Adil – Setara Sejak dalam Pikiran: Membaca Ulang Jejak Sejarah Perempuan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

Oleh: Devi Annisa*

KHITTAH.CO – Setiap tanggal delapan Maret, bumi memperingati Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day/IWD) sebagai momen refleksi atas pencapaian wanita di beragam bagian serta arena untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender. Dalam konteks Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), khususnya bagi IMMawati, peringatan ini kudu menjadi momentum untuk membangun kesadaran kritis serta membentuk pemikiran baru yangg berdasarkan nilai-nilai Islam, intelektualitas, dan humanitas.

IMM sebagai organisasi kader mempunyai peran strategis dalam membentuk generasi intelektual Muslim yangg berkontribusi bagi umat dan bangsa. IMMawati sebagai bagian dari IMM, mempunyai posisi krusial dalam perjuangan perempuan, baik dalam ranah akademik, sosial, maupun kepemimpinan. Namun, dalam realitasnya, tetap banyak tantangan yangg dihadapi perempuan, seperti keterbatasan akses dalam kepemimpinan, stigma sosial, hingga bias kelamin yangg menghalang wanita untuk berkecimpung lebih luas.

Untuk membangun pemikiran yangg lebih setara dan setara, IMMawati perlu membaca ulang jejak sejarah perempuan. Sejarah menunjukkan bahwa wanita telah mempunyai peran besar dalam peradaban, namun sering kali narasi sejarah lebih banyak ditulis dari perspektif pandang patriarki. Oleh lantaran itu, diperlukan kesadaran untuk memahami kembali kontribusi wanita yangg selama ini kurang mendapatkan sorotan.

Islam telah memberikan tempat yangg mulia bagi perempuan, sebagaimana yangg dicontohkan oleh para wanita dahsyat dalam sejarah Islam seperti Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar, serta tokoh-tokoh wanita lainnya yangg mempunyai peran krusial dalam peradaban Islam. Hal ini menegaskan bahwa wanita mempunyai kewenangan yangg sama untuk berkembang, belajar, dan memimpin.

Dalam konteks keadilan gender, krusial untuk memahami bahwa Islam tidak hanya berbincang mengenai kesetaraan hak, tetapi juga memberikan ruang bagi wanita untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka. Keadilan kelamin bukan berfaedah menyamakan peran laki-laki dan wanita secara mutlak, melainkan memastikan bahwa setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, mendapatkan kewenangan dan kesempatan yangg sama tanpa diskriminasi. IMMawati kudu menjadi garda terdepan dalam mewujudkan keadilan ini dengan terus mengedukasi diri dan lingkungan sekitar mengenai pentingnya peran wanita dalam beragam aspek kehidupan.

Sebagai corak komitmen dalam perjuangan keadilan kelamin dan pemberdayaan perempuan, IMM sekarang menghadirkan Lembaga Semi Otonom Women Care. Women Care adalah ruang baru di dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yangg berfaedah sebagai “Pos kejuaraan dan pusat edukasi bagi wanita peduli”. Lembaga ini bermaksud untuk memberikan pendampingan bagi wanita yangg mengalami ketidakadilan, sekaligus menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran kritis dan literasi kelamin di kalangan IMMawati dan masyarakat luas.

Women Care berkedudukan dalam memberikan pembelaan bagi wanita yangg menghadapi tantangan sosial, akademik, maupun struktural, serta menyelenggarakan beragam program edukasi untuk membangun perspektif yangg lebih setara terhadap peran wanita dalam Islam dan kehidupan sosial. Keberadaan lembaga ini diharapkan bisa menjadi injakan awal bagi IMMawati dalam mengambil peran strategis dalam aktivitas wanita yangg berbasis pada nilai-nilai Islam yangg berkemajuan.

Di tengah tantangan globalisasi dan dinamika sosial, IMMawati kudu mempunyai visi yangg jelas dalam membangun peran strategisnya. Beberapa tantangan yangg dihadapi antara lain minimnya kesadaran kritis, budaya patriarki yangg tetap kuat, narasi sejarah yangg tidak berimbang, dan kurangnya ruang bagi wanita dalam organisasi. Dalam menghadapi tantangan tersebut, IMMawati kudu mengedepankan beberapa langkah strategis: membangun kesadaran kritis melalui kajian dan diskusi, meningkatkan kapabilitas diri, aktif dalam ruang publik, serta membangun solidaritas dan jaringan.

Peringatan Hari Perempuan Internasional semestinya tidak hanya menjadi selebrasi, tetapi juga menjadi refleksi dan tindakan nyata dalam membangun kesadaran perempuan. IMMawati kudu menjadi pemasok perubahan yangg tidak hanya berbincang tentang kesetaraan, tetapi juga membuktikan dalam tindakan nyata. Dengan semangat Islam yangg berkemajuan, IMMawati mempunyai tanggung jawab besar untuk menjadi motor penggerak perubahan, baik dalam ranah akademik, sosial, maupun politik.

Saatnya, IMMawati membangun pemikiran baru yangg lebih kritis, mandiri, dan berdaya, demi mewujudkan generasi wanita yangg bisa membawa perubahan bagi umat dan bangsa. Kesetaraan tidak hanya kudu diperjuangkan dalam tindakan, tetapi juga sejak dalam pikiran.

*Ketua Bidang IMMawati DPD IMM Sulawesi Selatan & Ketua Women Care IMM Sulawesi Selatan

Post Views: 67

-->
Sumber khittah.co
khittah.co