Antara Shalih dan Muslih: Ojo Leren Dadi Wong Apik - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Antara Shalih dan Muslih: Ojo Leren Dadi Wong Apik

Oleh : KH. Ihsan Saifudin, S.Ag. (Penasihat Majelis Tabligh PD Muhammadiyah Sukoharjo)

PWMJATENG.COM – Jika kita “Tadabbur Al Qur’an” utamanya pada Surat Al Hajj ayat 77, kita dapatkan penjelasan bahwa ruang lingkup keshalihan itu mencakup dua hal, ialah : ibadah dan mu’amalah. Ibadah adalah corak keshalihan kepada Allah. Realisasi Ibadah secara dunia misalnya adalah mengamalkan rukun islam, ketaatan dan ihsan. Adapun realisasi keshalihan mu’amalah ialah melakukan baik terharap diri, keluarga, dan keshalihan masyarakat secara umum.

Pembagian keshalihan mencakup ibadah dan mu’amalah, dapat disimpulkan berasas ayat berikut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱرْكَعُواْ وَٱسْجُدُواْۤ وَٱعْبُدُواْ رَبَّكُمْ وَٱفْعَلُواْ ٱلْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ۩

“Wahai orang-orang yangg beriman! Rukuklah, sujudlah, dan ibadahlah pada Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan pada sesamamu semoga Anda beruntung” (Al Hajj: 77)

Ojo leren dadi wong apik

Kita jangan pernah leren menjadi orang baik. Hidup di bumi ini terlalu singkat, eman-eman jika tidak digunakan untuk kebaikan. Hidup di alambaka tidak terbatas, terlalu disayangkan jika digunakan untuk keburukan. Hidup yangg singkat ini jika tidak digunakan untuk kebaikan bakal sangat menjadi penyesalan.

Prestasi hidup seseorang adalah nilai kebaikan yangg pernah diukirnya. Inilah yangg dimaksud dalam pepatah “Gajah meninggal meninggalkan gading, macan meninggal meninggalkan belang dan manusia meninggal meninggalkan nama”

Ojo leren ngajak apik

Antara Wong apik dan Ngajak apik keduanya berbeda. Kualitas dan risikonya juga berbeda. Di antara bedanya, Wong apik disukai banyak orang, sedang ngajak apik dimusuhi banyak orang.

Wong apik dalam terminologi kepercayaan diistilahkan dengan Shalih-Shalihun dan ngajak apik diistilahkan dengan Mushlih-Mushlihun Seseorang yangg Mushlih mempunyai derajat jauh lebih tinggi daripada shalih, namun mereka bakal dibenci apalagi dimusuhi banyak orang.

Agar lebih jelas memahami beda antara Shalih dan Mushlih, dapat disimak dalam uraian berikut ini:

اَلصَّالِحُ خَيْرُهُ لِنَفْسِهِ وَالْمُصْلِحُ خَيْرُهُ لِنَفْسِهِ وَلِغَيْرِهِ

“Orang baik itu melakukan baik utk dirinya, sedangkan Mushlih itu melakukan baik untuk dirinya dan orang lain”

Adapun reaksi manusia terhadap shalih dan mushlih dapat dijelaskan sebagai berikut:

اَلصَّالِحُ تُحِبُّهُ النَّاسُ وَالْمُصْلِحُ تُعَادِيهِ النَّاسُ

“Orang shalih relatif dicintai manusia, sedangkan orang mushlih condong dimusuhi manusia”

Inilah kebenaran sejarah bahwa orang mushlih condong dimusuhi kebanyakan manusia.

اَلْحَبِيْبُ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ الْبِعْثَةِ أَحَبَّهُ قَوْمُهُ لِأَنَّهُ صَالِحٌ.

Rasul Tercinta Shallallahu alaihi wasallam sebelum menjadi rasul yangg membujuk kebaikan, dicintai oleh kaumnya lantaran beliau adalah orang shalih

وَلَكِنْ لَمَّا بَعَثَهُ اللهُ تَعَالَى صَارَ مُصْلِحًا فَعَادَوْهُ وَقَالُوا سَاحِرٌ كَذَّابٌ مَجْنُوْنٌ.

