Abu Dzar Al Ghifari, Sahabat Nabi yang Terkenal dengan Kesederhanaan - MuhammadiyahNews.com

Sedang Trending 4 hari yang lalu

Jakarta, InfoMu.co – Islam mengajarkan umatnya untuk hidup dengan kesederhanaan, menjauhkan diri dari keserakahan dan berorientasi pada kehidupan alambaka yangg lebih kekal.
Konsep ini tidak hanya tercermin dalam ajaran, tetapi juga dalam kehidupan para sahabat Nabi, salah satunya adalah Abu Dzar al Ghifari yangg terkenal dengan kesederhanaannya.

Abu Dzar al Ghifari adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yangg sangat setia dan alim kepada Allah SWT. Kisah hidupnya yangg sederhana dan zuhud bisa menjadi teladan bagi umat Islam dalam mengedepankan kehidupan yangg lebih rendah hati dan jauh dari materialisme.

Sahabat Nabi yangg Terkenal dengan Kesederhanaan Adalah Abu Dzar Al Ghifari
Dalam kitab The Great Sahaba yangg ditulis oleh Rizem Aizid, disebutkan bahwa Abu Dzar al-Ghifari adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yangg sangat setia, jujur, dan terkenal dengan kesederhanaannya.

Abu Dzar berasal dari suku Ghifar, sebuah golongan yangg tinggal di Lembah Waddan, dekat Makkah. Hidup di lingkungan yangg sederhana dan jauh dari kemewahan kota, Abu Dzar dibesarkan dalam lingkungan yangg keras.

Bani Ghifar, tempat Abu Dzar berasal, dikenal sebagai golongan perampok yangg pemberani dan senang berperang. Mereka tahan terhadap penderitaan, kekurangan, dan kelaparan.

Dulu, Abu Dzar sendiri dikenal sebagai salah satu yangg paling jelek tabiatnya di antara mereka. Nama lengkapnya adalah Abu Dzar Jundab bin Junadah bin Sufyan al Ghifari.

Sebelum memeluk Islam, dia adalah seorang perampok. Namun, segala sesuatu berubah saat dia mendapat hidayah dari Allah SWT. Setelah mengenal Islam, Abu Dzar menjadi seorang yangg bertakwa dan setia kepada Rasulullah SAW, apalagi menjadi salah satu pengawal Nabi yangg paling dekat.

Abu Dzar tidak gentar menghadapi tantangan, dan pernah berbicara kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, demi Dzat yangg nyawaku berada di tangan-Nya, saya bakal melafalkan kalimat tauhid ini dengan lantang di tengah kerumunan orang-orang yangg tidak beragama itu!”

Kisah Kesederhanaan Abu Dzar
Diceritakan dalam kitab Sosok Para Sahabat Nabi karya Abdurrahman Raf’at al-Basya, setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Dzar memutuskan untuk pergi ke Damaskus, sebuah kota besar yangg saat itu sudah berkembang pesat.

Di sana dia terkejut memandang sebagian besar umat Islam terlarut dalam kemewahan dunia. Keadaan yangg sangat berbeda dengan kehidupan sederhana yangg dia jalani. Melihat perihal itu, Abu Dzar merasa cemas, menyaksikan banyak orang lebih konsentrasi pada kehidupan bumi daripada kehidupan alambaka yangg lebih kekal.

Tak lama setelah itu, Khalifah Utsman memanggil Abu Dzar untuk kembali ke Madinah. Abu Dzar pun segera memenuhi panggilan tersebut, tetapi dia kembali mendapati situasi yangg sama di Madinah.

Orang-orang semakin terjerat dengan kemewahan dunia. Karena merasa tidak nyaman dengan keadaan itu, Abu Dzar memutuskan untuk pergi ke Rabadzah, sebuah desa mini di pinggiran Madinah.

Di sana dia hidup dengan sangat sederhana, jauh dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan, dan tetap berpegang teguh pada prinsip zuhud yangg diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Suatu hari, seorang tamu berjamu ke rumah Abu Dzar yangg tampak sangat sederhana. Rumahnya nyaris kosong tanpa perabotan dan tamu itu pun bertanya, “Wahai Abu Dzar, di mana perabot rumahmu?”

Abu Dzar tersenyum dan menjawab, “Kita punya rumah di kampung sana (akhirat), jadi perabot terbaik sudah saya kirimkan ke sana.”

Tamu itu melanjutkan, “Tapi engkau juga kudu mempunyai perabot selama berada di kampung ini.”

Abu Dzar dengan tenang menjawab, “Namun pemilik rumah ini tidak mengizinkan kita menetap lama di sini (di dunia).”

Suatu ketika, Gubernur Syam mengirimkan tiga ratus dinar kepada Abu Dzar dengan angan dia dapat memanfaatkannya untuk kebutuhan hidup. Namun, Abu Dzar malah mengembalikan duit tersebut sembari bertanya, “Apakah Tuan Gubernur tidak menemukan seorang hamba yangg lebih miskin dari saya?”

Sebuah sikap yangg mencerminkan kesederhanaannya yangg luar biasa yangg jauh dari kecintaan pada kekayaan dan dunia.

Abu Dzar dikenal sebagai pribadi yangg sangat sederhana. Menurutnya, menyimpan kekayaan yangg melampaui kebutuhan adalah sesuatu yangg diharamkan.

Rasulullah SAW juga pernah menegaskan tentang kesederhanaan Abu Dzar. Sebelum wafat, beliau bersabda, “Abu Dzar bakal tetap sama sepanjang hidupnya.”

Perkataan Rasulullah SAW tersebut mengandung makna bahwa Abu Dzar bakal tetap mempertahankan sifat-sifatnya yangg sederhana, zuhud, dan setia kepada aliran Islam sepanjang hidupnya. (dtk)

-->
Sumber infomu.co medan
infomu.co medan