Filipina, mu4.co.id – Profesor Roland G. Simbulan dari University of the Philippines menolak Perjanjian Pertahanan Bersama (MDT) dan Kesepakatan Kerangka Kerja untuk Peningkatan Kerja Sama Pertahanan (EDCA) antara AS dengan Filipina.
Hal tersebut diketahui lantaran dapat melemahkan kedaulatan Filipina karena berasosiasi dengan kondisi area Asia Tenggara mengenai memanasnya situasi Laut China Selatan (LCS). Menurut Simbulan, pangkalan-pangkalan ini dapat mengubah Filipina menjadi pangkalan terdepan bagi Amerika, yangg secara unik menargetkan China.
“Pangkalan EDCA bakal membahayakan kedaulatan nasional Filipina dan menjadikan sasaran serangan dalam persaingan geopolitik,” katanya.
Baca juga: Terlibat Konflik, Militer Turki Luncurkan Serangan Udara ke Irak Utara dan Suriah
Oleh lantaran itulah, dirinya meminta pemerintah Filipina untuk mengkaji kembali keterkaitannya dengan kekuatan militer asing, karena pengalaman sejarah menunjukkan aliansi semacam itu meningkatkan kemungkinan Filipina terseret ke dalam konflik.
Hal serupa juga dikatakan oleh master pengetahuan permukaan bumi politik Universitas Islam 45 (Unisma) yangg juga Direktur Eksekutif Human Studies Institute, Dr. Rasminto. Dirinya menyebut bahwa dalam konteks pangkalan militer di Filipina, banyak pihak yangg merasa kehadiran militer asing, terutama AS dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasional.
“Sebab, kedaulatan negara merupakan prinsip dasar yangg menegaskan bahwa suatu negara mempunyai kendali penuh atas wilayah dan urusannya tanpa kombinasi tangan dari pihak luar,” terang Rasminto dalam keterangannya, Jumat (19/07/2024).
“Hubungan AS dan Filipina sering diperdebatkan oleh akademisi dan aktivis di Filipina, lantaran dianggap memberikan terlalu banyak pengaruh kepada AS atas urusan pertahanan Filipina,” tambahnya.
(kompas.com)