AI dan Islam Berkemajuan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 3 hari yang lalu

Perkembangan teknologi kepintaran buatan (AI) terus melaju dengan kecepatan yangg luar biasa. Salah satu penemuan terbaru yangg menarik perhatian adalah keahlian ChatGPT untuk memulai percakapan tanpa kudu menunggu perintah dari pengguna. Fitur ini membawa kita lebih dekat pada hubungan yangg lebih alami dengan AI, mengaburkan pemisah antara mesin dan manusia.

Namun, apakah ini betul-betul sebuah langkah maju yangg bakal menguntungkan kita, alias justru menjadi ancaman terhadap hubungan manusia yangg lebih autentik?

Dalam konteks ini, kita perlu memandang gimana perkembangan AI dapat diselaraskan dengan nilai-nilai Islam Berkemajuan yangg dikemukakan oleh Muhammadiyah. Islam Berkemajuan mengajarkan bahwa umat Islam kudu terbuka terhadap kemajuan teknologi dan inovasi, namun tetap berpegang teguh pada prinsip etika dan moralitas yangg berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

ChatGPT: Dari Asisten Pasif Menuju Interaksi Proaktif

Jika selama ini AI seperti ChatGPT lebih dikenal sebagai asisten yangg “menunggu” petunjuk dari manusia, sekarang OpenAI meluncurkan fitur baru yangg memungkinkan AI ini untuk memulai percakapan. Ini bukan sekadar teknologi yangg menjawab pertanyaan alias memberikan info saat diminta, tetapi sekarang ChatGPT bisa bertindak lebih proaktif. Misalnya, AI dapat menawarkan bantuan, memberikan saran, alias apalagi memulai obrolan sebelum pengguna meminta.

Langkah ini menimbulkan perdebatan. Di satu sisi, fitur ini mempermudah banyak hal—misalnya, AI bisa memberikan pengingat alias saran krusial sebelum kita sempat menyadarinya. Namun, di sisi lain, fitur ini juga bisa memicu kekhawatiran tentang privasi dan gimana AI bakal mempengaruhi hubungan manusia-manusia.

Dalam pandangan Islam Berkemajuan, AI yangg bisa bertindak proaktif dapat dilihat sebagai salah satu corak ijtihad teknologi, ialah penggunaan logika dan pemikiran imajinatif untuk menciptakan kemaslahatan bagi umat manusia. Inovasi ini kudu dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, selaras dengan prinsip bahwa kemajuan teknologi semestinya membawa faedah sosial, ekonomi, dan spiritual.

Kecanggihan Teknologi dan Kekhawatiran Etis

Kemampuan AI untuk memulai percakapan secara proaktif membuka kesempatan baru dalam beragam sektor, termasuk bisnis, jasa pelanggan, dan pendidikan. AI yangg lebih pandai dapat membantu manusia dalam pengambilan keputusan yangg lebih sigap dan efisien. Namun, dari perspektif Risalah Islam Berkemajuan, kita juga kudu mempertimbangkan aspek etis dari penemuan ini.

Muhammadiyah mengajarkan bahwa setiap kemajuan teknologi kudu dijalankan dengan hikmah (kebijaksanaan) dan bermaksud untuk kemaslahatan umat. Dengan kata lain, teknologi kudu digunakan untuk kebaikan bersama, bukan untuk tujuan yangg merusak moral, merugikan manusia, alias menghilangkan otonomi individu.

Salah satu rumor besar yangg dibahas oleh para mahir adalah gimana AI yangg proaktif ini bakal berinteraksi dengan info pribadi pengguna. Dalam konteks ini, Islam Berkemajuan memberikan prinsip penting: kemajuan teknologi tidak boleh melanggar hak-hak privasi dan martabat manusia. AI yangg terus mengumpulkan info pengguna kudu dikelola dengan transparansi dan tanggung jawab, sesuai dengan etika Islam yangg menjunjung tinggi kejujuran dan perlindungan terhadap kewenangan asasi manusia.

Tantangan Pekerjaan di Era AI: Peluang alias Ancaman?

Perkembangan AI juga berakibat besar pada bumi kerja. Misalnya, AI sekarang bisa menulis presentasi bisnis, membikin laporan, hingga memberikan kajian info dengan kecermatan yangg tinggi dalam waktu singkat. Teknologi ini bisa menggantikan pekerjaan manusia di beragam bidang, menimbulkan kekhawatiran bakal pengangguran massal.

Namun, Risalah Islam Berkemajuan menawarkan pandangan optimistis. Dalam Islam, bekerja adalah bagian dari ibadah, dan teknologi semestinya tidak menjadi penghalang, tetapi perangkat untuk membantu manusia menjalankan tugasnya dengan lebih baik.

Dalam pandangan ini, AI bisa dilihat sebagai sarana untuk mempercepat produktivitas, meningkatkan efisiensi, dan memungkinkan manusia konsentrasi pada aspek pekerjaan yangg lebih memerlukan kreativitas, inovasi, dan empati—kualitas yangg tidak bisa sepenuhnya ditiru oleh mesin.

Peter Thiel, tokoh teknologi dunia, pernah menyebut bahwa AI semestinya tidak dilihat sebagai ancaman terhadap pekerjaan, tetapi sebagai perangkat yangg memampukan manusia untuk bekerja lebih cerdas. Ini selaras dengan prinsip Islam Berkemajuan yangg mendorong kita untuk memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bersama.

Dalam konteks ini, perkembangan AI yangg bisa memulai percakapan membawa akibat yangg lebih besar dari sekadar teknologi. Ini adalah langkah menuju masa depan di mana hubungan manusia dengan mesin menjadi lebih mirip hubungan manusia dengan manusia. ChatGPT dan teknologi sejenis membawa kita lebih dekat pada bumi di mana pemisah antara mesin dan manusia semakin kabur.

Tetapi, seperti halnya semua teknologi, kemajuan ini juga datang dengan tantangan. Bagaimana kita bisa memastikan bahwa AI digunakan untuk tujuan yangg baik? Bagaimana kita menjaga agar teknologi ini tidak menggantikan aspek-aspek manusiawi dalam kehidupan kita? Risalah Islam Berkemajuan memberikan pedoman bahwa kemajuan teknologi kudu selalu dikendalikan oleh nilai-nilai moral, menjaga keseimbangan antara kemajuan materi dan kemajuan spiritual.

Menuju Masa Depan yangg Berkemajuan

Sebagai masyarakat Muslim yangg mengangkat prinsip Islam Berkemajuan, krusial bagi kita untuk memandang AI sebagai perangkat yangg bisa membawa kemaslahatan umat. AI kudu digunakan untuk membantu memecahkan masalah sosial, meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung pembangunan yangg berkelanjutan, bukan sekadar untuk tujuan ekonomi semata.

Dengan sikap yangg bijak dan berdasarkan etika Islam, kita dapat memasuki era baru ini tanpa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan yangg mendasar. AI bukan musuh, melainkan perangkat yangg dapat membantu kita membangun peradaban yangg lebih adil, berkemajuan, dan sejahtera.

Dengan integrasi konsep Risalah Islam Berkemajuan, tulisan ini menunjukkan bahwa teknologi AI, meski menghadirkan tantangan, tetap dapat dimanfaatkan untuk menciptakan kemaslahatan bagi umat manusia sesuai dengan nilai-nilai Islam yangg progresif.

Editor: Soleh

-->
Sumber ibtimes.id
ibtimes.id