Banyak Pejabat yang Kaya Tak Wajar, Negara Perlu Mengusut Secara Tuntas dan Transparan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Terungkapnya kejadian gunung es mengenai banyaknya abdi negara sipil negara nan hidup bermewah-mewahan dengan jumlah kekayaan tak wajar, memantik keprihatinan banyak pihak.

Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad, negara perlu bergerak sigap untuk mengusut kejadian ini secara bening dan transparan.

“Biasanya pejabat itu kan gajinya terbatas. Seorang pejabat negara itu tidak mungkin hartanya milyaran, triliunan. Maka ketika  dia mempunyai kekayaan nan nilainya sangat luar biasa, 100 M, 200 M, itu perlu dipertanyakan darimana dapat duit itu. Kalau hibah, warisan, bisnis, maka itu hibah, warisan, dan upaya apa? kudu jelas,” sebutnya.

Dalam Catatan Akhir Pekan TvMu, Senin (13/3), Dadang lantas menekankan pentingnya audit dari otoritas berkuasa sekaligus melaporkan hasil audit tersebut kepada masyarakat. Asas curiga, kata dia diperlukan dalam perihal ini.

“Di Indonesia, penghasilan (pejabat dan abdi negara sipil) itu tidak besar, tunjangannya juga. Oleh lantaran itu ketika pejabat punya kekayaan tinggi dan dipamerkan, itu kan jadi pertanyaan uangnya darimana,” tanyanya.

Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati ini berambisi pemerintah tertib dalam mengelola amanah. Kepada pejabat, dia juga menekankan pentingnya menjaga amanah. Apalagi di bumi digital seperti sekarang, tidak ada satu perihal pun nan bisa disembunyikan dari publik.

“Kepada pemerintah, nan punya kewenangan mengontrol, termasuk para pejabat. Silahkan gunakan kekuasaan untuk mengontrol. Jangan sampai kelak korupsi merajalela, dibiarkan dan kita menjadi negara terkorup di dunia. Kan malu. Indeks korupsi kita makin lama makin tinggi. Gunakan kekuasaan itu untuk mengarahkan masyarakat pada kehidupan nan lebih baik sesuai patokan dan norma negara,” pesannya.

“Apalagi seorang pejabat, maka menjaga amanah itu kudu diperhatikan. Hifzul amanah. Tapi ya sekarang, (menjaga amanah) tidak lagi menjadi kehidupan mereka. Mereka terbawa oleh gelombang arus kemewahan, konsumerisme, dan tantangan bumi nan di quran disebut la’ibun wa lahwun (permainan dan kesia-siaan),” kritiknya. (afn)

Hits: 0

-->
Sumber Muhammadiyah
Muhammadiyah