Amalan Penting Antara Azan dan Ikamah - MuhammadiyahNews.com

foto: cheapumrahpackage.us

وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( بَيْنَ كُلِّ أذَانَيْنِ صَلاَةٌ ، بَيْنَ كُلِّ أذَانَيْنِ صَلاَةٌ ، بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ )) قَالَ فِي الثَّالِثةِ : (( لِمَنْ شَاءَ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
المُرَادُ بِالأَذَانيْنِ : الأذَانُ ووَالإقَامَة

“Dari ‘Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu, dia berbicara bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di antara setiap dua azan terdapat salat, di antara setiap dua azan terdapat salat, di antara setiap dua azan terdapat salat.”

Beliau berbicara pada yangg ketiga kalinya, “Bagi siapa yangg ingin.” (HR. Bukhari, 627 dan Muslim, 838)

Yang dimaksud dua azan adalah azan dan ikamah. Iqamah bisa disebut juga dengan azan.

Selama belum ditegakkan ikamah untuk salat wajib, boleh mengerjakan salat sunah.

Apabila telah selesai dalam salat sunah, hendaknya memanjatkan angan ketika tetap ada waktu, sembari menunggu ikamah dikumandangkan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berbicara bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

“Sesungguhnya angan yangg tidak tertolak adalah angan antara azan dan ikamah, maka berdoalah (kala itu).” (HR. Ahmad)

Dari Anas bin Malik pula, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة

“Doa yangg tidak mungkin tertolak adalah ketika antara adzan dan ikamah” (H.R. At-Tirmidzi)

Jarak antara azan dan ikamah adalah sebagaimana sabda berikut:

اجعلْ بين أذانِك وإقامتِك نفَسًا ، قدرَ ما يقضي المعتصِرُ حاجتَه في مهَلٍ ، وقدْرَ ما يُفرِغُ الآكِلُ من طعامِه في مهَلٍ

“Jadikan (waktu) antara azan dan ikamahmu sesuai dengan orang yangg tidak tergesa gesa dalam menunaikan hajatnya dan orang yangg tidak tergesa gesa dalam menyelesaikan makannya.”

(Jarak antara adzan dan iqamah dapat diperkirakan kurang lebih antara 10-15 menit). (HR. Ahmad, Tirmidzi, dalam Silsilah Shahihah no. 887). (*)