Amalan-Amalan selama Bulan Dzulhijjah Sesuai Tuntunan Rasul - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 tahun yang lalu
Amalan-Amalan selama Bulan Dzulhijjah Sesuai Tuntunan Rasulfoto: timeanddate.com

Ada beberapa ibadah yangg disyariatkan untuk dilakukan di bulan Dzulhijjah. Amalan ini bisa dilakukan oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.

Berikut di antara ibadah tersebut:

Pertama, memperbanyak puasa di sembilan hari pertama. Dianjurkan memperbanyak puasa di sembilan hari bulan Dzulhijjah. Dan ditekankan puasa Hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah.

Abu Qatadah radliallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفّر السنة التي قبله ، والسنة التي بعده

“…puasa hari arafah, saya berambisi kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai penebus (dosa, pen.) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..” (HR. Ahmad dan Muslim).

Dari Ummul Mukminin, Hafshah radliallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa asyura, sembilan hari pertama Dzulhijjah, dan tiga hari tiap bulan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan Al-Albani).

Kedua, Memperbanyak takbiran. Lafaz takbiran, sama seperti umumnya takbiran yangg kita kenal.

Takbiran pada bulan Dzulhijjah ada dua macam:

A. Takbiran yangg berkarakter absolut (tidak terikat waktu)

Takbiran absolut adalah takbiran yangg dilakukan kapan saja dan dimana saja, selama tetap dalam rentang waktu yangg dibolehkan.

Takbir absolut menjelang Idul Adha dimulai sejak tanggal 1 Dzulhijjah dan berhujung hingga waktu asar tanggal 13 Dzulhijjah.

Selama tanggal 1-13 Dzulhijjah ini, kaum muslimin disyariatkan memperbanyak ucapan takbir di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja.

Boleh sembari berjalan, di kendaraan, bekerja, berdiri, duduk, alias pun berbaring. demikian pula, takbiran ini bisa dilakukan di rumah, jalan, kantor, sawah, pasar, lapangan, masjid, dan seterusnya.

Anjuran takbiran selama tanggal 1 sampai 13 Zulhijah ini berasas beberapa dalil berikut,

1. Firman Allah,

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

“…supaya mereka berzikir (menyebut) nama Allah pada hari yangg telah ditentukan…” (QS. Al-Hajj: 28).

Kemudian di ayat lain, Allah juga berfirman,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ

“….Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yangg berbilang…” (QS. Al-Baqarah: 203).

Keterangan:

Ibn Abbas menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ

“Yang dimaksud “hari yangg telah ditentukan” adalah tanggal 1 – 10 Dzulhijjah, sedangkan maksud ”beberapa hari yangg berbilang” adalah hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. (Al-Bukhari secara Mua’alaq, Bab: Keutamaan beramal di hari tasyriq).

2. Hadis dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi saw bersabda:

ما من أيام أعظم عند الله ولا أحب إليه من العمل فيهن من هذه الأيام العشر فاكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد

“Tidak ada kebaikan yangg dilakukan di hari yangg lebih agung dan lebih dicintai Allah melampaui kebaikan yangg dilakukan pada tanggal 1–10 Dzulhijjah.

Oleh lantaran itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad dan Sanadnya disahihkan Syekh Ahmad Syakir).

3. Praktik beberapa sahabat.

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا

“Dulu Ibn Umar dan Abu Hurairah pergi ke pasar pada tanggal 1-10 Dzulhijjah. Mereka berdua mengucapkan kalimat takbir kemudian orang-orang pun bertakbir disebabkan mendengar takbir mereka berdua.” (HR. Bukhari secara muallaq, Bab: Keutamaan beramal di Hari Tasyrik).

B. Takbiran yangg terikat waktu (Takbir Muqayyad)

Takbiran yangg terikat waktu adalah takbiran yangg dilaksanakan setiap selesai melaksanakan salat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah salat subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah salat asar tanggal 13 Dzulhijjah.

Berikut beberapa dalil yangg menunjukkan rekomendasi takbiran ini:

1. Riwayat dari Umar bin Khattab radliallahu ‘anhu,

أنه كان يكبر من صلاة الغداة يوم عرفة إلى صلاة الظهر من آخر أيام التشريق

Bahwa Umar dulu bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah zuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi dan sanadnya disahihkan al-Albani).

2. Riwayat dari Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhu:

أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى صلاة العصر من آخر أيام التشريق، ويكبر بعد العصر

Bahwa Ali bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai asar tanggal 13 Dzulhijjah. Ali juga bertakbir setelah asar. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: Sahih dari Ali).

3. Keterangan dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhu:

أنه كان يكبر من صلاة الفجر يوم عرفة إلى آخر أيام التشريق، لا يكبر في المغرب

“Bahwa Ibnu Abbas bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Ia tidak bertakbir setelah maghrib (malam tanggal 14 Dzluhijjah). (HR Ibnu Abi Syaibah dan Al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan, “Sanadnya sahih”).

4. Riwayat dari Ibn Mas’ud radliallahu ‘anhu:

يكبر من صلاة الصبح يوم عرفة إلى صلاة العصر من آخر أيام التشريق

Bahwa Ibnu Mas’ud bertakbir setelah salat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai asar tanggal 13 Dzulhijjah. (HR. Al-Hakim dan disahihkan An-Nawawi dalam Al-Majmu’).

Ketiga, memperbanyak kebaikan salih. Dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

“Tidak ada hari di mana suatu kebaikan salih lebih dicintai Allah melampaui kebaikan salih yangg dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah, pen.).”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah.

Kecuali orang yangg keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satu pun yangg kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen.).” (HR. Bukhari, Ahmad, dan At-Turmudzi).

Hadis ini menunjukkan kita dianjurkan memperbanyak kebaikan saleh selama 10 hari pertama Dzulhijjah. Apa pun corak amalnya, lantaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menentukan kebaikan ibadah unik selain takbiran dan puasa arafah.

Keempat, Shalat Idul Adha. Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

قدم رسول الله -صلى الله عليه وسلم- المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال « ما هذان اليومان ». قالوا كنا نلعب فيهما فى الجاهلية. فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- « إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر ».

“Bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah mempunyai dua hari yangg mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:

“Dua hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika era jahiliah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah memberikan tukar kepada kalian dengan dua hari yangg lebih baik: Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan al-Albani).

Kelima, menyembelih hewan kurban. Allah berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Laksanakanlah salat untuk Rab-mu dan sembelihlah kurban.” (QS. Al-Kautsar: 2).

Ibadah kurban mempunyai nilai sangat penting, sehingga bagi yangg mampu, agar jangan sampai meninggalkannya. Anda bisa perhatikan sabda ini:

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من كان له سعة ولم يضح فلا يقربن مصلانا

“Siapa yangg mempunyai kelapangan namun dia tidak berkurban maka jangan mendekat ke masjid kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Dihasankan Al-Albani).

Catatan: Bagi orang yangg hendak berkurban, dilarang memotong kuku dan juga rambutnya (bukan kuku dan bulu hewannya) ketika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai dia memotong hewan kurbannya.

Dari Umu salamah radliallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:

مَن كانَ لَهُ ذِبحٌ يَذبَـحُه فَإِذَا أَهَلَّ هِلاَلُ ذِى الْحِجَّةِ فَلاَ يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّىَ

“Barang siapa yangg mempunyai hewan yangg hendak dia sembelih (di hari raya), jika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah maka janganlah dia memotong rambutnya dan kukunya sedikit pun, sampai dia menyembelih hewan kurbannya.” (HR. Muslim). (*)

-->
Sumber majelistabligh.id
majelistabligh.id