Yogyakarta, Suara ‘Aisyiyah – Pada pidato tarawih ke-7 yangg digelar pada Kamis (6/3) di Masjid Islamic Center UAD, Anton Yudhana, Guru Besar Teknik Elektro sekaligus Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UAD, membujuk jamaah untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum transformasi kebaikan.
Dalam ceramahnya, Anton menekankan pentingnya meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana tujuan utama puasa yangg disebutkan dalam Al-Qur’an (Q.S. Al-Baqarah: 183). Ia juga mengingatkan bahwa dalam menjalani kehidupan, umat Islam tidak cukup hanya memahami kebaikan, tetapi kudu mengamalkannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu perihal yangg menjadi perhatian Anton adalah kesadaran bakal kebersihan lingkungan. “Kita tahu bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, tetapi tetap banyak sampah berceceran di kota kita, apalagi di Yogyakarta yangg dikenal sebagai kota pendidikan,” ujarnya. Ia menyoroti bahwa banyak orang berilmu di Yogyakarta, termasuk para mahir lingkungan, tetapi kesadaran untuk menjaga kebersihan tetap kurang. Lebih lanjut, dia membujuk jamaah untuk tidak hanya sekadar mengetahui pentingnya kebersihan, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga lingkungan. “Bangsa yangg besar kudu memulai dari hal-hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya dan menaati peraturan lampau lintas,” imbuhnya.
Dalam ceramahnya, Anton juga menyoroti sikap masyarakat yangg kerap menyalahkan pihak lain tanpa introspeksi diri. Ia membujuk jamaah untuk merenungkan makna angan yangg sering dibaca:
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Artinya:
“Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yangg betul itu betul dan bantulah kami untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami yangg batil itu batil dan bantulah kami untuk menjauhinya.”
Menurutnya, angan ini mengingatkan umat Islam untuk tidak hanya memahami perbedaan antara kebaikan dan keburukan, tetapi juga meminta kekuatan untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bagian akhir ceramahnya, Anton menekankan pentingnya peran generasi muda dalam membangun masyarakat. Ia menyayangkan kejadian di mana banyak anak muda yangg hafal Al-Qur’an dan mempunyai pemahaman kepercayaan yangg baik, tetapi enggan berkontribusi di lingkungan sekitar. “Sering kita jumpai anak-anak dahsyat di sekolah, juara lomba, tetapi susah diminta menjadi pemimpin di musala kampung. Seharusnya, dengan pengetahuan yangg dimiliki, mereka bisa menjadi sinar bagi masyarakat,” ungkapnya.
Ia pun membujuk para mahasiswa dan generasi muda untuk kembali ke kampung setelah menyelesaikan studi mereka. “Di kampus hanya 4-5 tahun, tetapi di kampung, kalian bisa memberikan faedah seumur hidup. Jadikan mahfuz dan pengetahuan yangg kalian miliki sebagai ibadah nyata di masyarakat,” pesannya.
Menutup ceramahnya, Anton kembali membujuk jamaah untuk menjadikan Ramadan sebagai momentum perubahan. “Allah mencintai kebaikan yangg sedikit tetapi dilakukan secara konsisten. Mulailah dari diri sendiri dan keluarga, biasakan kebiasaan baik agar kita tidak menjadi umat yangg merugi,” pungkasnya. Dengan semangat perubahan ini, dia berambisi Ramadan tidak hanya menjadi bulan penuh ibadah, tetapi juga awal dari transformasi menuju masyarakat yangg lebih baik, bersih, dan beradab. (-lsz)