Catatan Dosen FK UMM soal Makan Bergizi Gratis: Perlunya Gizi Seimbang dan Higienitas - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 2 hari yang lalu

Berita

  • by AS
  • 10 Januari 2025
  • 0 Comments
  • 1 minute read
  • 36 Views
  • 20 jam ago
Dr dr Gita Sekar Prihanti MPd Ked, pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. (Humas UMM/KLIKMU.CO)
Dr dr Gita Sekar Prihanti MPd Ked, pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. (Humas UMM/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Program makan bergizi cuma-cuma (MBG) dengan gizi seimbang dari pemerintah menjadi salah satu upaya strategis untuk mengurangi nomor stunting di Indonesia. Namun, efektivitas program ini sangat berjuntai pada beragam faktor, mulai dari penyelenggaraan hingga edukasi gizi di tingkat keluarga.

Menurut Dr dr Gita Sekar Prihanti MPd Ked, pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), krusial untuk memastikan makanan yangg disediakan mengandung makro dan mikronutrien yangg seimbang.

“Komponen gizi itu terdiri dari makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Proporsi protein sangat krusial lantaran masyarakat Indonesia condong lebih mengutamakan karbohidrat demi rasa kenyang. Oleh lantaran itu, peningkatan porsi protein serta pemenuhan mikronutrien dalam makanan yangg disediakan kudu menjadi prioritas,” ungkapnya, Jumat (10/1/2025).

Meski begitu, Dr Gita menegaskan bahwa program makanan bergizi saja tidak cukup memberikan akibat signifikan tanpa penerapan yangg baik. Edukasi kesehatan family juga menjadi komponen krusial yangg tak bisa diabaikan.

“Program makan cuma-cuma yangg bergizi itu penting, tetapi tidak bisa menjadi satu-satunya solusi jangka panjang. Keluarga perlu diberdayakan untuk memahami pentingnya menyediakan makanan sehat yangg terjangkau. Banyak family tetap memilih karbohidrat murah demi rasa kenyang tanpa mempertimbangkan nilai gizinya,” jelasnya.

Tantangan lain yangg dihadapi adalah penyesuaian kebutuhan kalori setiap anak, yangg berbeda berasas usia dan berat badan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi dengan tepat, anak berisiko mengalami obesitas alias kekurangan gizi.

Dr Gita juga menyoroti pentingnya asupan gizi yangg optimal, terutama dalam periode emas 1.000 hari pertama kehidupan, serta perhatian terhadap masalah gizi pada usia sekolah.

“Selain kualitas gizi, higienitas makanan juga kudu diperhatikan. Jika kebersihan makanan diabaikan, perihal ini bisa menimbulkan masalah baru, seperti diare, yangg justru memperburuk kondisi stunting,” tambahnya.

Dengan kombinasi program makan cuma-cuma yangg efektif, edukasi gizi, dan pengawasan penyelenggaraan di lapangan, diharapkan upaya pengurangan nomor stunting dapat memberikan hasil yangg lebih baik. Namun, keberhasilan program ini tetap memerlukan kerja sama dari beragam pihak.

“Makanlah dengan konsep mindful eating, ialah kesadaran tentang apa yangg dimakan, kapan, dan bagaimana. Ajari anak untuk selektif terhadap makanan, lantaran yangg mereka sukai belum tentu sehat. Perubahan mindset ini adalah tantangan besar, tetapi sangat krusial untuk masa depan mereka,” tandasnya.

(Wildan/AS)

-->
Sumber Klikmu.co
Klikmu.co