan selama masa pandemic Covid-19. Dengan salah satu konsentrasi utamanya adalah tantangan keberadaan ChatGPT bagi bumi pendidikan.
Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP, IPM, ASEAN. Eng mengatakan bahwa selama pandemi, penyelenggaran akomodasi pendidikan memang menghadapi tantangan baru nan dapat mengubah pola aktivitas dan proses pembelajaran di kampus. “Tapi kami percaya bahwa seluruh universitas itu kudu siap untuk menghadapi fenemona baru ini,” ungkapnya.
Teknologi nan diterapkan pasca pademi seperti dua sisi mata uang, ada nan negatif dan ada nan positif. “Untuk itu, menurut Gunawan, universitas bumi kudu saling bekerja sama dalam mengatasi penyalahgunaan dari penerapan tekhnologi dalam proses pembelajaran pasca pandemi, apalagi dengan adanya Artificial Intellegent/ChatGPT, ” ujar Gunawan.
ChatGPT adalah sebuah perangkat lunak berupa model bahasa generatif dengan menggunakan teknologi canggih untuk menjawab apapun nan ditanyakan oleh penggunanya. Secara sederhana ChatGPT merupakan sebuah chatbot alias program nan bisa mensimulasikan percakapan seperti layaknya manusia.
Hal selaras juga disampaikan oleh Professor Antonio Moreno Sandoval nan mengatakan bahwa di masa setelah pandemi, ChatGPT sudah menjadi tantangan tersendiri bagi para akademisi.
“Maka kita sebagai pengajar kudu mengingatkan mahasiswa agar lebih bijak dalam menggunakan teknologi ini,” paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ChatGPT di kreasi hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan dasar nan tetap kudu dibuktikan lagi kebenarannya.
“Maka dari itu, banyak pengajar dan juga guru besar nan menyarankan mahasiswanya untuk tidak begantung kepada ChatGPT. Kita kudu lebih kritis dan kudu mengecek kebenaran nan sebenarnya, ” pungkas Antonio. (Mut)