Akan tetapi, ketika Allah ta’ala mengutusnya sebagai rasul yangg membujuk kebaikan, kaumnya langsung memusuhinya dengan menggelarinya sebagai tukang sihir, pendusta, orang gila dll

Oleh lantaran itu, Lukman Al Hakim dalam wasiat kepada anaknya, beliau mengingatkan agar bersabar ketika telah memposisikan dirinya sebagai seorang muslih.

وَلِذَا أَوْصَى لُقْمَانُ ابْنَهُ بِالصَّبْرِ حِيْنَ حَثَّهُ عَلَى الإِصْلاَحِ لِأَنَّهُ سَيُقَابَلُ بِالْعَدَاوَةِ

“Itulah sebabnya kenapa Luqman menasihati anaknya agar bersabar ketika melakukan perbaikan, lantaran dia pasti bakal menghadapi beragam permusuhan”

Di antara contoh Mushlih yangg disebutkan Lukman Al Hakim adalah membujuk shalat, amar makruf nahi mungkar dan selalu bersikap sabar.

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ

Wahai anakku tegakkan sholat, perintahkan kebaikan dan cegahlah kemungkaran, serta bersabarlah atas apa yangg menimpamu

Sedemikian krusial dan berharganya status muslih, sehingga seorang ustadz dari kalangan Salafushalih pernah mengatakan:

مُصْلِحٌ وَاحِدٌ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ آلاَفِ الصَّالِحِينَ

“Satu orang mushlih lebih dicintai Allah daripada ribuan orang shalih”

لِأَنَّ الْمُصْلِحَ يَحْمِي اللهُ بِهِ أُمَّةً وَالصَّالِحُ يَكْتَفِي بِحِمَايَةِ نَفْسِهِ

Karena berbareng orang mushlih itulah Allah bakal menjaga kebaikan umat ini. Sedang berbareng orang shalih hanya cukup menjaga kebaikan dirinya sendiri saja

Inilah agunan Allah bakal menjaga keselamatan kehidupan manusia, berkah jasanya orang mushlih, Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ

Dan Allah tidaklah bakal membinasakan satu negeri dengan kejam selama penduduknya adalah membujuk kebaikan (Hud: 117)

Ayat tersebut di atas, dalam tafsir al Muyassar, makna mushlih diterangkan demikian:

أَهْلُهَا مُصْلِحُونَ فِي الْأَرْضِ، مُجْتَنِبُونَ لِلْفَسَادِ وَالظُّلْمِ، وَإِنَّمَا يُهْلِكُهُمْ بِسَبَبِ ظُلْمِهِمْ وَفَسَادِهِمْ.

“Penduduk negeri itu melakukan kebaikan di bumi ini, menghindari perbuatan yangg menyebabkan kerusakan dan kezaliman. Allah menghancurkan suatu negeri lantaran perbuatan kejam dan kerusakan penduduknya” (Tafsir Al Muyassar)

Baca juga, Download Logo & Pedoman Visual Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah

Muslih hingga akhir hayat

Termasuk argumen kenapa “ojo leren dadi wong apik” karena penilaian kebaikan seseorang didasarkan pada akhir kehidupannya. Hal ini seumpama peserta lomba lari misalnya, mereka yangg dinilai sukses manakala dapat mencapai garis finish. Garis finish seseorang adalah akhir hayatnya.

Berkenaan dengan penilaian kebaikan berasas akhir hayatnya, nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya ibadah itu tergantung pada akhir hayatnya” [HR Bukhari: 6493]

Oleh karena itulah, seorang hamba Allah yangg shalih selalu berupaya menjadi mushlihun hingga kematian menjemputnya.
Berkenaan dengan perihal tersebut, Allah taala berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Sembahlah Tuhanmu sampai datang ajal menjemputmu” (Al Hijr: 99)

Makna ayat tersebut di atas, dalam tafsir Al Muyassar, diartikan demikian:

وَاسْتَمِرَّ فِي عِبَادَةِ رَبِّكَ مُدَّةَ حَيَاتِكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ، وَهُوَ الْمَوْتُ

“Lanjutkan terus ibadahmu kepada Tuhanmu sepanjang hayatmu hingga kematian menjemputmu” (Tafsir Al Muyassar)

Untuk menguatkan prinsip “aja leren dadi wong apik” tepatlah sudah jika kita meniru tekad bulat Imam Ahmad bin Hanbal. Tersebut dalam sebuah riwayat demikian:

سُئِلَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى : مَتَى الرَّاحَةُ ؟ قَالَ : عِنْدَ أَوَّلِ قَدَمٍ أَضَعُهَا فِي الْجَنَّةِ (طَبَقَاتُ الْحَنَابِلَةِ ١/٢٩١)

Imam Ahmad bin Hanbal ditanya, “Kapan rehat?” beliau menjawab, “Ketika telah menginjakkan telapak kaki di surga” (Thabaqat al Hanabilah: 1/291)

Jadilah mushlihul ummat

Setelah mengetahui sungguh tinggi derajat orang mushlih dibanding orang shalih, jadikanlah diri kita sebagai “Generasi Muslihun” Generasi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan. Sebagaimana disabdakan nabi berikut ini:

إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ.

“Di antara manusia, ada yangg Allah pilih sebagai pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan. Beruntunglah seorang hamba yangg Allah jadikan pembuka pintu-pintu kebaikan, dan celakalah seorang hamba yangg dijadikan pembuka pintu keburukan” (Riwayat Ibnu Majah dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

Pintu kebaikan itu pendidikan
Awal dari segala kebaikan adalah pendidikan, lantaran itulah tidak berlebihan jika dikatakan:

لَوْلَا الْعِلْمُ لَكَانَ النَّاسُ كَالْبَهَائِمِ

“Kalaulah bukan lantaran ilmu, manusia itu bagai binatang”

Mari ajarkan pengetahuan pada santri-santriwati kita, terlebih pengetahuan etika agar kelak mereka menjadi shalih shalihah, mushlihin dan mushlihah serta pahalanya bakal terus mengalir pada guru-guru yangg pernah mengajarnya.

Berikut ini ada pesan inspiratif mengenai dengan pendidikan, antara lain:

إِذَا عَلَّمْتَ وَلَدًا فَقَدْ عَلَّمْتَ فَرْدًا… وَإِذَا عَلَّمْتَ بِنْتًا فَقَدْ عَلَّمْتَ أُمَّةً (التَّجْرِبَةُ الدَّعَوِيَّةُ لِابْنِ بَادِيس صـ١١٤)

“Jika Anda mengajar anak laki-laki, maka Anda telah mengajari satu orang. Namun Jika Anda mengajar anak perempuan, maka Anda telah mengajari umat manusia” (At-Tajribah Ad-Da’wiyah – Ibni Badis hlm 114)

Perempuan muslimah potensi sangat dahsyat, dari rahimnya lahir para mujahidin, kesatria, ulama’, dan para pemimpin. Perempuan muslimah adalah madrasatul ula bagi anak-anaknya.

Dalam pepatah Arab dikatakan:

وَرَاءَ كُلِّ رَجُلٍ عَظِيمٍ امْرَأَةٌ

“Di kembali setiap laki-laki yangg dahsyat selalu ada wanita yangg hebat”

Inilah yangg disebut-sebut,
“Behind every successful man, there is a woman”

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

*) Disampaikan pada Silatbar (Silaturahmi Akbar) Pembinaan Penguatan Kader Muhammadiyah Melalui Sekolah Muhammadiyah di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo (Kamis 31 Oktober 2024)

Editor : M Taufiq Ulinuha

Jumlah Pengunjung : 19

-->
Sumber pwmjateng.com
pwmjateng.com